Part 19

19 3 0
                                    

Seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak:v

Ara langsung masuk kedalam kelas. Di sana sudah ada Dinda dengan cemilan yang gadis itu bawa dari rumah. Ara merutuki dirinya sendiri, kejadian kemarin masih membekas hingga sekarang. Gadis itu langsung duduk disamping Dinda, kepalanya ia sembunyikan dibalik tas milik Ara.

Dinda menoleh, ia menyipitkan matanya. Kenapa dengan sahabat satunya itu? Apa mungkin Ara belum makan. "Lo, kenapa sih?"

Ara tidak menjawab, "Ra! Lo sakit? Kalo sakit, mending gak usah sekolah!"

Masih tidak ada sahutan dari Ara, membuat Dinda berdecak kecil. "Lo, kalo ditanyain ja-" sambil menarik lengan Ara, agar gadis itu duduk.

"Ya ampun! Lo kenapa, Ar?" tanya Dinda, histeris. Pasalnya! Muka gadis itu kusut, dan jangan lupa kantung matanya yang sedikit menghitam.

"Gak papa."

Dinda berdecak, "Anjir! Gak papa terus, kalo punya masalah sini cerita sama gue."

Ara menghela nafas pelan, "Gak pa-"

"Lo tuh sebenarnya anggep gue apasih? Musuh lo heh?!" potong Dinda, cepat.

Ara menahan tangisnya, "Kita udah janji kan, kalo ada masalah apa-apa jangan di sembunyiin?" jelas Dinda lagi.

Ara langsung memeluk Dinda, gadis itu langsung menangis. Dinda yang kaget karena tiba-tiba Ara memeluknya, ia langsung membalas pelukan Ara.

"Lo boleh nangis, kalo udah enakan. Cerita sama gue!" ucap Dinda, dan Ara hanya mengangguk.

***

Zico baru saja sampai di sekolah. Ia hampir saja kesiangan, jika Vanya tidak membangunkan dirinya. Hari ini, Zico berangkat bersama Vanya.

"Nanti istirahat, samperin gue ya Zi!" ucap Vanya, kemudian turun dari motor Zico.

"Oke! Btw, lo udah makan kan?" tanya Zico, kepada Vanya. Dan gadis itu menggeleng kecil.

"Ck! Kebiasaan, ke kantin dulu yuk? Isi perut lo, biar gak sakit nanti." ucap Zico, Vanya hanya tersenyum kecil.

"Segitu khawatirnya sih." goda Vanya, Zico hanya berdecak kecil.

"Kalo lo sakit, siapa yang bakalan repot? Gue juga kan." jawab Zico, Vanya langsung menunduk.

Apakah dirinya hidup hanya untuk merepotkan orang-orang yang dekat dengannya? Jika boleh jujur, Vanya juga tidak mau hidup bersama penyakit ini. Penyakit yang hampir membuatnya kehilangan masa hidupnya, tetapi meski ia hidup dengan penyakit yang di deritanya. Vanya selalu bersyukur, dan berharap penyakitnya lekas sembuh.

Zico menatap Vanya lekat. Ia tidak sengaja mengatakan hal itu, yang kemungkinan bisa menyakiti hati Vanya. Ia hanya merasa khawatir, apalagi disekolah kemungkinan kegiatan banyak. Apalagi mereka sekarang sudah kelas 11.

"Maaf, Nya!" lirih Zico, lalu memeluk Vanya dengan tulus.

"Gue selalu ngerepotin kalian ya?" gumam Vanya, sambil menahan tangisnya.

Zico merutuki dirinya sendiri. Bodoh! Satu kata yang terlintas dipikiran Zico, ia seharusnya tidak mengatakan hal tadi.

"Enggak! Gue cuma takut aja, kalo lo sampe kambuh, Nya."

"Gak bakalan kambuh kok, percaya deh sama gue!" ucap Vanya, lalu melepaskan pelukan Zico. Gadis itu tersenyum lebar, sambil memperlihatkan giginya. Berharap, ia bukan Vanya dulu!

Zico menghela nafas pelan, "Gue tahu lo orang yang kuat! Yaudah, masuk ke kelas yuk." ajak Zico, sambil menggandeng tangan Vanya.

