Weekend ini terasa menyebalkan untuk Irish. Bagaimana tidak, Rean mengajak ia untuk menemani kondangan.
Mau ngelak, takut Rean curiga dan rencananya akan gagal. Irish sudah sering beralasan jika laki-laki itu mengajaknya pergi.
"Bun, Irish pergi dulu ya. Nanti sampein ke ayah kalau Irish pulang harus udah ada barang-barangnya"
Semalam, ia dan sang Ayah melakukan lomba masak kecil-kecil an dengan bunda dan Arina sebagai jurinya. Lalu siapa yang kalah, harus memenuhi permintaan pemenang.
Sudah bisa di tebak, Irish yang menang. Jadi gadis itu minta di belikan peralatan masak baru, serta beberapa makeup dan skincare.
Keluarganya memang sangat menyenangkan, meski ayahnya sibuk, tidak pernah sekalipun mengabaikan keluarganya. Maka dari itu, Irish sangat setuju dengan kalimat 'Ayah adalah cinta pertama putrinya'.
"Iya, nanti bunda sampein kalau ayah pulang main golf."
"Bun, Rean pamit dulu ya. Izin ngajak Irish pergi" Rean ikut menyalami bunda Irish, sedangkan gadis itu berjalan lebih dulu keluar rumah dengan mulut mencibir.
Pinter banget cari muka.
Perjalanan yang jaraknya tidak terlalu jauh ini rasanya sangat lama untuk Irish, ia harus pura-pura tertarik menanggapi setiap ucapan Rean,
"Aku bener-bener nggak betah deh kerja disitu. Coba tanyain ke ayah kamu ya, sayang. Kali aja ada lowongan" Irish sebal mendengar ocehan dan keluhan Rean. Padahal, dulu ia sangat suka ketika laki-laki itu menceritakan tentang harinya.
"Iya, nanti aku tanyain" Irish berkata sembari menyalakan radio di mobil itu untuk mengusir kebosanan, padahal tempat yang dituju sudah dekat.
Kata Rean, ini adalah pernikahan teman SMA nya. Irish suka dengan acara yang digelar dengan tema outdoor itu. Meski hanya digelar pada halaman rumah yang memang cukup luas, nyatanya bisa jadi terlihat indah.
"Duduk sana, yuk" Rean berjalan terlebih dahulu membimbing Irish untuk duduk di salah satu kursi dekat pelaminan.
Rean terlihat berbincang dengan beberapa temannya, mengabaikan Irish yang seperti anak hilang. Ia bahkan sama sekali tidak mengenal satu orang pun dari sekian banyaknya tamu undangan di sana,
"Ambil minum aja deh" gadis itu berjalan ke tempat minuman, dan ketika melihat ke arah pelaminan, ia dikejutkan dengan adanya Sekala yang tengah berbincang dengan mempelai pria
"Mampus, kok bisa ada pak Sekala?. Kalau dia lihat aku disini sama Rean, dan tau kalau aku masih punya pacar bisa-bisa kalah sebelum bertarung, nih" ia panik sendiri, mencoba untuk melipir menghindari lelaki itu.
Sial sekali nasibnya hari itu, saat ingin ngumpet malah ia menabrak anak kecil, membuat minuman yang dibawanya tumpah mengenai sepatu, "eh aduh, maaf ya dek, nggak sengaja"
Anak perempuan itu menatap Irish intens, matanya berkaca-kaca tapi tidak kunjung menangis
"Eh kok mewek. Maafin kakak, kamu nggak apa-apa kan?" Irish membelai pipi anak kecil dengan rambut yang di kuncir indah itu setelah mengelap tangannya dengan tissue.
Anak itu menggeleng, kemudian mengedipkan mata beberapa kali, membuat air matanya jatuh namun buru-buru di usap dan tersenyum
"Cantik banget kamu" Irish mengelus pelan rambut sang anak kecil,
"Nanda?" Suara yang muncul dari belakang Irish membuatnya menengok, mendapati seorang wanita yang mungkin seusia bunda dengan kebaya yang berwarna senada milik pengantin, mungkin ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
u n f a i r
RomanceIrish mencintai Rean, namun jika ternyata ia hanya 'Selingkuhan' jelas Irish harus meninggalkan lelaki itu sejauh-jauhnya, meski pada detik terakhir menjelang pernikahan. Dan karena itu pula, ia harus mengalami kecelakaan hingga membuatnya koma, yan...