Kikan sedang sibuk menidurkan Sean. Sebenarnya sih Sean sudah hampir tertidur, matanya juga udah sayu. Kikan juga merasakan pundaknya semakin berat seiring Sean berjalan ke alam mimpinya. Tapi Kikan masih menggoyang-goyangkan badannya ke kiri dan kanan. Pemandangan yang membuat Mama Kikan tertawa pelan, tak habis pikir.
"Kemaren aja ngebet banget mau nikah lagi sama Yohan. Sekarang udah nikah, Yohan-nya dianggurin," kata Mama Kikan sambil merapikan meja makan.
"Apa sih Ma? Kan memang biasanya aku nidurin Sean jam segini, kelar makan malam."
"Ngapain nidurinnya disini? Biasanya di kamar."
"Takut... ganggu Yohan. Jadi aku tidurin Sean di bawah terus nanti pas Sean udah tidur, baru deh tinggal aku taro di atas kasur."
Mama Kikan menghela nafas. Ini Kikan jelas banget sedang menghindari sesuatu. Mama Kikan lalu berjalan mendekati Kikan. "Udah sini, Sean tidur sama Mama aja. Udah tidur juga dia lagian, masih aja ditimang-timang," kata Mama Kikan sambil mengambil alih Sean dari gendongan Kikan.
"Nanti dia nangis loh Ma kalo kebangun gak ngeliat aku."
"Mana ada? Anak kamu ini udah gede Kikan. Bukan bayi baru lahir yang kebangun tengah malam terus minta susu. Besok pagi baru dia bangun."
Kikan masih gak mau pergi dari sana.
"Udah seminggu nikah, masih aja tidur bertiga. Disuruh pergi honeymoon, gak mau."
"Bukan gak mau, tapi gak sempat. Kerjaan aku gimana? Sean gimana?"
Mama Kikan berdecak. "Halah kamu ini. Banyak alasan. Udah tidur sana. Ngapain masih disini," Mama Kikan lalu berjalan menuju kamarnya.
"Ma..." panggil Kikan putus asa tapi tentu saja Mama Kikan gak peduli sama panggilan Kikan dan terus berjalan sampai hilang di balik pintu.
***
Kikan membuka dan menutup pintu kamarnya dengan perlahan, sambil termenung tentu saja. Termenung memikirkan kata-kata Mamanya.
"Loh Sean mana?"
Kikan mendongak, lagi-lagi kayak gini. Tapi dia udah gak kaget lagi sih. "Kamu tu bisa gak, gak usah mandi kalo udah malam? Gak bagus untuk kesehatan."
Yohan tampak kayak mikir. "Tapi kan gak tiap hari?"
Kikan menghela nafas, ya udahlah gak usah dijawab. Gak ada gunanya juga. Dia lalu membuka pintu lemari yang tepat ada di sampingnya.
"Mau ngapain?" tanya Yohan.
Kikan berbalik. "Nyari baju buat kamu."
Yohan menggeleng. "Gak usah. Mau kayak gini aja," katanya, lalu berjalan ke tempat tidur dan langsung mengubur dirinya di bawah selimut.
Kikan? Terdiam di tempatnya berdiri. Tiba-tiba dia deg-degan.
"Ngapain kamu masih berdiri di situ? Ayo kesini," kata Yohan, sambil menepuk-nepuk sisi tempat tidur sebelah kanannya. Membuat Kikan makin gak karuan.
Kikan berjalan pelan ke arah tempat tidur lalu duduk di pinggirnya, memperhatikan Yohan yang sedang sibuk dengan hp-nya.
"Kenapa ngeliatin aku gitu banget?" tanya Yohan tanpa berpaling dari hp-nya.
Kikan mengerjap-ngerjap, malah ketahuan. Kikan yang kagok karena ketahuan lagi ngeliatin Yohan, memutuskan untuk naik ke tempat tidur dan masuk ke dalam selimut. Dia berbaring menghadap Yohan yang masih sibuk sama hp-nya, tapi kali ini dia gak ngeliatin Yohan. Dia lagi mikir, menerawang kemana-mana.
"Kamu belum jawab pertanyaan aku."
Kikan menatap Yohan. "Yang mana?"
"Sean mana?"
"Tidur sama Mama."
Yohan ketawa. "Kenapa?"
Kikan mengangkat kedua bahunya. "Gak tahu."
Yohan masih nyengir-nyengir gak jelas lalu kemudian dia meletakkan hp-nya di atas nakas dan berbaring dengan sempurna, menghadap Kikan, dekat banget anjir.
"Mama aja ngerti."
Kikan bingung. "Apanya?"
"Kalo kita butuh waktu untuk berdua."
Kikan mengerjap-ngerjap. Gimana?
"Tapi aku ngerti kok. Makanya aku gak nuntut apa-apa dari kamu. Bukan gak nuntut, tapi belum nuntut apa-apa."
Kikan tahu arah obrolan ini kemana, makanya dia gak berusaha untuk basa-basi bertanya 'maksud Yohan apa'. Sudah seminggu sejak mereka menikah lagi, kali ini nikah beneran, ya yang waktu itu nikah beneran juga. Tapi yang kali ini pondasinya lebih kuat, cinta.. aidsjhwjkdjchdhdj
Tapi! Mereka belum melakukan apapun. Ya gimana ya? Dari awal mereka tidur bertiga sama Sean. Yohan juga gak keberatan. Dan kebetulan mereka lagi ada di rumah Kikan setelah menikah, yang mana rumah ini cuma ada dua kamar, kamar Kikan di atas, dan kamar Mama Kikan di bawah. Yohan sudah minta izin untuk libur sebentar dari pekerjaannya dan menitipkan pekerjaannya sama Yuvin Hangyul, begitu juga dengan Mamanya, dia titipkan pada kedua temannya itu. Padahal kan hitungannya Yuvin juga pengantin baru sama Yeji T_T
Dan juga, padahal Mama Kikan udah nyuruh mereka pergi honeymoon, kemana kek gitu, yang jauh, berdua aja. Gak perlu memikirkan Sean sama sekali. Tapi Kikan ada aja alasannya. Gak mau ninggalin Sean lah, gak mau ninggalin pekerjaan lah, ini itu.
Kikan masih terdiam dan di depannya, Yohan mulai menutup matanya. Yang mana Kikan tahu, Yohan belum tidur banget sebenarnya.
"Aku... takut," kata Kikan pelan, yang membuat Yohan membuka matanya lagi.
Yohan tersenyum. "Takut apa?" duh suara Yohan lembut banget T_T
"Takut... buat kamu kecewa.." Kikan terbata-bata.
Yohan semakin mendekatkan dirinya ke Kikan. "Kecewa karena apa?" tanya Yohan sambil mengusap-usap pipi Kikan. Soalnya si cewek kayaknya mau nangis gitu.
"Kamu tahu... aku gimana. Aku udah punya Sean. I mean, I'm not a virgin anymore.."
Mendengar itu, Yohan malah ketawa. Gak tahu ketawa karena apa. Yang jelas sekarang Yohan udah meluk Kikan dan Kikan langsung nangis pas dipeluk gitu. Dia sedih banget tiba-tiba. And don't forget that Yohan is topless hehe
"Kok kamu ngomong gitu sih? Kenapa aku harus kecewa coba?" kata Yohan sambil mengeratkan pelukannya pada Kikan dan mengusap-usap punggung istrinya itu.
Kikan menghela nafas. "Ya gimana ya. I know that for most men, virginity is very important. Tapi kamu malah dapetnya aku."
Yohan ketawa lagi. "Kata siapa?"
"Kan memang gitu," Kikan semakin menenggelamkan wajahnya di dada Yohan.
"Yes, you're right. That opinion isn't wrong. But that's not important anymore for me now. The most important thing for me now is you."
Yohan melepaskan pelukannya lalu menatap mata Kikan lekat-lekat. "Aku bisa aja nyari cewek lain, nikah sama cewek lain, kalau yang aku cari cuma itu. Tapi aku gak nyari itu, yang aku cari itu kamu. Yang aku tunggu itu kamu. Jadi kenapa aku harus kecewa? Toh aku dapet apa yang aku pengen."
Kikan menatap mata Yohan, dia merapatkan bibirnya, ragu mau ngomongnya. "Ya udah..."
"Apa?"
"Ayo.."
Yohan nyengir. "Ayo apa?"
"Lakuin apa yang kamu pengen."
"Emangnya apa yang aku pengen."
"Gak tahu..." Kikan membuang matanya kemana-mana.
"Kalo sekarang sih aku pengennya tidur."
Kikan auto memukul dada Yohan, kesal banget. "Ya udah. Tidur sana," Kikan berusaha melepaskan tangan Yohan yang dari tadi nongkrong di atas pinggangnya tapi ya gak semudah itu donk hehe
Yohan menarik Kikan lagi, lebih dekat, kiss her lips, and then... doing what he wants, which he has endured all this week. Or no? Because it seemed like he had endured all of this for this one year..
KAMU SEDANG MEMBACA
To Reach You
Fanfiction[‼️] Membaca = memberi vote. Terima kasih 😊 Main Cast - Kikan (imaginary female cast) Dijodohin sama Yohan padahal udah pacaran sama Donghan. Dia curhat sama Donghan tentang perjodohan itu but ended up hs with Donghan and she getting pregnant - Kim...