"Tuhan! Jika aku masih diberikan hidup untuk lebih lama, aku hanya ingin melihat orang yang aku sayangi selalu bahagia."- batin Vanya.

"Gue dapet kelas apa?" tanya Vanya.

"XI IPA 2, samping kelas gue." jawab Zico, Vanya hanya mengangguk.

Zico mengantarkan Vanya hingga sampai didalam kelas. Saat melihat meja paling belakang, ia terkejut mendapati Ara yang sedang menatapnya.

"Berarti Vanya, satu kelas sama Ara." gumam Zico, kecil.

Vanya menautkan alisnya, "Satu kelas? Siapa?" tanya Vanya, Zico langsung menggeleng pelan.

"Gak! Gak usah dipikirin. Nanti istirahat, gue kesini ya." ucap Zico, dan Vanya hanya mengangguk pelan.

"Kalo ada apa-apa, telfon gue."

Vanya hanya tersenyum tipis, "Iya, Zico! Udah sana masuk, bentar lagi bell." usir Vanya.

"Lo ngusir gue?" tanya Zico.

"Bodo ah, males gue ngeladenin lo." timpal Vanya, dan berhasil membuat Zico tertawa.

"Semangat belajar! Gue masuk kelas dulu." ucap Zico, dan Vanya kembali mengangguk.

Ara menatap Zico lekat. Ada hubungan spesial apa dari mereka berdua? Ara pikir, mungkin mereka adalah sepasang kekasih. Sehingga mereka begitu dekat.

Zico menatap Ara dari luar kelas. Ada rasa tidak enak hati di benaknya, tetapi ia juga sudah berjanji! Tidak ingin berambisi untuk memiliki Ara, yang sekarang Zico lakukan adalah melindungi gadis itu, meski dari kejauhan.

"Gue sayang sama lo, Ra!"

Zico masih menatap Ara, "Tapi gue gak bisa, kalo harus jadi pengecut cuma gara-gara ngerebutin satu cewek." gumam Zico, kemudian ia masuk kedalam kelas.

"Ra! Lo kenapa?" tanya Dinda, yang sejak tadi memperhatikan Ara.

"Dia siapa?" tunjuk Ara, kepada Vanya.

Dinda mengikuti arah jari Ara, kemudian mengangguk kecil. "Oh, namanya Vanya. Dia baru aja pulang dari Belanda." ucap Dinda, menjelaskan.

"Belanda? Ngapain?" tanya Ara, tidak tahu.

"Dia salah satu murid kebanggan disekolah ini, Vanya baru pulang Olimpiade." dan Ara hanya mengangguk saja.

"Hubungannya sama Zico apa?" tanpa Ara sadari, ia mempertanyakan hal itu.

"Gak tau, gue kan tipikal orang yang gak kepo sama urusan orang." jawab Dinda.

Ara mendengus sebal, "Kan bisa aja, lo denger dari murid lain."

Dinda tertawa kecil, "Haha! Kayaknya gue nyium-nyium bau gosong nih." goda Dinda.

"Gue.gak.cemburu!" ucap Ara, dengan penekanan di setiap kata.

"Gue gak bilang! Lo sendiri yang ngomong, haha!"

"Serah lo! Males gue."

Ara berdiri, ia ingin pergi ke kantin. Bolos satu pelajaran tidak apa-apakan. "Ara mau kemana?" tanya Bu Intan, guru bahasa Inggris.

Ara menatap ke arah meja guru, disana sudah ada Bu Intan. "Eum, cuma mau panasin badan bu. Capek dari tadi duduk terus." alibi gadis itu.

Ara kemudian kembali ke tempat duduknya. Sedangkan Dinda, gadis itu sedang menertawai Ara.

"Punya temen gada akhlaq!" cibir Ara.

Kemudian mereka mengikuti pelajaran dengan tertib, tanpa ada keributan sedikitpun.

_________

Hai, terimakasih sudah mampir:)

Jangan lupa tinggalkan jejak ya!

Love u all💛

@Anaapiew_

Indramayu, 03 Maret 2021.

ArzicoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang