Mobil putih milik Agler telah sampai di halaman rumah. Rose yang pertama kali turun, ia tampak bersemangat menyambut udara ibu kota yang nyatanya jauh lebih panas dari negara asalnya.
Beberapa pekerja sudah menyambut dengan berbaris sepanjang setapak menuju pintu utama.
"Selamat datang Tuan dan Nyonya!" kompak mereka serasi dengan baju seragam khas pekerja.
Rose mengangguk dengan senyum kecil, tak lama sang suami menggandeng tangannya untuk segera masuk karena terik matahari menjelang siang sudah sepanas ini. Zack sudah lama tak terbiasa dengan kondisi di sana. Agam dan Agler menyusul dari belakang.
Pintu putih terbuka, memperlihatkan ruang tamu yang cukup luas. Tatanannya hampir sama seperti tiga tahun lalu, tak banyak berubah di rumah ini. Rose melepas kacamata hitamnya sambil mengipaskan tangan di udara.
"Tolong kurangi lagi suhunya," Agler menunjuk salah seorang pekerja untuk mengontrol suhu AC rumah.
"Di mana Oma kalian?" tanya Rose setelah celinga-celingu mencari keberadaan Widura.
"Ibu di sini!" seru seseorang yang menjadi sumber suara, Widura berjalan menuruni tangga dengan hati-hati.
Keluarga kecil itu menatap sang nyonya besar sampai Widura berdiri sempurna di depan mereka.
Rose meninggalkan tempat dan segera menghambur pada Widura, memberi salam dan menanyakan kabar.
"Ibu? Ibu sehat, kan?" Rose mengamati tubuh yang makin meringkih di depannya.
Widura tertawa kecil, "Tentu saja Ibu selalu sehat!" Mereka kembali berpelukan.
Mata Widura jatuh pada sosok putra tunggalnya yang menunggu giliran untuk disambut.
"Aku pulang, Bu," ujar Zack meniti langkah ke arah Widura. Sang Ibu memeluk anaknya dengan perasaan rindu.
Di tengah romansa itu, ponsel Agam berdering mendapati panggilan. Laki-laki itu meminta izin untuk mengangkat telepon. Setelah semua orang mengangguk, Agam melesat ke sudut lain di rumah itu.
"Ada apa, Ben?"
"Tuan, beberapa anak buah kita ditemukan mati di lokasi pengawasan rumah keluarga Hanzel. Sepertinya mereka kedapatan dicurigai mengawasi Nyonya Hanzel akhir-akhir ini. Beruntungnya, tak ada satu pun yang membuka mulut tentang Tuan."
Agam menghela napas jengah. Ia begitu menyayangkan kinerja anak buahnya yang sudah satu tahun ini berhasil menyamar. Tapi hari ini, permainan cantik itu tidak bisa lagi digunakan.
"Baiklah, hentikan pengawasan itu. Pulangkan mereka, akan ada instruksi baru dari gue. Besok gue ke markas," lontar Agam dengan pikiran mengawang.
Ia kembali ke ruang keluarga di mana semua orang sudah menunggunya.
"Ehm, Oma belum melihat By di rumah, apa dia belum pulang?" Widura menoleh ke arah jam dinding. Pukul 11.23 seharusnya Mesha sudah berada di rumah.
Agler dan Agam berpandangan sejenak. "Mungkin sebentar lagi."
Rose tersenyum miring mendengarnya, sedangkan Zack tampak tak peduli.
"Jangan lupa siapkan makan siang, Tin," suruh Widura pada kepala pelayan yang berdiri tak jauh darinya.
🍁🍁🍁
Perjalanan yang cukup melelahkan karena beberapa kali mobil Rey melewati titik macet. Salah satu ikon ibu kota yang memiliki jumlah pengunjung terhitung ribuan setiap harinya, berdiri di depan Mesha.
Tempat paling aman baginya untuk melewati sehari ini dengan baik. Ia berjalan lebih dulu untuk masuk ke dalam perpustakaan. Di susul Rey setelah memarkirkan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Brother (Sudah Terbit)
Подростковая литература[Sudah tamat] Bayi mungil yang diasuh keluarga Mafia. Hidupnya nyaris sempurna meski hanya dengan pelukan kedua kakak kembarnya. Bhymesha Auri Shenata ditakdirkan untuk mengejar kebahagiaan, cinta, harga diri, dan keluarga. Mesha berada di posisi s...