Aku dan kenangan

14 0 0
                                    


Aku sungguh tersiksa dengan keputusanmu yang memilih untuk mengakhiri hubungan kita. Bahkan setelah hampir satu tahun kamu memilih untuk pergi, kenangan itu masih meenyakitkan bagiku. Meskipun kita bersama hanya memiliki waktu yang sedikit, tapi untuk melupakanmu, untuk mengikhlaskanmu, untuk menerima keputusanmu satu tahun saja tidak cukup.

Setelah kepergianmu aku mencari penggantimu dengan hati yang masih untukmu, itu memang salahku. Tapi, untuk menjalani ini sendirian, aku tidak sanggup. Sungguh, aku tidak berbohong dengan perkataanku dimana aku sangat tersiksa setelah kepergianmu.

Bahkan aku sering meminta kepada Tuhan agar aku bisa dengan kuat menjalani hariku tanpa hadirmu lagi, agar aku bisa mengikhlaskan keputusanmu untuk meninggalkan aku. Sebegitu menyakitkannya kehilangan kamu dari hidupku.

Jika aku punya kekuatan untuk memintamu tetap berada disampingku, mungkin sudah aku lakukan sejak saat itu, sejak dimana kamu mulai berubah dan memikirkan bagaimana caranya meninggalkan aku. Jika saja ada satu hal yang bisa aku lakukan untuk membuatmu bertahan saat itu, bahkan rasa sayang yang begitu besar ini tidak dapat membuatmu bertahan denganku.

Bahkan meskipun kamu yang memutuskan untuk meninggalkanku, kamu yang menjauhiku, aku tetap menyalahkan diriku sendiri atas apa yang terjadi. Aku selalu bertanya "mungkinkah selama ini aku berlaku tidak baik?" atau "apakah aku melakukan hal yang salah?" aku tetap menyalahkan diriku sendiri atas apa yang kamu perbuat.

...

Hari ini tepat satu tahun perpisahan kita, hari dimana aku pertama kalinya aku tidak menangis karena keputusan berat yang sudah kamu ambil. Memang benar itu menyakitkan, tapi mungkin jika ditanya kenapa aku tidak menangis saat itu, jawabannya cukup "dari jauh hari aku sudah maningisimu, sudah banyak air mata yang keluar karenamu", mungkin itu yang membuatku tidak menangis saat kamu memutuskan untuk pergi menininggalkanku.

Terlalu istimewa jika ku ceritakan kisah ini dengan cara yang sederhana. Luka, tangisan, air mata, tawa, senyuman, kebahagiaan, bahkan hujan ikut menggambarkan kisah kita. Luka dan tangisan itu mungkin masih menyakitkan sampai saat ini jika aku mengingat hal itu, tapi senyuman dan tawamu mampu membuatku kembali bahagia jika mengenang hal indah bersamamu.

Hujan, bukankah semua kisah percintaan identik dengan hujan? Mungkin kisah kita sama seperti cerita-cerita romatis. Pulang sekolah, naik motor dan hujan, bagian favoritku saat bersamamu. Bahkan saat menulis kalimat itu aku masih merasakan bagaimana aku bahagianya saat bersamamu waktu itu. Menyedihkan bukan? Aku masih tidak bisa lepas dari kenangan bersamamu dan menyebalkannya bahkan kamu mungkin mengingatnya saja tidak.

KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang