Agreement.

28 2 0
                                    

Annyeong..
Penulis amatir kembali.
Kali ini aku bawa cerita daur ulang ya, ini pernah di post wordpress 7 tahun silam. Dalam bentuk ficlet.
Sekarang dalam bentuk one shoot 5k.
Ini sebagai ganti cemilan utk cerita sebelah yg kelewatan serius..
Oke, itu aja basa basi nya..
Selamat membaca..
Maaf untuk Typo.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Langit begitu cerah menyapa pagi itu. Mentari bersinar dengan begitu cantik, menembus awan-awan putih tipis di langit biru sana, menghujam para insan dengan cahaya nya yang hangat. Memberi semangat menyambut hari. Dengan angin bertiup begitu lembut menerpa kulit para insan. Cuaca begitu sempurna untuk menyambut setiap asa para insan menatang hari.

Huff...

Tapi entah kenapa dengan insan satu ini? Dia terus saja menghembuskan nafas kasar sejak memasuki pekarangan sekolah Art High School, salah satu sekolah terbaik di kota besar Seoul ini. Sesekali terlihat dia mengentakkan kaki kasar di sela langkah malasnya memasuki pekarangan sekolah. Seharusnya di hari Senin,  hari pertama dalam satu pekan, hari baru menyambut semangat baru. Namun dia tak semangat sama sekali hari ini, bahkan ia terus berharap sekolah libur.

Bukan dia malas sekolah atau PR belum di kerjakan, ia hanya malas bertemu dengan seseorang yang membuat ketenteraman nya di sekolah ini terusik. Bayangan akan sebuah sekolah menyenangkan hancur sudah.  Walau begitu ia tak mungkin bolos sekolah dan memberikan alasan itu pada orang tua nya. Apa kata mereka nanti? Bisa-bisa dua orang aneh di rumah itu tak akan berhenti menggoda.

“AKU HANYA INGIN SEKOLAH DENGAN TENANG.  MENGAGUMI ORANG DENGAN TENANG JUGA. KENAPA BEGITU SULIT?!” teriak nya di tengah ramai pekarangan sekolah, perhatian para murid terkalihkan dari aktivitas mereka masing-masing –menatap bingung pada sang insan yang berteriak tiba-tiba. Bahkan teriakan itu juga menarik perhatian manusia yang dikagumi sang insan, menatap bingung, tersenyum dan kembali melanjutkan langkah bersama teman-teman nya.

Sang insan sangat malu, merutuki diri sendiri –kenapa tak menyadari jika manusia indah itu ada di belakang nya? Malu. Sungguh malu. Sang insan berlari menyembunyikan wajah malu, jangan pikir ia akan langsung ke kelas. Tidak! Setiap pagi ia harus melakukan ritual dulu -- untuk memberinya energi menatang hari. Lebay! Biarin!

Ritual nya ialah menatap manusia indah itu di balik dinding di persimpangan koridor. Di balik dinding itu ia sembulkan sedikit kepala mencari sosok manusia indah itu di antara manusia biasa saja. Dan bibirnya terangkat ketika netra nya menangkap sosok manusia indah itu sedang bercengkerama dengan teman nya menuju kelas mereka.

Lihatlah senyuman yang bertengger pada manusia indah itu, sungguh manis. Kulit putih. Mata sipit. Rambut halus. Bahkan aroma parfum manusia indah itu membuat sang insan mabuk kepalang. Walau manusia indah itu sedikit dingin dengan wajah yang kelewatan savege, bukankah dia sangan cool. Hanya satu kekurangan manusia indah itu, tingginya tak sebanding dengan manusia iblis yang ada di ruang kelas sana.

Ah, kenapa membicarakan manusia iblis itu? Membuat sang insan berwajah masam. Kembali ke manusia indah di depan sana – satu kekurangan, selebihnya kelebihan. Itulah Min Yoongi di mata sang insan – mengagumi sosok itu sudah sejak lama. Idola di sekolah.

“Haru kenapa kau sembunyi di sini?” suara itu sedikit menyentak sang insan dari lamunan nya akan Min Yoongi.  Pelaku pengagetan  sang insan sangat tau apa yang di lakukan sahabatnya di sini setiap pagi. “Sampai kapan kau terus melihat Suga diam-diam seperti ini?” 

Ya! Itulah yang di lakukan sang insan setiap pagi. Melihat diam-diam Suga, nama keren seorang Min Yoongi. Manusia indah itu. Bahkan nama Suga tak terasa berlebihan –mengingat betapa sempurna cipta tuhan itu. Manis. Putih seperti gula.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Agreement (One Shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang