Jangan Sentuh anakku!

30 9 0
                                    

Sorot cahaya mentari menembus sela-sela ventilasi, yang menandakan bahwa Tuhan masih berkenan menyapa raga menyedihkan,vena.
Penemu baringkan tubuh membusuk yang ada di pangkuannya di atas ranjang yang reyot.

Ketika ia mendapati pintu belakang rumah terbuka, diseretnya Kaki pincangnya menuju sumur tua di belakang rumah.
Matanya mengawasi sekitar, Iya tertegun dengan sederetan pohon besar yang mengelilinginya.
Semak belukar terlihat di sepanjang mata memandang.
Sebidang tanah yang kala itu terlihat cantik dengan berbagai jenis bunga kini hanya ditumbuhi tanaman liar berduri.
Bibirnya pelan mengucap,"Maafkan aku,mbok,ampuni aku."
Matanya berlinang air mata, tangannya mengelus nisan tua bernama sulasmi.
"Aku akan membalas apa yang telah mereka perbuat kepada simbok, mereka harus merasakan apa yang simbok rasakan."

"Hei, kenapa kamu masih bisa ada disini?" Bentak seorang lelaki yang sembari menarik rambut Vena, ditariknya rambut Vena dengan kasar, Vena mencoba berontak namun tangan lelaki itu jauh lebih kuat dari upayanya.
Dilempar kembali Vena ke dalam ruang kosong yang menyedihkan itu.

"Oh, kali ini kamu benar-benar hebat, akhirnya kamu mau menurut Ndoro Ayu,"ujar lelaki dengan senyum kecil di sudut bibirnya.
Vena terdiam,ia mengangkat kedua tangannya,ia pemperhatikan gaunnya kali ini terlihat begitu lusuh dengan bercak darah disetiap bagian bagiannya.

"Kenapa kamu baru sadar?Heh!perempuan gila,ternyata Galih tidak pernah salah pilih ya,kamu memang orang yang sangat tepat.Ha.. ha..ha."
Seru lelaki itu dengan tawa terbahak-bahak.
Sambil tertawa ia mengawasi setitar dan ia mendapati tubub membusuk diatas ranjang,di sentunya dengan pelan sembari berkata,
"Nina,oh Nina"
" Jangan sentuh anakku". Teriak Vena.
Tangannya melontarkan sebuah gelas kaca tepat dibeelakang kepala lelaki itu.
"Ahh..."Erangnya kesakitan.
"Darah,"Gunam Vena dengan lidah yang menjulur panjang.
Dengan sigap ia menghampiri lelaki itu yang sendari tadi sibuk memegangi kepalanya.
Lelaki itu berteriak ketika sebuah tangan mencengkram,namun mata merah membusuk sedang mengawasi setiap darah yang mengalir.
Lelaki itu hanya memandang dengan kengerian,kakinya seolah terpaku,matanya terbelalak ketika lidah panjang menjulur menjelajahi setiap aliran darahnya.
"Sudah kubilang,jangan sentuh Nina"Bisik Vena
"Ven...Na"Gumamnya pelan.
Tiba-tiba helaian rambut menyambangi tubuh rambut itu,merambatnya dari ujung kaki kemudian terhenti dibagian lehernya.
Kamu siap?Sampaikan salam ku pada istrimu Lina,Istrimu"pesan Vena.
Ti...dakk,Ven"Rintihan lelaki itu ketika rambut panjang vena menjerat lehernya.

Selamat Malam NinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang