Ini masih pagi, dan gadis yang seharusnya duduk di depan layar monitor mendengarkan penjelasan guru itu malah asik pergi dengan kaos putih yang dia buat tidur yang berbalut jaket hitam. Rambutnya yang habis dia potong sebahu itu membuatnya merasa lebih ringan kepalanya.
"Hmm hari ini beli apa ya?" Gumamnya memasuki salah satu swalayan di dekat rumahnya.
Gadis itu selalu meninggalkan pelajarannya selama daring. Hampir setahun sudah dia di rumah terus.
"Totalnya 200k."
Sehabis berbelanja kebutuhan sekunder dan pokoknya gadis yang rambutnya hanya sebahu itu lekas pergi dengan masker hitam yang menutupi wajahnya.
Meow! Meow!
Meongan kucing kecil terdengar nyaring di telinganya.
"Kalian datang tepat waktu. Aku habis beli makanan kucing." Serunya senang begitu pun juga anak kucing yang selama sebulan ini selalu dia jumpai. Terkadang dia bermain dengan anak kucing itu hingga siang hari.
Gadis itu berjalan menuju rumah kosong yang tempat kucing kecil itu tinggal.
"Makan yang banyak~ biar cepet besar~" Menuangkan sebungkus makanan kucing berukuran kecil semuanya.
"Mana kucing satunya?" Gerutunya menatap hanya ada kucing putih di depannya.
Meow~
Tepat disaat dia memikirkannya kucing kecil berwarna hitam itu datang dari belakangnya, mengusap kan tubuh nya diantara kaki ku.
"Ayo makan. Sekarang kalian harus makan biar cepat beeeesaarrr." Merentangkan kedua tangannya ke udara membayangkan seberapa besar ukuran kucing yang dia bayangkan.
Meow! Meow!
Meongan nyaring itu selalu mengisi kehidupannya selama sebulan ini. Sayangkan jika dia bisa, mungkin dia akan membawa kucing, tapi sayangnya dia tidak begitu telaten merawat hewan. Bahkan tumbuhan saja selalu berakhir mati padahal itu kaktus.
Kucing yang sepertinya bersaudara berwarna hitam dan putih tinggal di rumah kosong yang sudah lama tidak berpenghuni.
"Aku ga lihat kucing lainnya. Biasanya banyak kucing di daerah sini. Tapi ya syukurlah kalau ga ada. Nanti ga ngerebut makanan kalian berdua."
Meow! Meow!
"Setidaknya lebih baik disini daripada di rumah harus mendengarkan cerita novel fantasi punya kakak." Gerutu nya yang mengingat kembali seberapa fanatik nya kakak nya itu.
Tak terasa sudah tiga jam dia habiskan dengan kucing kecil ini. Dia bersiap pulang tapi kucing berwarna putih ini masih ingin bermain ternyata, sedangkan saudaranya yang berwarna hitam malah sudah tak kuat berdiri lagi dan terbaring lemas karena menahan kantuk.
"He tidur sana. Lihat kakakmu itu. Dia sudah mengantuk, sana tidur. Nanti aku datang lagi okay."
Meow! Meow!
Dengan berat hati dia bangkit pergi dengan kucing kecil putih itu mengekoriku. Dia kembali mengusirnya dan menyuruhkan kembali masuk ke dalam rumah kosong, tapi kucing putih itu bersih keras mengejarku. Dengan menahan segala kecamuk nya, dia berlari meninggalkan kedua kucing itu dan berjanji akan kembali saat senja nanti, memberi makan mereka berdua.
Tanpa sadar dia berjalan melewati jalan raya dan sebuah truk melaju kencang.
TIIIIINNNN!!! BRAK!
Kecelakaan yang tidak pernah dia pikirkan terjadi padanya. Kenapa dia begitu bodoh dan tidak mengingat ya jika jalan raya setiap siang ini selalu ramai dengan truk pengangkut bahan bangunan yang habis dibawa dari pabrik.
"He cepat panggil ambulan atau telpon keluarganya!"
Dia tidak dapat mendengar dengan jelas. Belasan? Tidak, mungkin puluhan pasang kaki ada di depan mataku. Tapi kenapa semuanya perlahan kabur dan terdengar bunyi nyaring yang menggema telingaku. Itu sangat menyakitkan.
Dia dengar di detik detik kematian selama lima puluh detik kau akan diputarkan selayaknya film, rekamanmu selama hidup.
