Musim Gugur

13 1 0
                                    


-Ayo kerjakan tugas kita, aku tunggu di Cafe D'Ritzause 30 menit lagi-

Pesan singkat Gaara mengintrupsi Karan untuk segera bergegas ke cafe tersebut. Karan dan Gaara satu kelas, mereka hendak mengerjakan tugas membuat artikel.

Karan tidak pernah terlambat, atau setidaknya dia tidak pernah membuat orang menunggu. Dia sampai di Cafe itu lebih dulu dibanding Gaara. Sebenarnya Karan sudah hampir merutuki satu-satunya anggota timnya itu untuk bertemu petang-petang di musim gugur, sudah barang tentu Gaara akan datang kemudian, Gaara dikenal disiplin, tapi tidak dengan tugas kelompok, dia egois. Dia mungkin saja akan menawari Karan untuk bebas tugas, dengan kata lain, Gaara lah yang akan mengerjakan tugas itu, bisa jadi dalam semalam. Ya, Gaara genius dan juga dia putra kepala sekolah, dia bahkan berhak bersekolah dengan rambut merah bata menyalanya itu.

Gaara datang hampir sepuluh menit setelah Karan, langsung menarik tempat duduk di depan Karan, Gaara mulai pembahasan tugas tanpa ba-bi-bu terlebih dulu,

"Akan menarik jika mengambil tema artikel ini tentang wisatawan asing di negara kita, menurutku," Gaara bersuara.

"Kenapa?" tanya Karan menuntut penjelasan.

"Aku penasaran, apa sebenarnya tanggapan mereka tentang Korea? Adakah alasan lain selain karena K-drama dan Kpop? Isu pariwisata kita sangat menarik di headline berita akhir-akhir ini." Jawab Gaara lugas, sudah barang tentu Gaara pasti memikirkan ini dengan matang sebelumnya.

"Melonjak naik maksudmu? Bagaimana kalau tidak ada alasan lain selain karena K-drama dan Kpop?" Karan berdiskusi.

"Itulah kenapa kita harus wawancara, inti dari artikel adalah wawancara, kita cari tahu jawabannya." Balas Gaara datar

"Maka itu akan basi, karena aku pikir aku tahu jawabannya, bahwa alasan mereka ke Korea adalah K-drama dan Kpop, dan artikel kita hanya akan berakhir di peringkat paling bawah, kau mau itu terjadi, Ketua?" Karan memberanikan diri untuk berargumen.

Sebenarnya Karan tidak pernah berpikir ini sebelumnya, ia bahkan tidak pernah berbicara selama tadi dengan Gaara saat di kelas, ia seperti punya energi lebih untuk berdebat dengan Gaara, Karan ingin Gaara melihatnya, bahwa murid di luar peringkat sepuluh besar juga berhak di dengar pendapatnya.

" Kenapa kau berpikir tema itu akan ada di peringkat bawah? Lalu kau mau tema apa?" tanya Gaara seolah kalah dengan argumen Karan.

" Karena akan terdengar membosankan, atau mungkin anak-anak lain juga akan mengambil tema itu. Aku tidak tahu juga untuk tema apa, aku tidak cukup pandai dalam hal ini." Jawab Karan.

" Kau terkenal pandai mengkritik tapi tidak memberi solusi, aku mengerti itu sekarang." Ujar Gaara datar, namun penuh penekanan.

Kalimat Gaara berhasil membuat Karan mencelos. Ini bukan pertama kalinya Karan mendengar kalimat tersebut dari orang lain, tapi setelah diucapkan Gaara terasa benar-benar menghujamnya. Karan terdiam, Gaara menang telak, seperti biasanya di kelas. Karan bahkan menundukkan kepalanya saat ini, ia merasa tidak mampu menatap Gaara. Entah mengapa Karan merasa ide Gaara tidak bagus, tapi dia sendiri tidak punya ide.

"Terserah kau saja, kau kan yang peringkat pertama, aku akan mempercayaimu" sahut Karan melemah.

Gaara tidak merasa menang, tapi justru merasa bersalah, meski dingin, dan tidak akarab dengan Karan, tapi Gaara tidak pernah merasa menyakiti orang seperti tadi, saat Karan tertunduk. Gaara tidak berpikir kalau Karan akan menunduk bukannya berargumen lagi. Gaara merasa Karan benar-benar memasukkan kata-katanya ke hati.

Mereka tetap berdiskusi, dengan Karan yang hanya mengiyakan pendapat Gaara. Hampir dua jam mereka di Cafe, sekarang pukul delapan malam.

"Kau tadi naik bus kan? Ayo aku antar pulang, aku bawa motor" tawar Gaara datar, namun tulus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Am I wrong?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang