Happy reading Friends🧡
Alam mengangkat tangan kemudian memanggil Bu Sri yang sedang menerangkan dipapan tulis. "Buk," Bu Sri melihat kearah Alam. "Ya, ada apa?" tanya Bu Sri.
"Saya izin ketoilet sebentar." kata Alam.
"Ya sudah, jangan lama-lama."
Alam mengangguk dan langsung keluar kelas. Alam berjalan sangat santainya setelah melewati tiga kelas dari kelas nya. Kebetulan kelas Alam dan Lili berada dilantai dua paling pojok sehingga harus turun kelantai bawah untuk ketoilet, karena tidak ada toilet khusus anak laki-laki dilantai dua.
Alam melihat kebawah lantas mengerutkan alisnya bingung, ia mencari keberadaan Lili yang sedang diberi hukuman. Tetapi, orang yang sedang dicari tidak berada dilapangan.
Alam sudah menduganya jika Lili tidak akan menjalankan hukum yang dikasih oleh Bu Sri. Tapi dimana gadis itu berada? Alam mengendikan bahunya tak peduli, toh untuk apa juga ia harus memikirkan gadis itu. Apalagi gadis yang memiliki kadar kewarasan yang perlu diperiksa, seperti Lili.
Alam melanjutkan jalannya dengan tangan dimasukkan kedalam kantong celana. Jujur, sebenarnya ia sedang kebelet untuk membuang air kecil dan sekalian memastikan bahwa gadis yang memiliki tubuh sangat kecil seperti seekor kerdil itu sedang menjalankan hukumannya.
Sedangkan yang dicari malah asik duduk dibalik pohon besar dekat lapangan ditemani seekor anak kucing yang baru saja ia temukan, Tangannya terus mengelus bulu kucing itu dan sesekali memainkan ekornya.
"Kasian banget sih kamu, Cing. kemana ibumu?" tanya Lili menepuk kepala kucing itu pelan.
Anak kucing itu menggelengkan kepalanya seolah mengerti apa yang ditanyakan Lili kepadanya, lalu mendengkur seolah menjawab pertanyaan Lili.
"Meong"
Lili bukan pakar dalam berbicara dengan hewan. tapi, setidaknya ia mengerti dengan gerak tubuh atau ucapan yang mereka lakukan itu sebagai jawaban atas pertanyaan nya.
"Gak tau? Iya? Laper gak? Mau biskuit gak?" tawar Lili terhadap anak kucing tersebut lalu memberikan biskuit itu didepannya. Untung saja ia tadi masih sempat simpan biskuit itu dikantong bajunya sebelum dirinya dihukum.
"Maung" Anak kucing itu perlahan menjilat biskuit yang diberikan Lili. Lili memperhatikan cara anak kucing itu menjilat biskuit yang ia berikan.
"Udah berapa lama gak makan sih ,Cing?" tanya Lili saat anak kucing itu makan dengan lahapnya.
"Haus gak? Ya kali makan gak minum, bisa-bisa seret tuh tenggorokan, Cing." kata Lili seraya menurunkan kucing itu dari pangkuan nya.
"Inget ya, Cing. Jangan kemana-mana, aku mau beli susu dulu buat kamu. Anak kucing kayak kamu itu harus banyak-banyak minum susu, Oke!" entah kucing itu mengerti apa yang ia katakan atau tidak, Lili tidak peduli. Setelah memberi wejangan terhadap anak kucing tersebut kemudian Lili berlari kekantin untuk membeli susu.
Tidak lama kemudian Lili kembali dengan tangan yang memegang susu kotak dan satu bungkus biskuit yang tadi ia beli. Lili mengerutkan alisnya dan merubah ekspresi wajahnya tidak suka kepada seseorang yang duduk ditempat nya bersama dengan anak kucing tadi.
"Ngapain lo disini? Mau lo apakan tuh sih, Encing?" ujar Lili berdiri didepan Alam kemudian mencoba merebut sih Encing dari tangan Alam. Ya anak kucing itu baru saja akan ia beri nama Encing.
Seseorang yang dimaksud Lili itu adalah Alam.
Alam berusaha mencoba menghindari kucing itu dari tangan Lili dengan cara mengangkat tangannya setinggi mungkin agar Lili tidak bisa merebut kucing yang baru saja ia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lili (On Going)
Novela JuvenilFlora Lili Frasanti, sama seperti namanya yang indah. Dia adalah penyuka bunga Lyli, semenjak dia bertemu dengan anak laki-laki yang pernah dia minta permen kapas nya. ~~~~00~~~~ "Mamang pelit, awas aja kalo aku punya banyak uang aku bakal borong i...