"Ahh, apa ini akibat aku selalu bolos daring?" Pikirnya yang teringat dengan tugas menumpukku ditahun terakhir sekolah.
Dia tidak mengerti, tapi hal yang dapat dia rasakan hanyalah sakit dan pusing.
Aku ngantuk.
Aku pen tidur.
"Aileen, Aileen, bangun tukang tidur!"
Seseorang mengguncang tubuh nya dan menyiraminya se-ember air dingin.
"AH! DINGIN!" Pekik nya sontak bangun membuka lebar mata yang sempat tadi tertutup sejenak.
"He! Lo itu siapa?! Nylonong masuk ke kamar orang aja! Punya akhlak ga!" Pekik nya yang tak peduli siapa orang itu yang jelas dia bukan kakak nya, yang penting bukan keluarga nya. Tidak apa seorang pun di keluarganya yang membangunkan dirinya dengan se-ember air.
"Apa maksudmu? Apa kau tidak lihat sang surya sudah meninggi. Kaisar bahkan tidak ingin punya rakyat pemalas sepertimu. Cepat bangun dan beri pakan ternak!" Cercahnya setelah berceramah panjang lebar yang hanya masuk ke telinga kanan dan keluar telinga kiri nya.
Apa semalam aku bermimpi mati? Jika iya berarti umurku akan panjang.
Itu yang di gumam kan mengingat perkataan kakak nya waktu itu.
'Kalau mimpi seseorang mati itu nanti kata nya orang itu bakal panjang umur loo~'
Terdengar sangat konyol menurutnya.
Dia segera bangkit dari ranjang dengan basah kuyub. Siapa yang menyangkan jika pagi nya akan diberi ceramah panjang lebar. Ini membuat nya teringat tugas yang menumpuk itu.
Aku harus mengejarkannya.
Dia berjalan dengan malas menuju meja belajar dan bersiap membuka laptop tapi dimana meja belajar dan semua buku nya. Baru tersadar jika ini bukan kamar nya, ini terlihat seperti sebuah gudang tidak terurus dengan setumpuk karung goni yang dapat dia lihat isinya adalah gandum, yang menggunung di pojok gudang.
"Aileen! Bocah pemalas! Apa kau ingin aku cambuk lagi huh?!" Derap langkah yang begitu kasar membuat nya takut dan tanpa dia sadari, dia refleks mundur beberapa langkah.
Apa? Apa yang begitu menakutkan selain seekor anjing yang mengejarku seminggu yang lalu?
BRAK!!!
Pintu gudang yang terbuat dari kayu dan sudah berdebu itu berterbangan setelah dibanting oleh pria yang sepertinya terlihat berumur empat puluh tahun-an itu. Dia sama sekali tidak mengenalnya dan wajahnya yang terlihat berkeriput jelas membuat nya semakin bertanya tanya dengan sebuah cambuk yang dia gulung sudah ada digenggamannya.
CASS!!
*agap aja bunyi cambukan ya"Argh! Sakit!" Rinti nya dengan teriakan menggema di dalam gudang.
"Ini Akibat kau membuang waktumu dengan tidur dan juga terlambat bangun upacara pagi!"
CASS!! CASS!!!
Setelah puas mencambuk nya, pria itu pergi meninggalkan dirinya yang terbujur lemas dengan luka cambuk yang memenuhi pergelangan kaki dan lengan tangan, dan juga rasa perih menjalar di leher nya.
"Cepat bangun dan beri pakan ternak Aileen!" Serunya sebelum pergi meninggalkan nya.
"Aileen, Aileen, Aileen, aku bukan Aileen! Tunggu sebentar..."
Perlu kesadaran untuk membuatnya tersadar jika ini pasti adalah sebuah mimpi yang nama karakternya sama dengan novel yang terpaksa dia baca dari kakaknya itu.
"Lagi pula jika ini mimpi setidaknya jangan jadikan aku tokoh Aileen yang antagonis itu, setidaknya biarkan aku jadi warga yang taat peraturan dan tidur sepanjang hari saja."
.
.
.
hallo👋 moga kalian betah dan suka, cus lanjut baca
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAH KAISAR I & II [SELESAI]
Fantasy"Apa ini karma bolos daring?" Gadis yang masih di bangku sekolah ini mati. Siapa yang menduga jika dia masuk ke dalam dunia novel yang sangat kakak nya gemari. War Empire Novel yang sangat di bucin kan kakak nya itu malah dia yang masuk ke dalam nov...