4

29.6K 2.9K 151
                                    


Setelah 3 hari dirawat dirumah sakit, sore kemarin Farel diperbolekan pulang ke rumah. Reynard hanya sekali menjenguknya, dan untungnya kemarin ia tak jadi menemui orang-tuanya, jika Reynard menemui orang tuanya pasti dia akan bertemu kedua temannya.

Hari ini ia memutuskan untuk masuk sekolah lagi, dengan luka lebam yang masih sedikit ketara.

"Pagi Ma," sapa Farel yang baru saja turun kepada Giana yang sedang memasak. Ia sudah mengenakan seragam putih abu-abu dengan ransel dipunggungnya.

"Pagi juga sayang," ucap Giana sambil tersenyum.

"Rel, ini tolong di aduk bentar sama masukin micinnya ya. Mama mau liat Papamu dulu udah bangun apa belum," ucap Giana lalu meninggalkan Farel dengan sewajan nasi goreng diatas kompor. Dengan cekatan Farel memasukkan bumbu yang disebut Mamanya tadi dan mengaduknya. Farel memang bisa memasak, hanya saja tidak mau jika disuruh masak, dia terlalu malas. Dirinya juga tak terlalu mahir, hanya bisa memasak masakan sederhana ala rumahan.

Saat asik dengan nasi gorengnya, ia terlonjak kaget ketika sang kakak menepuk bahunya.

"Eh, tai. Kaget gue,"

Faro hanya terkekeh dan mencondongkan badan melihat apa yang adiknya masak, lalu ia bertepuk tangan menatap Farel.

"Emang bener ya, lo itu istri idaman. Pagi-pagi gini udah masak. Suaminya udah dibangunin belum?" ucap Faro sambil tersenyum menggoda kearah Farel. Farel menatap Faro sinis, ia mengangkat pengaduk nasinya bersiap memukul Faro.

"Santui santui," ucap Faro sambil menahan tangan sang adik.

Setelah semua telah siap, Farel dan keluarganya sudah siap untuk sarapan. Suasana makan sangat tenang ditambah gurauan dari Faro dan Farel, hingga ucapan Giana yang menghentikan ketenangan itu.

"Farel, nanti abis pulang sekolah fitting baju di butiknya tante Intan ya, Reynard juga udah dikasih tau sama tante Siska," Farel menghentikan suapannya, lalu hanya mengangguk. Setelah selesai dengan sarapannya, ia lalu bangkit dari duduknya. Ia menyalami kedua orang tuanya dan juga Faro tanpa sepatah kata apapun, lalu melenggang keluar begitu saja.

Setibanya ia di sekolah ia bertemu Jordan di parkiran. Lalu mereka mencari keberadaan Haikal yang sudah bisa ditebak dimana ia sekarang. Saat tiba dikantin suasana sangat sepi, terlihat 2 orang remaja yang tengah duduk berdampingan disatu meja, dengan satu remaja yang pasti adalah Haikal dan satu lainnya entah siapa karena sedang menunduk menuliskan sesuatu dibuku.

"Disini!" teriak Haikal. Jordan dan Farel berjalan mendekat, setelah tau siapa yang sedang duduk bersama Haikal, Farel segera mengintruksi remaja itu.

"Pesenin batagor cepet!" ucap Farel sambil duduk didepannya. Erza mendongakkan kepala sambil membenarkan kacamata yang hari ini ia pakai lalu menengadahkan telapak tangannya.

"Uangnya?"

"Pakek duit lo dulu," ucap Farel. Jordan sebenarnya sedikit heran, Erza yang ternyata bukan adik kelas ini alias seangkatan dengan mereka, sekarang tak takut lagi kepada mereka. Ia berani menatap mata Farel dan tidak gugup lagi saat bicara.

Erza menoleh kearah Haikal sambil menunjukkan puppy eyesnya, berharap Haikal mau membantunya dengan memberi uang atau kalau perlu memesankan makanan. Erza hanya takut kalau pakai uangnya mereka tidak mau mengganti.

"Kenapa liatin gue? Beli sana," ucap Haikal. Erza mengerucutkan bibir, ia bangkit dari duduknya dan berjalan sambil menghentak-hentakkan kaki. Tapi ia tak berjalan kearah pedagang batagor melainkan kearah keluar kantin.

"Mau kemana lo?! Gue itung sampe 3 kalau lo nggak balik kesini, abis lo!" teriak Farel pada Erza yang hampir tiba di pintu keluar. Bukannya berbalik Erza malah berlari keluar dari sana. Farel membelalakan mata.

TOO (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang