05 : Nomormu Berapa?

2.4K 279 53
                                    

Akhirnya sampai juga Sophia dan Jean tiba diatas tempat berdiri kokohnya istana kerajaan Abraham ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya sampai juga Sophia dan Jean tiba diatas tempat berdiri kokohnya istana kerajaan Abraham ini. Mengambil napas panjang serta mengistirahatkan kaki sejenak dengan bersandar di tiang bangunan dengan dinding bercat putih merupakan sesuatu yang dapat dikatakan reflek akan terjadi pada setiap orang setelah melakukan kegiatan tadi. Tidak terkecuali juga untuk kedua gadis ini.

Kalau ditanya soal penampilan, maka mereka tidak terlihat mencerminkan layaknya seorang putri bangsawan. Tetes keringat disela-sela dahi, hembusan napas sedikit tak beraturan, jantung yang memompa lebih cepat dan rasa pegal yang daritadi merasuk pada kedua kaki serta betis yang sedikit mengencang. Itulah pendeskripsian menurut raut paut tubuh mereka, namun ayolah,

Hanya sekali dipikirkan pun ini wajar. Bayangkan saja tangga-tangga tadi, memikirkannya pun sudah membuat mual, apalagi dihadapkan kedepannya. Mungkin spontan kalian akan meneguk ludah pasrah melihat serentetan anak tangga yang digunakan sebagai sarana mencapai istana kerajaan sebagaimana hal yang sudah-sudah.

"Astaga kakiku rasanya mau patah!" rengek Jean dengan keringat didahi.

Kasihan sekali.

Sophia mengalihkan atensi pada wanita disampingnya, "Ini mungkin salah satu pemanasan sebelum ujian. Besok kita akan dihantamkan lagi dengan ujian sebetulnya. Kau cobalah membuat benteng untuk hari ini dan hari-hari selanjutnya. Malam ini pembukaan sayembara, pasti sangat melelahkan sekali, belum lagi besoknya benar-benar sebuah persaingan. Ada yang bertahan dan ada juga yang tereliminasi. Jika kau ingin menang, kau harus mental baja. Terus semangat Jean!"

Jean tersenyum tulus, matanya sayu berkaca-kaca. Dan tiba-tiba sebuah tangan sudah melingkar indah dibadan Sophia. Jean merasa terharu akibat motivasi kecil yang nyatanya berarti besar bagi gadis itu. "Aku sangat beruntung bertemu orang sepertimu. Terima kasih Sophia, kau yang terbaik!" balas Jean,

Sophia mengeratkan pelukan mereka. "Kau pikir aku tidak! Aku saja sangat bersyukur mendapat teman pertama yang ceria sepertimu! Jean, mari kita berjanji untuk berusaha sama-sama supaya menang dalam sayembara ini. Tidak peduli kau atau aku yang pulang duluan, kita harus saling mendukung dan tidak boleh putus jalinan. Kau paham?! Aku tidak menerima penolakan!" yang diajak dengan sigap mengganguk semangat.

Sophia yang pertama kali mengeluarkan bulir getah beningnya dan diikuti setelahnya oleh gadis bermata kucing itu. Mereka menangis didepan pintu bersama-sama sambil berpelukan dengan hangat. Mengabaiakan orang-orang yang menatap linglung pada keduanya.

Aneh, batin mereka yang disana.

Sudah, biarkan mereka menikmati momen yang tercipta. Mungkin akan jarang-jarang dramatis seperti ini.

"S-sophia, kenapa kita mendadak jadi menangis ditempat umum seperti ini?" tanyanya masih sesenggukan,

"Biarkan saja, hitung-hitung drama kecil. Mereka juga enak bisa mendapat tontonan gratis ditambah yang menjadi pemeran utama adalah wanita-wanita rupawan seperti kita. Pertunjukkan mana lagi yang paling bagus selain daripada ini..."

Crowns For Nine PrincessesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang