#05

6 3 4
                                    

"Pergilah. Dan kumpulkan pasukan terpercaya kalian untuk peperangan nanti," perintahnya seraya berdiri. "Baik Jendral Griz!" sahut Algar dan Lycho bersamaan lalu memberikan hormat pada Griz sebelum meninggalkan ruangannya.

"Sudah dimulai..," gumam Griz seraya memandang langit malam yang indah di kota Relluya saat ini.

***

Prank!Pash! Pedang hitam milik Seven terus membelah benang merah yang terus dikeluarkan iblis itu sebagai bentuk pertahanannya. "Wah wah, apa kau sudah kelelahan anak muda?" tanya iblis itu seraya memperbanyak benang untuk pertahanan dirinya.

"Aku tidak akan pernah lelah untuk membunuh mu!" balas Seven tegas seraya terus menebas benang itu satu persatu.

Ztt! Iblis itu terkesiap dan mengambil jarak yang cukup dari Seven ketika pedang hitam miliknya berhasil menggores badan iblis itu.

"Gawat, ya.. Sepertinya aku harus mulai serius," ujarnya yang membuat Seven bersiaga untuk mulai menyerangnya.

Dengan tenang iblis itu terus memperbanyak benang merah yang ada dari jari – jarinya. Seven pun mulai menebas benang itu seperti semula, namun tiba – tiba benang itu berubah menjadi lebih keras dari biasanya.

"Benang darah iblis... Habisilah manusia yang berdosa ini..!!" ujar iblis itu seraya tersenyum penuh kemenangan.

'Fokus Seven! Ini hanyalah benang biasa!' batin Seven ketika beberapa benang itu berhasil membuat gerosen di tangannya.

"Merepotkan, "

Swushhh! Dalam sekejap sebuah badai angin yang sangat besar datang menyerang benang darah itu dan membuatnya putus.

"Ternyata kau tak sehebat yang kudengar," ujar gadis dengan rambut cokelat kuncir kuda itu pada Seven.

Seven pun tak percaya dengan apa yang ia lihat. Gadis itu memutus benang darah ini hanya dengan sebuah kipas berwarna putih ditangannya.

"Huft! Sepertinya aku benar – benar harus meminta cuti tambahan pada letkol," gumam gadis itu seraya menghembuskan nafas secara pasrah.

'Lambang pasukan Norel? Gadis ini pasukan Norel?!' batin Seven yang tidak menyangka ketika melihat lambang daun dengan pucuk lima di dadanya.

"Kau Seven kan? Aku Mourie Ryoka, panggil saja Rie," ucap Rie memperkenalkan diri seraya tersenyum ramah. Seven pun hanya menanggapinya dengan anggukan.

"Nah, Seven. Kau tidak menyerah bukan? Aku ada ide," ujarnya yang membuat Seven harus mendengarnya dengan seksama.

"Wah.. Tadi itu badai angin yang sangat kuat. Tapi, aku tidak akan kalah dengan semudah itu lhoo..," ujar iblis itu seraya bersiap untuk menyerang ke arah Rie dan Seven. Benang darah itu mulai berkumpul dan membuat Rie serta Seven terperangkap didalamnya.

"Apa ini?!" tanya Seven yang tak menyangka dirinya terkurung dalam jebakan iblis aneh itu.

Swush! Rie pun mencoba mengayunkan kipasnya sekuat tenaga untuk memotong benang itu, namun hasilnya nihil.

"Dasar..," kesal Rie seraya mengepalkan tangannya.

Slaash! Benang itu pun terbelah dan melepaskan Rie serta Seven yang sebelumnya terperangkap didalamnya. "Kau baik – baik saja Seven?" tanya Ruri yang menghampiri Seven.

"Aku baik – baik saja. Terimakasih," sahut Seven.

"Wahh.. Ternyata kalian sudah menghabisi anak buah ku yang lemah, ya..," ujar iblis itu ketika melihat seluruh tim Gin beserta Rie mulai mengepung dirinya.

S E V E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang