❤️ 6 Kesempatan

17.3K 3K 173
                                    

Karena Ica merengek terus, akhirnya aku menyetujui Ica pergi dengan Hendra tapi dengan syarat aku harus ikut. Enak saja kan, masa mereka mau mengambil Ica lagi? Terang saja aku tidak akan memberikan semudah itu. Sepertinya Hendra tidak masalah kalau aku ikut, tapi ada satu orang yang memang tidak suka. Lia. Aku bisa melihat ekspresinya saat aku datang bersama Ica dan Hendra mempersilakan aku ikut masuk ke dalam mobil. Untung Mamanya Hendra tidak jadi ikut.

Sepanjang perjalanan, Lia mencoba merayu Ica untuk mengajak mengobrol tapi Ica tentu saja malah manja dengan Hendra membuat Lia menjadi sedikit kesal.

"Memangnya nggak sibuk? Katanya kamu sibuk sama toko kamu?"

Aku sedang membenarkan baju renangku di dalam ruang ganti cewek saat Lia sama-sama mensejajariku di depan cermin. Aku meliriknya sekilas. Dia mengenakan bikini two piece. Jadi dia memang mau merayu Hendra? Atau cowok lain di sini? Memang tubuh Lia lebih berlekuk dan berbentuk dibanding aku yang sudah melahirkan. Tinggiku juga kalah dengan tinggi Lia.

"Sudah ada karyawan di sana."

Jawabanku membuat Lia kini menatapku.

"Kamu nggak kepikiran mau ngajakin Hendra balikan lagi kan?"

Pertanyaannya itu yang membuat emosiku langsung naik. Aku berbalik tepat menghadapnya dan menunjuk jariku tepat di depan wajahnya.

"Dengar ya, di sini posisi yang merebut siapa? Dan kamu pikir aku mau kembali setelah kamu merebut Hendra dariku? Aku tidak sebutuh itu sama Hendra. Kamu harusnya berterimakasih kepadaku, karena aku minta cerai akhirnya kamu jadi istri satu-satunya. Kalau enggak posisimu tetap istri kedua."

Aku langsung berbalik dan melangkah keluar dari ruang ganti. Enak saja, dia mau mengintimidasi ku atau gimana?

"Bundaaa....siniiii maem sama Ica dan ayah."

Teriakan putriku kecilku itu memang sangat polos. Hendra dan Ica sudah ada di kolam arus dan naik ban berbentuk boneka. Ica tampak sangat bahagia, aku rela melakukan apapun demi melihat senyum sebahagia itu. Anak adalah darah daging kita, buah hati, jiwa dan semuanya. Aku tidak mungkin bisa egois, menggapai kebahagiaanku sendiri. Karena Ica adalah anakku dan Hendra, sebaik mungkin aku tidak akan membuat kerusakan di masa kecilnya. Biarlah dia tahu kalau Bunda dan ayahnya tetap baik-baik saja. Karena aku tidak ingin itu mempengaruhi masa depan Ica.

"Bun sini...satu tempat lagi."

Hendra bahkan ikut melambai dan mengajakku naik ban berbentuk boneka hello Kitty itu. Memang ada dua tempat dan Hendra ada di dalam kolam sambil berdiri. Akhirnya aku melangkah memasuki kolam arus dengan tinggi sepinggang orang dewasa itu. Hendra bahkan membantuku untuk naik.

"Siap? Ayah dorong ya?"

Hendra berteriak saat Ica mengatakan siap dan akhirnya kami melaju di kolam arus dengan diiringi tawa Ica. Rasanya, semuanya menghilang begitu saja. Aku dan Hendra kembali menjadi Ayah dan bundanya Ica secara utuh. Sikap Hendra juga kembali seperti dulu. Bahkan dia lupa dengan keberadaan Lia, yang aku yakin pasti sedang menatap kami dengan kesal.

"Ayah, mau main busa dulu ya Ica."

Setelah sampai di ujung, Ica langsung turun begitu saja dan berlari ke kolam busa yang diperuntukkan untuk anak-anak. Aku yang masih berada di atas ban kini berusaha turun.

"Hati-hati Ndis."

Hendra memegangi ku saat aku turun dan membantuku untuk naik ke atas. Menyusul Ica yang sudah berlari. Akhirnya aku duduk di tepi kolam busa. Melihat Ica yang berlari senang dengan bermain busa.

"Baju renang ini kan aku beliin pas kita bulan madu ke Bali kan?"

Pertanyaan Hendra membuat aku menoleh ke arahnya. Dia sudah duduk di sebelahku.

Repihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang