Rudi yang menyadari ada kepanikan dari arah luar kamar, lantas bergegas keluar. Namun, yang ia temukan hanyalah pintu ruang lab yang terbuka dan tidak ada siapa-siapa di sana. Baru saja ingin masuk ke dalam untuk mengecek keadaan, tiba-tiba datang Sasha dari arah ruang kontrol yang tengah berlari meninggalkan lab. Rudi yang melihat itu seketika terkejut.
"Ada apa, Sha?!" tanya Rudi panik seraya menahan lengan Sasha. Sasha pun sempat berhenti sebentar di hadapannya sambil berkata.
"Kak Tasya!"
"Hah?! Kak Tasya?! Apa yang terjadi?!"
Belum sempat mengatakan apapun, Sasha sudah keburu pergi meninggalkan Rudi dengan segudang pertanyaan yang belum terjawab. Dia terlihat tengah berlari cepat menuju tangga. Tak ingin ketinggalan, Rudi pun bergegas mengejarnya hingga naik ke lantai dua. Rasya yang sebelumnya asyik memakan jatah sarapannya di dapur, kini ikut berlari mengejar sang kakak yang nampak panik.
"KAK!!!" teriak Sasha sembari membuka pintu kamar Tasya dengan kasar.
Tasya yang sedang mengoles salep ke wajahnya di depan cermin, seketika terlonjak kaget dan langsung menoleh ke arah Sasha dengan ekspresi heran disertai kesal.
"Astaga SASHAA!!!" ketusnya. "Kamu tuh ya! Mau bikin kakakmu ini cepet mati HA?! Masuk kamar bukannya salam dulu atau basa basi, ini malah main dobrak aja! Mana teriak lagi!"
Sasha mencoba mengatur napasnya yang sedang tak beraturan dalam beberapa saat.
"Sorry kak, sorry." ucapnya sembari menyodorkan telapak tangannya ke arah Tasya.
"Ada apa ini?!" sorak Rudi secara tiba-tiba yang membuat Sasha kaget, lalu menoleh.
Rudi beralih menatap Sasha, "Kamu kenapa tadi?! Ngapain lari-lari?! Apa yang terjadi?!"
Tak mau menjelaskan panjang lebar tentang apa yang telah membuatnya panik, Sasha memilih untuk menyerahkan isi surat yang ia bawa kepada Rudi supaya dia tau sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Rudi pun mulai membacanya. Begitu juga dengan Tasya yang penasaran, lantas mendekat.
"Hah? Apa ini? Apa maksud dari pesan ini?" tanya Rudi setelah selesai membacanya. Kini giliran Tasya yang membaca isi surat itu.
Sasha merasakan tubuhnya mendadak lemas akibat berlari tadi, sehingga dia pun berjalan menuju ranjang lalu duduk di atasnya untuk melepas lelah sejenak.
"Ga tau, Om. Aku juga ga ketemu sama orang yang kasi surat itu." ucapnya sembari menghela napas, kemudian merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.
Tasya berjalan menuju ranjang sambil masih terus membaca isi surat itu berulang kali, agar ia paham tentang maksud tersirat apa yang ingin disampaikan oleh sang penulis. Dia lalu duduk di samping Sasha.
Rudi pun melangkah masuk ke dalam kamar.
"Ada apa, kak?" tanya Rasya begitu sampai di depan kamar. Sontak, Tasya dan Rudi pun menoleh.
"Ga ada apa-apa." jawab Tasya singkat sembari menyembunyikan surat itu ke balik punggungnya.
"Terus itu apa?" Rasya berjalan masuk dan mendekati kakaknya.
Tasya lantas tersenyum, "Bukan apa-apa kok sayaangg..." Dia lalu memberikan surat itu kepada Sasha dengan cepat, seraya memberi isyarat agar Sasha segera menyembunyikannya. Dia tak mau kalau sampai Rasya mengetahui isi surat tersebut, bisa-bisa pikirannya akan menjadi kacau karena terus mengkhawatirkan dirinya.
"Euumhh... Sayaaang... Sini sama kakak." ucap Tasya sambil menarik tubuh Rasya masuk ke dalam pangkuannya. "Adik sudah sarapan?"
Rasya tersenyum senang melihat kakaknya yang nampak baik-baik saja. "Sudah kak, malah aku habisin tadi semua roti sama susunya. Biar kak Tasya sama om Rudi ga sarapan." ujarnya diselingi tawa cekikikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
2069: The Big War
Ciencia Ficción𝚆𝚎𝚕𝚌𝚘𝚖𝚎 𝚝𝚘 𝚝𝚑𝚎 𝚏𝚞𝚝𝚞𝚛𝚎.... ______________________________________ Dalam upaya manusia untuk menemukan pengganti Bumi, Proyek Teraformasi Planet Mars hampir mencapai kesuksesan. Di tengah perjuangan tersebut, tiga bersaudara yang te...