CHAPTER 40

433 26 44
                                    

[Entahlah bagiku lagu itu cocok buat chap kali ini]



Taufan menghela nafas pelan, menatap kosong luasnya taman ini. Gemuruh suara petir saling menyahut di langit mendung. Pemuda itu diam merenung, entah apa yang berada dipikirkan nya.

"Gw ngga mau hal buruk terjadi sebelum yang lalu selesai, tapi takdir berkata lain..." Gumam sang pemuda tersenyum getir.

Takdir, tak ada yang bisa melawan nya atau menghentikan nya terjadi. Tapi kita masih memiliki kesempatan untuk mengubahnya, lebih tepatnya mengubah masa depanmu menjadi lebih baik lagi.

Jujur pemuda itu juga kecewa dengan Yaya, semua perkataan gadis itu dulu seakan hanya omong kosong yang tak berarti. Perkataan sewaktu di jurang itu, yang meyakinkan dirinya untuk melepaskan peluru kearah Yaya dan Nick.

Seharusnya ia tak mendengarkan perkataan sang gadis, tapi jika dirinya tak menuruti Yaya maka kemungkinan besar mereka berdua tak selamat. Kadang dia merasa perbuatannya tak terbalaskan, bukankah jika berbuat baik maka balasannya baik? Tapi kenapa ia....

Tes

Taufan memejamkan matanya kala satu butiran air hujan jatuh ke wajahnya. Dari satu butiran yang menitik lama-kelamaan menjadi jutaan air yang mengguyur bumi, memberikan kesegaran kepada setiap makhluk hidup.

Biarkan dia kehujanan hanya untuk menenangkan diri, melepaskan beban yang dihadapi. Kedua tangannya perlahan ia rentangkan, menikmati salah satu kenikmatan dari Tuhan. Senyuman terbentuk dengan indah dibibirnya, derasnya hujan ini membuat air mata yang mengalir dari kelopak mata pemuda itu tak terlihat.

Tersenyum dengan air mata yang terus mengalir. Itu tak menyedihkan, lebih baik jika dirinya masih mau tersenyum dikala masalah dan kesedihan datang daripada mengeluhkan hal yang tak berguna, mengeluhkan masalah yang sememangnya semua manusia mendapatkan itu.

Hujan, semua orang mengartikan turun nya dengan berbeda-beda, pada dasarnya hujan itu rahmat Tuhan—tapi tak jarang juga manusia melambangkan hujan dengan cara lain. Yah walaupun sebagian besar seorang insan manusia melambangkan nya sesuai mood.

Ada yang melambangkan hujan sebagai sebuah kesedihan, seperti turut merasakan sedihnya penderitaan di dunia, kejamnya dunia ini, masalah yang menimpa dirinya. Tapi itu untuk orang yang sedang sedih bukan? Lain hal nya dengan orang yang tengah bahagia, ia pasti akan menari-nari di atas permukaan bumi yang di siram oleh air. Tersenyum bahagia, menikmati rintik-rintik hujan yang merupakan rahmat bagi setiap makhluk hidup dari sang Pencipta.

Bagaikan anak kecil yang bahagia jika di suruh untuk bermain hujan, lagipula siapa yang tak suka hujan? Yang melambangkan kesedihan ataupun kebahagiaan tetap saja hujan itu memberikan ketenangan tersendiri, tak akan jenuh untuk memandang atau bermain hujan.

Salah satu cara melepaskan beban sebuah masalah/penderitaan dengan bermain hujan atau hanya sekedar membiarkan tubuhmu terguyur derasnya air hujan. Bagiku hanya dengan bermain hujan menggunakan kedua telapak tangan(Ya krn sebagian besar orang tua melarang anaknya mandi/bermain hujan) saja sudah cukup untuk memenangkan diri, melihat air yang mengguyur bumi membuat rasa bersyukur semakin bertambah, mengingat masih banyak yang jauh lebih menderita dari diriku.

Tangan sang pemuda yang semulanya terlentang perlahan menurun, kedua matanya terbuka, mengedarkan pandangan nya ke sekeliling. Melihat derasnya hujan membasahi bumi, satu kata 'menenangkan' seakan semua beban mu hilang saat melihat nya.

Taufan, memang namanya aneh, siapa yang mau mendapatkan sebuah nama yang bisa dibilang bencana(?) dia pernah mendengar jika nama adalah harapan dari orang tua, jadi apakah karena namanya 'Taufan' yang berupa sebuah bencana jadi hidupnya dipenuhi oleh masalah?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY TIGER[Tauya]-HIATUS-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang