Neol yang saat ini sudah rapi keluar dari kamar. Tiba di depan, ia berpapasan dengan ibunya, Manda. Neol menutup pintu kamar seraya menatap Manda dengan alis terangkat.
"Mau kemana, dek?" Tanya Manda seraya menatap Neol dari atas sampai bawah "Itu ngapain sih kamu pakek kalung kayak gitu. Kayak anak preman aja. Lepas itu kalung. Masa anak cowok pakek kalung, kayak cewek aja deh," protes Manda saat melihat Neol memakai sebuah kalung rantai.
"Ini namanya style anak jaman now, Bund. Teman teman Neol aja, ada yang pakek kayak Neol gini. Cewek cewek pada nempel, makanya Neol coba coba pakai kalung. Eh, ternyata kegantengan Neol semakin menjadi. Nanti, Neol bawa cewek buat dikenalin sama Bunda. Neol mau nikah muda, Bund. Kira kira, umur 18 tahun lah." Manda yang mendengar itu langsung memukul anak bungsunya dengan sangat kencang.
"Gila kamu, ya. Gampang banget bicara tentang nikah. Kamu itu masih kecil, belum pantas untuk menikah. Nanti kamu nikah umur 32 tahun aja," usul Manda dengan nada kesalnya.
"Tua banget, masa. Mbak Nana aja nikahnya umur 21 tahun, tuh," ujar Neol protes.
"Mbak Nana itu perempuan. Lagian, suaminya mbak Nana, umur 30-an. Pekerjaannya menjamin, punya perusahaan besar, orangnya juga ganteng. Terus baik, uangnya banyak. Nggak kayak kamu. Belum lulus sekolah aja udah bicara tentang menikah. Lihat tuh Mbak Nana. Dia hidup bergelimang harta karena suaminya sudah ada pekerjaan yang tetap. Nggak kayak kamu. Belum lulus aja udah bicara menikah. Pokoknya Bunda nggak ngijinin kamu nikah muda, titik!" Ujar Manda tegas.
"Neol juga ganteng kok. Ganteng banget malah."
"Ganteng nggak bakal bikin keluarga kamu kenyang nanti, dek. Pokoknya Bunda nggak setuju kamu nikah muda. Umur 30-an baru kamu menikah."
"Itu udah tua banget loh, Bund."
"Siapa suruh minta nikah muda?" Mata Manda melotot kesal menatap Neol. Mendengar anak bungsunya ingin menikah muda, membuat Manda kesal jadinya. Padahal, saat ini, Manda ingin pergi ke rumah mertua Nana "Ada ada aja sih mintanya."
Neol yang mendengar itu hanya menghela nafas panjang, lalu terdiam tak menjawab.
"Kamu nih bikin Bunda kesal tau nggak. Padahal Bunda mau pergi ke rumah mertua Mbak mu," Cerocos Manda kesal.
"Yaudah sih pergi aja," gumam Neol pelan. Namun, Manda masih bisa mendengarnya.
"Kamu ngusir Bunda?!" Tanya Manda semakin kesal.
"Nggak, Bun. Neol nggak usir kok. Neol diam aja dari tadi."
"Kesal deh, Bunda. Punya anak cowok kayak gini amat. Nggak pernah bikin senang, ini malah bikin kesal dan marah terus," kata Manda kesal. Neol terdiam sembari menghela nafas panjang. Mengucap sabar dalam hati, semoga Manda berhenti bergerutu.
"Kamu mau kemana pakek baju rapi begini?" Tanya Manda masih dengan wajah kesalnya.
"Keluar main, Bund."
"Nggak ada main main hari ini. Kamu antar Bunda ke rumah mertua Mbak kamu. Kebetulan Bunda belum ketemu sama besan."
"Kan bisa diantar supir, Bund. Neol mau ke--"
"Bunda potong uang jajan kamu, mau?"
"Jangan Bund."
"Yaudah, ayo. Kamu harus kenalan juga sama adik iparnya mbak kamu. Dia seumuran sama kamu, loh. Kamu harus baik baik nanti di depan keluarga mbak kamu. Lepas itu kalung, malu maluin Bunda aja pakek begitu."
Neol menghela nafas panjang dan melepas kalung rantainya. Menyimpan kalung itu di dalam kantung celana dan berjalan mengikuti Manda di depan. Neol tak berhenti bergerutu tanpa suara. Padahal, ia ada janji ketemuan dengan teman temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Pandu!
ComédiePandu Aksara, orang orang biasa memanggilnya Pandu. Seorang laki laki berumur 17 tahun yang tidak pernah tau siapa orang tua kandungnya. Ia diangkat oleh seorang wanita lembut dan penuh kasih sayang. Namanya Hana Karim. Pandu sering memanggilnya den...