36. Semakin Dekat

1.4K 147 7
                                    

Hari Minggu, saat yang paling tepat untuk tidur sampai menjelang siang. Ya, seperti yang dilakukan gadis cantik ini, jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi tapi ia masih asik bergelut manja di dalam selimut. Apalagi cuaca diluar sedikit mendung membuat gadis itu semakin nyenyak dalam tidurnya.

Diandra mengubah posisi tidurnya manakala merasa ada sesuatu yang menempel di pipi putihnya. Ia merasa pipinya sedikit basah.

Sekali lagi Diandra merasakan, kali ini bukan di pipi melainkan di dahi. Apa ini sebenarnya?

Merasa cukup terganggu Diandra perlahan-lahan membuka kelopak matanya. "Aaaaaaa dedemit!!" teriaknya nyaring.

Untung saja Diandra tidak punya riwayat penyakit jantung, kalau ada mungkin sekarang Diandra sudah meninggal di tempat karena terkena serangan jantung dadakan.

"Lo kok ada disini?"

Bagaimana tak terkejut setengah mati, saat gadis cantik itu membuka kedua matanya ada sosok wajah sambil menyengir didekat wajahnya. Begitu dekat hingga membuat terkejut.

"Pagi baby," sapa orang yang telah mengganggu tidur Diandra.

Diandra menaikkan selimut yang sudah melorot untuk menutupi tubuhnya yang saat ini hanya menggunakan cropped t-shirt berlengan pendek yang memperlihatkan pusar gadis itu karena tinggi t-shirt itu yang diatas perut. Ditambah lagi Diandra menggunakan hotpants berwarna hitam.

"Wow gede!" ujar Alvaro saat matanya tak sengaja melihat ke arah dada Diandra.

"Heh matanya!" Diandra memukul kepala Alvaro dengan guling.

Alvaro terkekeh. "Ngapain ditutup yang, kan sedekah itu."

Minta di tabok memang mulut Alvaro itu dengan aspal.

"Kok lo ada di kamar gue sih Al?!" tanya Diandra sewot.

"Tadi gue bilang sama Bi Harti kalau udah janjian sama lo pagi ini, terus Bi Harti bilang gue langsung masuk aja ke kamar lo."

Bohong mana ada janji-janjian. Diandra saja tidak tau Alvaro akan ke rumahnya.

"Terus sekarang Bi Harti nya mana? Masa dia biarin lo gitu aja masuk kamar gue!"

Alvaro bersandar di tempat tidur Diandra. "Ke pasar," ujarnya enteng.

Pantas saja Alvaro lancang begitu saja masuk ke kamar Diandra. Rumah sedang sepi sekarang.

Alvaro mengangkat tangannya untuk mengelus pipi Diandra. "Anak perawan jam segini masa masih molor, Ckckck ...." Alvaro berdecak.

"Ih jangan pegang-pegang pipi gue! Eh— tunggu tadi gue ngerasa ada yang aneh sama pipi gue kaya ada yang basah gitu nempel. Lo gak macem-macem in gue kan Al?!" Diandra melotot tajam.

"Gak kok cuma sekali macam aja," Alvaro terkekeh.

"Jangan bilang lo—"

"Iya gue ciumin itu pipi lo," Alvaro memutus ucapan Diandra.

Plak plak plak

"Hih ngeselin mentang-mentang gue lagi tidur lo ambil kesempatan. Dasar Alvaro cabul!"

"Auw sakit yang." Alvaro menahan tangan Diandra yang terus memukulinya.

Diandra kesal. Alvaro sudah keterlaluan, bisa-bisanya Diandra lagi tidur malah ambil kesempatan seperti itu.

"Iya ampun ... ampun," Alvaro mengelus tangan Diandra.

"Jangan ciumin gue sembarangan lagi!"

"Iya gak. Nanti kalau mau cium gue ngomong deh sama lo." Alvaro mengedipkan sebelah matanya.
Gak ada kapok-kapoknya memang buaya satu ini!

DIANDRA ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang