05.

358 77 4
                                    

Mengunci mobilnya, Hyunjin memakai maskernya, disertai dengan kacamata bacanya. Berharap tidak ada yang mengenalinya saat dirinya berada di supermarket.

Bukan, bukan Hyunjin sombong, bukan. Dirinya malu.

Ia tidak menggunakan olesan apapun pada wajahnya, dan belakangan ini wajahnya sedang breakout, salahkan perkuliahannya yang selalu tidak memiliki sopan santun dalam memberikan tugas.

Teringat beberapa barang skincare dan make up hasil endorse yang belum ia sentuh dirumahnya, berpikiran, kulitku yang paling ku sayang, bertahan ya.

Hyunjin adalah salahsatu pelanggan setia aplikasi ojek online. Segala hal, kalau bisa ia dapatkan tanpa menggerakkan badan, ia akan melakukannya. Sejujurnya, Hyunjin sangaaaaaaat malas pergi keluar apartemennya saat ini.

Lelah, semalam ia begadang mengerjakan tugas, lalu meng-edit video, dan barusan ia melakukan live.

Tidak masalah, dirinya sangat menyukai kesehariannya.

Hari ini ia menggunakan kemeja putih oversize, celana skinny jeans berwarna hitam, dengan bucket hat berwarna hitam beserta masker putih dan kacamata bacanya.

"Daging titipan Mama, bawang bombay ½ kilogram, sama apalagi ya," monolog Hyunjin berpikir, sembari memasuki area supermarket.

Hyunjin melanjutkan dengan, "Gue mau beli coklat batangan deh. Sama ciki kali ya? Sama susu. Nanti minta ganti uangnya," disertai tawa ringan.

Sedari kecil, Hyunjin senang berbelanja di supermarket. Bagai di Surga, kata Hyunjin kecil belasan tahun yang lalu. Dikelilingi oleh nikmat, berupa gula dan micin.

Semenjak tinggal sendiri, Hyunjin jarang melakukan belanja bulanan. Seperti yang dijelaskan diatas, dirinya lebih memilih untuk melakukan semuanya melalui aplikasi. Kaum milenial, eh, Gen Z.

Selesai mengumpulkan segala pesanan dari ibunya, Hyunjin bersenandung menyusuri lorong makanan ringan. Hyunjin sangat suka ngemil. Makannya banyak, bersyukur tubuhnya memiliki metabolisme yang lumayan cepat, sehingga kebiasaan makannya tidak terlalu berefek.

Hyunjin sedang bersiap untuk membayar di kasir, saat seseorang menyerobot antriannya dan berkata, "Mba, LA Blacknya satu."

Terpana dengan kelakuan ajaib manusia didepannya, Hyunjin berkata, "Maaf, Mas, ngantri."

Lawan bicaranya menengok kearah Hyunjin, menatap matanya sebentar dan Kembali menatap pegawai kasir yang sama terkejutnya seperti Hyunjin.

"Mas, antri," Hyunjin mempertegas perkataannya sebelumnya.

Laki-laki didepannya menggunakan kemeja lengan panjang berwarna hitam, yang dipasangkan dengan celana jeans robek-robek berwarna washed blue, cukup stylish, tapi apa gunanya stylish tapi tidak mempunyai sopan santun.

Punggung tangannya dihiasi beberapa tato seperti angka-angka romawi dan garis-garis abstrak. Hyunjin tidak begitu mengerti tato. Namun, bukan itu permasalahannya sekarang.

"Mba, buruan," pinta lelaki itu, yang sekarang mengeluarkan dompetnya, bersiap untuk membayar.

Padahal, pegawai kasir yang ia ajak bicara sedang beradu tatap dengan Hyunjin.

"Heh, lo gak tau tata krama, apa ya? Antri sebentar doang, apa susahnya sih?"

"Tunggu sebentar doang, apa susahnya sih?" Lelaki itu membalikkan perkataan Hyunjin dengan nada merendahkan.

Hyunjin terdiam, dirinya kaget, "Keren ya, 2021 masih ada manusia gak beradab kayak lo. Minggir, gue duluan."

Lelaki tersebut tidak mau mengalah, "Bentar doang, gue beli rokok doang, elah."

"Mau lo beli rokok doang, mau lo beli pampers buat anak lo, mau lo beli makanan buat kucing lo, gue gapeduli. Lo berpendidikan, kan?" Hyunjin menunjuk ke arah belakangnya, "Antri."

Ternyata, sedari tadi, argumen antara keduanya mengundang perhatian pengunjung supermarket lainnya, namun Hyunjin tidak peduli.

Pegawai kasir yang sedari tadi diam, perlahan mengeluarkan pesanan lelaki tersebut dan memproses pembayarannya.

"Mbak, kok malah di iyain sih mau dia?"

"Maaf, Kak, daripada ribut," ujar pegawai kasir tersebut.

Hyunjin tidak habis pikir. Lelaki didepannya tertawa meremehkan, membuat Hyunjin tambah naik darah. Sabar, sabar, anak ganteng harus sabar.

"Mba, ini saya bayar sekalian belanjaan dia aja."

Ucapan lelaki itu membuat Hyunjin tambah kaget, "Apa-apaan lo? Gausah, gue gak butuh duit lo. Gue bisa bayar sendiri. Mending lo pergi, males gue berurusan sama orang gatau tata krama kaya lo."

Lagi, lelaki itu menatap mata Hyunjin dan berkata, "Itung-itung gue minta maaf."

"Gausah," tolak Hyunjin ketus, "Proses rokok dia aja, Mba, saya bayar sendiri."

Mungkin lelaki tersebut merasa tidak enak, merasa malu, karena Hyunjin membentaknya didepan umum seperti itu. Terbukti, lelaki tersebut langsung pergi setelah mendapatkan rokoknya, menatap mata Hyunjin sekali lagi, dan berlalu.

Hyunjin juga tidak peduli.

Asal dirinya hilang dari pandangan Hyunjin, semuanya aman.

Selesai memproses belanjaannya, Hyunjin datang ke kediaman orang tuanya, memberikan hasil belanjanya kepada Mama, dan berganti pakaian menjadi pakaian yang lebih nyaman dipakai.

Hyunjin senang mengenakan kaus tanpa lengan, dirumah.

Mengikat rambutnya yang semakin panjang, Hyunjin berjalan menghampiri orang tuanya di dapur, "Mau steak juga, ya."

"Nak," panggilan Papanya membuat Hyunjin menolehkan kepalanya.

"Sejak kapan pake tato?"

Gimana?

Hyunjin mengerutkan dahinya, "Apaan? Aku gak pernah tatoan."

"Itu di bisep kamu."

Hah?

Melihat kearah bisep lengan kanannya, Hyunjin membelalakkan kedua matanya.

Lambang infinite hitam, yang terlihat baru saja terbentuk, belum memiliki warna hitam kelam sempurna khas sebuah tato.

Mendengar hal tersebut, Mama Hyunjin ikut melihat bisep anaknya, dan memekik, "Nak, udah ketemu soulmate? Kok diem-diem aja sih? Cie, ketemu soulmate."

Hyunjin masih berusaha untuk memproses segalanya.

Hah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ink-finite.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang