10 | Childish

209 46 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Aku pengen kerja," ucap Yena di sela acara sarapan paginya dan Jihoon, yang di ajak bicara noleh.

"Jangan ah, nanti capek." jawab Jihoon lalu lanjut memakan sarapannya lagi.

"Gabut lah, beres-beres rumah mulu, kan kalau di lakuin setiap hari jadi cepet beresnya. Beda lagi kalau aku kerja, nanti pas hari libur kerasa aku beres-beres rumahnya" kata Yena memberi alasan.

"Ya kan nanti urusin anak juga," ceplos Jihoon tanpa merhatiin kalimatnya sendiri, Yena melongo sambil menoleh ke arah Jihoon.

"Apa sih apa? Nggak denger!" kata Yena dengan sengaja sambil mendekatkan diri telinganya ke Jihoon, gak lupa juga menyematkan anak rambutnya ke belakang telinga.

Jihoon tersedak langsung ketika sadar sama ucapannya, cowok itu buru-buru minum membuat Yena yang melihatnya mencibir sebal.

"Y-ya maksud aku kan nanti kalo udah ada," kata Jihoon setelah sibuk ngurusin keseleknya.

Yena menoleh sinis, "Nantinya emang kapan?"

"Ya nanti lah pokoknya, kan kamu belum hamil sekarang." jawab Jihoon sambil menghindari tatapan Yena.

"Makanya buat!" ngegas Yena membuat Jihoon hampir tersedak lagi, lalu Yena menghela nafasnya. "Emang kenapa sih kalau punya anak deket-deket sini? Kenapa harus nunggu dulu setahun dua tahun dulu? Lama tau!" lanjutnya mengingat Jihoon bilang belum siap punya momongan bersama Yena setelah kemarin Yena nyeletuk ngomongin anak di kantor.

"Aku belum siap Yena, lagian ngurusinnya gak gampang. Aku juga kepengennya beli rumah dulu buat kita berdua, nikmatin waktu bersama berdua dulu sampai akhirnya aku siap kedatangan anggota baru." ucap Jihoon memberi alasan, "Lagian kita nikah baru beberapa hari, Yena." keluh Jihoon setelahnya.

"Hoon, buat malam ini juga gak tentu datangnya besok kehamilan tuh, seenggaknya kita udah buat programnya dari sekarang dan dua bulan atau tiga bulan ke depan baru aku bisa hamil. Oke kalau mesti nunggu kamu siap dulu, tapi masa iya nunda sampai setahun dua tahun?? Keburu aku kesel terus cari cowok lain!" omel Yena sambil membanting kecil sendok dan garpunya lalu menyandar pada kursi sambil menatap lurus, malas noleh ke Jihoon.

Jihoon berdecak jadi ke bawa emosi, "Ya udah, cari cowok lain sana yang nerima pendapat kamu itu barusan." ketusnya beranjak lalu pergi dari dapur, mending berangkat ke kantor aja daripada terus cekcok.

"Kok jadi marah gitu sih kamu?" kesal Yena ikut beranjak berjalan mengikuti Jihoon dari belakang.

Jihoon lalu berbalik, pas banget Yena di belakang ikutan berhenti jalan. Kedua tangannya naik memegang bahu Yena dan menatap tepat matanya.

"Yena, punya anak nggak segampang yang kamu pikirin. Gak cuma liat gemesnya dia, terus kita dandanin semau kita, asal mikir indahnya anterin dia sekolah ataupun apalah itu. Kita harus pikirin perkembangannya, uang yang kita perlukan semuanya, repotnya pas dia bandel gimana. Semua itu nggak gampang, kita harus sama-sama siap fisik dan batin." nasihat Jihoon mencoba bicara dengan lembut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SuitableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang