BAGIAN 41 WARISAN CASCADE

102 0 0
                                    

Setelah mendengar pengakuan Mommy yang berujung kekecewaan dan sakit hati, Asnawi memilih untuk tidak berkomunikasi dengan Mommy Cascade, termasuk dengan Bi Asih. Hatinya merasa perih dan emosinya tak stabil. Setiap kali Bi Asih menelepon, dirinya tak pernah menerimanya. Bahkan semua chat WA pun tak pernah ia baca. Tentunya hal itu membuat Bi Asih merana.

Asnawi sangat kecewa dengan Bi Asih yang tidak tulus mencintai dirinya. Ia hanya menjalankan tugas dari Mommy untuk menjadi pacar Asnawi agar tak dimilik oleh orang lain.

Selain itu, Asnawi juga kecewa karena Mommy berusaha membunuh Merry karena dia mendekatinya. Padahal Merry adalah sahabat terdekat Cascade, tapi Mommy memilih membunuh sahabat anaknya sendiri demi memenuhi ambisinya.

Ia bersumpah akan menjauhi Mommy dan Bi Asih, akan tetapi ia kembali mengurungkan niatnya itu setelah teringat bahwa Cascade telah melahirkan darah dagingnya. Henry adalah buah cinta antara Asnawi dan Cascade. Asnawi bertekad akan membesarkan anak itu dan menyayanginya. Ia akan mengurus Henry sendiri tanpa bantuan Bi Asih.

Kini, Asnawi menyibukan diri dengan aktifitas kerja di kantor. Ia berusaha menerima kenyataan kalau sang cinta pertama telah tiada. Tentunya hal itu terasa sangat berat.

Selama sebulan setelah kematian Cascade, Asnawi masih tak bisa melupakannya dan tetap merasakan sakit, bahkan rasa sakitnya berlipat ganda bila ia juga mengingat Hayati.

Rekan-rekan kerjanya di kantor memberikan support dan semangat untuknya. Mereka turut berduka cita atas kematian Cascade. Diantara mereka, Irpan lab yang paling merasakan sedih. Ia dijanjikan oleh Asnawi untuk diperkenalkan dengan Cascade, namun hal itu tidak akan pernah terjadi.

Tak hanya rekan kerja, Anggariti pun ikut berbela sungkawa kepada Asnawi. Ia juga menanyakan hubungannya dengan Bi Asih. Akan tetapi, Asnawi meminta untuk tak membahasnya. Ia tak mau mendengar nama Bi Asih lagi setelah mengetahui semuanya.

Tak hanya menjauhi Bi Asih, Asnawi juga menceritakan semua pengakuan Mommy Cascade kepada Merry. Dia adalah korban kekejaman dan keegoisan Mommy Cascade. Merry hampir saja kehilangan nyawa akibat perbuatan Mommy.

Merry sangat kaget dan kecewa dengan cerita Asnawi. Ia pun merasa marah dan sakit hati. Selama ini Merry sangat mengaggumi sosok Mommy Cascade yang selalu membantunya dikala susah, namun hal itu kini berbalik.

Merry memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai asisten direktur restoran milik Mommy Cascade. Bi Asih menentangnya, namun ia bersikeras untuk menjalankan keputusannya. Ia berdalih ingin fokus menyelesaikan kuliahnya dan mencoba buka usaha baru. Bi Asih pun harus merelakan asistennya pergi.

Asnawi dan Merry mencoba membuka usaha baru yaitu warung kopi. Mereka berdua urunan uang untuk modal. Merry memiliki cukup banyak uang dari gaji dan pesangon yang ia dapatkan.

Mereka menyewa sebuah ruko kecil yang ada di wilayah Taman Sari. Asnawi dan Merry bahu membahu membangun warung kopi itu dengan tenaga dan pikiran.

Usaha mereka pun berjalan lancar. Banyak orang yang mengunjungi warung kopi mereka setiap harinya. Teman geng Merry dan Asnawi pun selalu berkumpul di sana setiap hari. Mereka saling berbagi kesenangan maupun kesedihan sembari menikmati kopi.

Setiap sore, Asnawi selalu mampir ke warung kopi. Ia ikut bekerja melayani tamu sebelum jam tutup tiba pada pukul 10 malam. Sejak saat itu, ia selalu pulang larut malam ke rumah kost nya.

Suatu hari, hujan lebat mengguyur kota Bandung. Malam itu, Asnawi tengah menutup warung kopinya, sedangkan Merry mencuci gelas gelas kotor. Asnawi lalu duduk termenung di kursi sambil menunggu hujan reda.

"Kamu kenapa Kan? Melamun mulu?" tanya Merry yang membawa sekeranjang gelas yang sudah dicuci.

"Gak tau Din..." jawa Asnawi datar.

Pacarku Hidup KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang