Selamat membaca ^_^
Entah sudah berapa kali Jehan menghela napasnya. Haechan benar-benar mengantarnya sampai ke rumah. Mereka baru saja check-in di bandara."Kapan kamu beli tiket?" Jehan bertanya tidak santai.
"Sama kamu." Jehan menautkan alisnya. "Kamu lupa yang beliin tiket kamu siapa?"
Aha! Jehan ingat, ia meminta tolong kekasihnya untuk memesankan tiket pesawat. Ternyata diam-diam lelaki itu membeli dua tiket.
"Passport? Visa?"
"Sama kamu juga." Lagi, Haechan diam-diam mengurusnya saat mengantar Jehan mengurus berkas-berkas izin tinggalnya.
"Mau berapa lama kamu disana?"
"Seminggu, cukup kan? Atau mau tambah?" Jehan mulai merasa pening, ia memijat pelipisnya.
"Terus nanti kamu pulangnya sendiri dong." Haechan mengangguk. "Kamu ini bukan orang biasa lho!" Jehan berbisik. "Kalau ketahuan gimana?"
Haechan menggeleng tenang. "Aku pakai outfit Seungmin. Lihat! Gak bakal ada yang ngenalin, aku belum pernah pakai style kayak gini. Tenang aja, aku udah atur semuanya." senyuman lebar di wajahnya justru membuat Jehan semakin lemas, tak tahu lagi mau bicara apa.
"Ngomong-ngomong, aku baru pertama lho pergi sejauh ini dengan bawaan sesedikit ini." Haechan menunjuk ransel di punggungnya-- yang juga milik Seungmin.
"Kamu bawa apa aja emang?" Jehan bertanya lemah.
"Cuma handphone, dompet sama passport." Jehan tercengang. "Plus pakaian dalam, hehe."
"Kamu gak bawa baju ganti?!" Jehan berseru pelan dengan mata melotot.
Haechan menggeleng dengan cengirannya. "Aku pinjam punya kamu aja, kan kamu punya banyak baju oversized. Atau pinjam Rafy, kayaknya ukuran kita sama, atau kamu bisa antar aku beli yang baru?"
Jehan ingin pingsan saja rasanya. "Terserahlah."
~
"Waahh.. Ini sih rumah sultan, sayang."
Mereka baru saja tiba dirumah Jehan. Lokasinya di daerah perbatasan Jakarta dan Bogor. Letak rumah Jehan sekitar 200 meter dari jalan raya.
Dengan luas tanah 600 meter persegi, dibangun rumah bertingkat dua diatas tanah seluas 250 meter persegi. Sebagian halamannya dipotong seluas 100 meter persegi dan dibangun rumah produksi catering oleh bunda.
Muka bangunan rumah produksi menghadap ke jalan, sedangkan pagar rumah Jehan ada di sebelahnya. Penataan bangunan yang melebar ke samping dengan atap yang dibuat tinggi membuatnya terkesan mewah, dan jangan lupakan visual design-nya yang menawan. Siapapun yang melihatnya tidak akan percaya kalau mereka pernah hidup susah.
"Lebay kamu!"
"Serius.. Ini, woahh.." Jehan menggelengkan kepala melihat reaksi Haechan.
"Hmm.. Ini peninggalan ayah yang tersisa. Bunda gak mau kasih ke orang, banyak kenangannya." Jehan tersenyum simpul.
Haechan menoleh pada gadisnya, merangkul dan mengusap pundaknya.
"Wah, menantu bunda sudah datang." melewati Jehan, bunda langsung memeluk Haechan.
Haechan membalas pelukannya. "Apa kabar bunda?"
"Anaknya yang baru pulang, gak dipeluk tuh." wajah Jehan masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] So I Married My Idol ✔
FanfictionMenjadi pasangan hidup seorang Lee Donghyuck selalu menjadi impian Jehan. Hanya mimpi, imajinasi, sebatas menghibur diri. Namun siapa sangka, beberapa kali dipertemukan secara tak sengaja membuat keduanya saling mengenal dan menaruh hati satu dengan...