Titik Jenuh

5 0 0
                                    

Kota mulai menampakkan keriuhan nya, suara mesin-mesin disel menjadi backsound, asap-asap abu mulai memenuhi sudut-sudutnya. Jalanan sudah tak lenggang lagi, penuh dengan para pejuang pencari uang untuk sesuap nasi. Ya, itulah tanda hari kerja telah dimulai.

"Jadi, kau ingin berhenti?" tanya seorang pria paruh baya pada sosok pemuda di hadapannya skeptis.
Sementara si pemuda terdiam sejenak dan berkata, "Ya, saya ingin berhenti."

"Kenapa? Sudah punya kerja baru? Dimana?"

"Tidak, saya belum melamar kerja dimana-mana, Pak."
Si pria paruh baya menatap bingung, kok bisa ada orang yang mau mengundurkan diri padahal belum dapat tempat kerja baru.

"Lantas apa yang membuatmu berhenti? Gajimu kurang? atau ... ada yang ...,"

"... tidak, Pak. Bukan karena gaji ataupun ada masalah dengan pegawai lain. Gaji di sini cukup besar dan tidak membuat saya kekurangan. Para pegawainya pun ramah dan kompak, Bapak tak usah khawatir. Semua aman terkendali," potong pemuda itu. Dia tahu calon mantan bosnya ini pasti bingung.

"Saya hanya ingin berhenti, Pak. Saya merasa lelah sekarang, lima tahun mengabdi di sini membuat saya belajar banyak hal. Terutama pentingnya hidup. Selama ini hidup saya memang sudah terjamin dengan gaji besar, jabatan mumpuni, pegawai tetap, hubungan baik, semuanya, mimpi saya sudah terwujud karena bekerja di sini. Namun, ada satu yang belum, Pak."

Si calon mantan bos menatap calon mantan karyawannya seksama. Raut wajah penasaran tergambar jelas di wajahnya.

"Ketenangan diri. Saya rasa saya butuh ketenangan diri. Setiap hari hidup ini terasa monoton, Pak. Pagi kerja sampai malam. Pulang, makan, mandi, tidur. Begitu terus setiap saat, hingga tak ada waktu bersama anak istri. Bahkan untuk diri sendiri pun tak ada waktu. Orang bilang saya butuh istirahat, cuti lah seminggu, dua minggu. Saya sudah mencoba namun nihil. Nyatanya, masih ada kekosongan di hati dan perasaan yang tak menentu semakin terasa seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, saya memutuskan ingin berhenti sekarang."

Dia tertegun mendengar penjelasan pemuda itu.

"Titik jenuh? Mungkin bisa dibilang begitu, ini titik jenuh saya. Mungkin juga tidak. Saya kurang paham apa ini hanya kejenuhan belaka yang sementara atau tidak. Saya hanya merasa butuh istirahat panjang, menjauh dari rutinitas saya seperti biasa, keluar dari zona nyaman yang membuat hidup saya seperti sekarang. Saya rasa ketenangan diri akan saya dapat bila memulai lembaran baru. Saya ingin berhenti menjadi seorang zombie yang tak memiliki rasa, tak memiliki jiwa, namun ber raga. Saya harap Bapak mengerti dan menerima surat resign saya," lanjutnya mengakhiri cerita.

Tamat

Titik JenuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang