7321

315 27 3
                                    

Hujan turun secara tiba-tiba.

Kalau sedang hujan begini, Junkyu jadi teringat seseorang.

Bahkan dengan mengingatnya saja membuat hati Junkyu berdesir hebat. Oh sungguh efek yang luar biasa.

Junkyu meletakkan peralatan tulisnya. Ia beranjak dari meja belajarnya kemudian merebahkan tubuhnya diatas kasur empuknya.

Pikirannya jauh menerawang diluar sana, sedang apakah si 'Memorial Hujan' nya ?

Tak lama kemudian, ada suara ketukan pintu. Seseorang mengetuk pintu kamarnya dari luar.

Junkyu seketika beranjak dari kasurnya lalu berlari kearah pintu kamarnya. Kemudian membuka knop pintu secara tergesa.

"HARUTOOOO !!!!!" Junkyu memeluk seseorang yang berada didepan pintu kamarnya sedari tadi. Oh, namun sayangnya itu bukan Haruto.

"Kakakk please, sadar kak !!! Haruto udah nggak ada !!" Seseorang yang dipeluk Junkyu, sekaligus yang disangka Haruto-nya, membalas pelukan Junkyu sembari menangis.

"O-oh ?? Junghwan-ie ?? Aku kira kamu Harutokuuuu~ Oh ??? Apa yang kau baru katakan ?? Haru sudah nggak ada ??? JANGAN BICARA SEMBARANGAN !!" Junkyu dengan brutal melepaskan rengkuhan Junghwan, adiknya. Kemudian ia berteriak menceracau tidak jelas sambil menangis. Sesekali menyebut nama Haruto dalam raungannya.

"APAKAH UPACARA PEMAKAMAN SEMINGGU LALU TIDAK MEMBERIMU FAKTA YANG CUKUP !!???" Bentak Junghwan disela raungan Junkyu.

"ITU BUKAN HARU KU ! LELAKI YANG ADA DIDALAM PETI ITU BUKAN HARUTO !! DIA BAIK-BAIK SAJA !!!" Balas Junkyu tak kalah keras.

"HARUTO MENINGGAL SETELAH MENYELAMATKANMU DITENGAH HUJAN ! TIDAKKAH KAU INGAT BAGAIMANA TUBUHNYA TERHEMPAS JAUH SETELAH TERTABRAK BUS ???? BUKANKAH KAU MELIHATNYA SENDIRI, KIM JUNKYU !!??"

"CUKUPPPPPP JANGAN KATAKAN ITU LAGI AKU TIDAK BISAAAAAAAAAAA" Junkyu semakin meraung dan terlihat menyedihkan.

Haruto nya, benar-benar pergi setelah menyelamatkannya ditengah hujan deras, seminggu lalu.

Haruto nya, benar-benar pergi tanpa mengucap pamit.

Haruto nya, benar-benar pergi diiringi hujan deras saat itu.

Ya, Junkyu kehilangan akal sehatnya semenjak hembusan nafas terakhir Haruto.

Apakah kalian tahu, apa yang Junkyu tulis tadi ?

Sepanjang hari ia hanya menghabiskan waktu untuk menuliskan nama Haruto, di buku-bukunya yang kini terlihat berantakan.

Haruto nya pergi, membawa sebagian besar akal dan jiwa Junkyu.

"Aku ingin bersama Haru saja .. dunia sungguh jahat menertawakanku sepeninggal Haru .." lirih Junkyu. Junghwan terduduk kemudian memeluk kakaknya posesif.

"Tidak .. aku katakan tidak !! Haruto tidak suka melihatmu seperti ini, kak !!" Tubuh Junghwan bergetar hebat. Sungguh ia sangat takut. Ia sangat mengkhawatirkan kakaknya.

Tidak disangka-sangka, Junkyu melepaskan pelukan Junghwan dengan sekuat tenaganya. Junghwan limbung dan jatuh dari duduknya ke belakang. Junkyu berlari menuju balkon kamarnya kemudian berdiri di ujung pembatas balkon.

"KAK JUNKYU !!!!" Junghwan berusaha bangkit kemudian berlari menuju kakaknya.

Junkyu tersenyum menatap Junghwan, kemudian melambaikan tangannya.

"Junghwan, aku pergi dulu, jaga rumah baik-baik ya !" Sedetik kemudian Junkyu telah terjun. Junghwan menghentikan larinya, kemudian terduduk karena kakinya terasa sangat lemas.

"K-kak .. Junkyu .."

Dibawah sana, Junkyu merasakan sedikit pusing. Ia heran, kenapa pusingnya hanya sedikit ? Bukankah balkon kamarnya cukup tinggi dari permukaan tanah ?

"Sayang .." Junkyu mendengar suara seseorang yang sangat familiar ditelinganya, dari arah belakang.

Seseorang yang memanggilnya semakin mendekat dan terlihat jelas.

Junkyu membelalakkan matanya, tak lama kemudian ia menangis.

"H-Haruto !!" Pekiknya senang, kemudian ia bangkit berlari kearah sosok kekasihnya. Junkyu memeluk tubuh tinggi Haruto nya sangat erat. Tubuh kekasihnya yang biasanya hangat, kini terasa sedingin es. Tapi tidak masalah, yang terpenting ia bisa memeluk Haruto nya lagi.

"Kenapa .." Haruto tiba-tiba membuka suara. Suaranya berat, suara favorit Junkyu selama ini. Namun kali ini ditambah sedikit serak, agak menyeramkan, tapi Junkyu tetap suka.

Junkyu mendongakkan kepalanya, masih dengan posisi memeluk Haruto.

"Eung ?? Kenapa apa ??" Tanya Junkyu sambil mengerjapkan matanya. Haruto sedikit menunduk menatap Junkyu sayu dengan tatapan kosongnya.

Kemudian Haruto menunjuk kearah dimana jasad Junkyu tergeletak dan berlumuran darah.

Junkyu menoleh, melihat kearah dimana jari Haruto menunjuk.

Junkyu terkejut, dan bergetar. Melihat raganya tergeletak disana berlumuran darah, wajah imut menggemaskannya dipenuhi dengan darah, sungguh menyeramkan.

"H-Haru .. aku merindukanmu .." lirih Junkyu kemudian sembari menatap Haruto kembali.

Haruto membalas pelukan Junkyu, bahkan pelukan Haruto jauh lebih erat. Tidak ada kehangatan sama sekali dalam pelukan mereka. Padahal, Junkyu sangat membenci suhu yang dingin.

"Haru tidak merindukan Junkyu ?" Tanya Junkyu disela pelukan mereka.

"Apakah masih perlu dipertanyakan ?" Haruto melempar balik pertanyaan kekasihnya. Junkyu tersenyum, wajahnya yang menempel pada dada bidang Haruto tidak terlihat namun Haruto bisa merasakannya.

"Haruuu apakah kita akan bersama selamanya ??" Tanya Junkyu tanpa menatap Haruto.

Haruto tersenyum, kemudian berkata,

"Kita akan bersama, selamanya, bahkan maut sudah menyerah pada kita"

end ; harukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang