✨4✨

119 59 29
                                    

Selamat membaca ✨

"Kamu itu seperti mawar ya." Ucap Arkan ambigu.

"Maksudnya gimana sih pa?!"

"Iya mawar, udah cantik, wangi, dan plus nya suara kamu itu bagus." Jelas Arkan, sementara murid yang lain sudah seperti cacing kepanasan. Tidak bisa diam.

"Woyy baperr ini."

"Help uwwuphobia."

"Masih ada yang jomblo di sini, tolonglah."

"Sabar aing sabar."

(Aku/gue)

Sementara Beby sudah muak dengan drama yang dibuat Arkan.

Beby tak mau kalah ia pun membalas pujian dari Arkan. "Bapak juga seperti durian musang king ya."

"Lah, kok bisa?" Tanya Arkan, tersipu malu.

"Iya, udah manis,  wangi juga, terus mahal yakan. Tapi sayang, saya nggak doyan durian." Sambung Beby, dengan senyum mengejek yang membuat Arkan mendengus kesal sekaligus memecahkan tawa teman-temannya.

Sabar Arkan, belum waktunya. Lo sih ngebet banget, Ck.  Batin Arkan, sesal.

"Wanjirrrr gagal perkasa ini mh pa."

"Mari pulang marilah pulang."

"Udah ini mh inget kata tukang parkir." Ujar Ubed.

"Apaan? Dua rebu?!" Tanya Asep.

"Ck, mundur bego!" Kesal Ubed.

"Kalo kata gue sih, inget kata paskibra." Sosor Cia.

"Apaan dah." Tanya Adel.

"Balik kanan bubar jalan." Jawab Cia enteng.

Sebelum keadaan semakin mempermalukannya, Arkan segera mengondisikan keadaan dengan berdeham, membuat semuanya diam senyap.

"Tidak apa, sebelum jalur kuning melengkung masih ada kesempatan untuk menikung."  Papar Arkan, melirik Beby. Sementara Beby membulatkan matanya, kaget akan ucapan dari Arkan.

"Nah bener tuh pa, saya setuju!"  Sahut Cia.

"Eh, eh, 'ada kesempatan untuk menikung', emang nya Beby punya pacar ya?"

"Siapa sih? Kok gue kagak tau."

Cewek-cewek mulai berghibah. Beby sudah kesal dengan ulah Arkan, ia pun pergi duduk tanpa perintah dari Arkan.

"Cieeee." Goda Cia.

"Pajak jadiannya ya beb." Goda Adel.

"Ishhh udah deh, ngaco kalian. Kesel gue." Cetus Beby.

"Sudah-sudah, sekarang giliran Ubed maju ke depan!" Perintah Arkan.

Ubed dengan percaya diri nya melangkah menuju Arkan.

"Ekhem." Deham Ubed.

Tanpa aba-aba dari Arkan, Ubed langsung bernyanyi, "Mengapa semua menangis,"  jeda Ubed, disusul celetukan dari teman-temannya.

"BIASA LAH!"

"Padahal ku selalu tersenyum." Dengan wajah yang di dramatiskan Ubed melanjutkan lagunya. Sementara belum ada petikan gitar dari Arkan, ia bingung dengan lagu yang dibawakan Ubed.

"BIASA LAH!"

"Usap air mata mu"

"YAAA"

"Aku tak ingin ada kesedihan."

"OMAYGATTTT."

Semuanya pun tertawa terbahak-bahak akan lagu yang dinyanyikan Ubed.

MR.SBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang