Eunkwang termenung menatap jendela kaca besar di hadapannya. Ia mencoba menggerakkan tangan kanannya tapi tak merasakan apa-apa.
Rumah Eunkwang sepi seperti biasa.
Bel rumah Eunkwang berbunyi. Eunkwang menoleh dan bergegas membukakan pintu. Sohee berdiri disana, wajahnya pucat dengan mata sembab.
"Oppa ..." katanya dengan mata berkaca-kaca. Ia menghambur memeluk Eunkwang "aku takut"
Eunkwang diam saja.
***
"Oppa, pernahkah kau ada di posisi seperti mencinta dan membenci dalam satu waktu bersamaan?" Kata Yuri menatap Minhyuk "aku mencintai Eunkwang Oppa. Tentu saja. Tapi dia ... bagaimana aku menjelaskannya padamu?. Tubuhnya, tatapannya, genggamannya, pelukannya, ciumannya pernah mendarat di tubuh wanita lain saat ia masih bersamaku" Yuri diam. Minhyuk dan Changsub memperhatikannya dengan seksama "ia bahkan tidur dengan wanita itu di hadapanku"
"Haaaaaaah, tentu saja itu sulit. Bukankah kita satu tim" Minhyuk mengedipkan sebelah matanya.
"Hyung memilih melepaskan Noona karena hal yang sama? Sama-sama terlihat menjijikan bukan?" Kata Changsub.
"Kadang aku iri pada Peniel. Aku ingin merebutnya kembali" Minhyuk menatap telapak tangannya sendiri.
"Kau tau apa yang berbeda, Yuri?" Tanya Changsub. Yuri diam saja "Eunkwang hanya mencintaimu. Sedangkan Noona mencintai kedua laki-laki ini" tunjuk changsub pada Minhyuk.
"Benarkah?" Tanya Yuri.
"Eunkwang hanya belum mampu menahan hasrat lelakinya. Kau tau betapa sulit mengendalikannya? Dia menahannya bertahun-tahun Yuri"
"Tetap saja meniduri tubuh wanita lain tidak dibenarkan, Oppa" Yuri mendengus kesal. Changsub berhenti bicara.
Handphone Minhyuk bergetar. Panggilan masuk dari Eunkwang.
"Kau pasti ingin mendengar suaranya, kan?" Goda Minhyuk pada Yuri. Ia mengangkat panggilan Eunkwang dan menekan tombol pengeras suara.
"Minhyukssi?" Suara lantang itu terdengar menentramkan hati Yuri. Yuri tersenyum kecil.
"Hmmm, ada seseorang yang ingin bicara padamu" kata Minhyuk. Yuri melotot tajam dan menggeleng.
"Bisa kita tahan itu untuk kapan-kapan? Aku punya hal lebih penting saat ini" kata Eunkwang. Yuri mengelus dadanya, merasa lega.
"Apa itu?" Tanya Minhyuk antusias. Pengeras suara handphone masih ia gunakan agar Changsub dan Yuri bisa mendengar.
"Sohee ada disini" kata Eunkwang. Wajah Changsub menegang. Mereka menatap Yuri. Bergantian. Wajah Yuri ikut menegang.
"Se .. sedang apa dia disana?" Tanya minhyuk tak melepaskan pandangannyan dari Yuri.
"Dia tertidur, dia datang kesini dan menangis sambil memelukku. Kemudian dia tertidur" Suara Eunkwang yang tadi menentramkan hati tiba-tiba terdengar seperti bunyi pecahan gelas. Nyaring dan menyakitkan. Yuri tak bisa menahannya. Ia marah, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Minhyuk menutup telepon dengan segera.
"Yuri" Changsub berusaha mendinginkan suasana.
"Aku hampir saja percaya ucapanmu soal birahi seorang laki-laki. Ternyata dia memang punya perasaan lain dan tak bisa lepas dari wanita itu" kata Yuri dengan gemetar.
"Yuri, aku akan ..." minhyuk juga berusaha meluruskan.
"Aku tak peduli, oppa. Lagipula aku sudah bukan siapa-siapa baginya. Aku mau pulang" Yuri bangkit, Changsub ikut bangkit dan bersiap mengantarnya "Tak perlu mengantarku. Aku masih punya uang untuk naik bis dari sini" Yuri berlalu dengan wajah dingin.
Minhyuk dan Changsub terdiam. Memegangi kepala mereka yang tak sakit.
"Apa lagi sekarang? Apa lagi yang dilakukan si bodoh Eunkwang" Kata minhyuk menatap layar ponselnya.
***
Yuri duduk dekat jendela bis sambil menatap langit yang mulai gelap. Air matanya jatuh.
"Kau tidak bisa lepas darinya, bukan?" Ia menghapus linangan air mata kecilnya. Tiba-tiba ia merasa sesak dan hancur, lagi.
Sesampainya di depan rumah dan hendak naik ke atap, ia melihat seorang pria menunggunya disana.
"Oppa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR MY AHJUSSI 3
FanfictionChangsub berusaha sekeras mungkin agar Yuri bisa kembali dengan Eunkwang. Tapi ada perasaan aneh yang semakin lama semakin menghangat setiap kali ia berurusan dengan Yuri. "Oppa kau tau kau tak boleh menyukaiku, kan?" Changsub mengangguk cepat. Ia t...