1.1

144 29 7
                                    

1.1 : Dia lagi












Hey.

Bertemu denganku lagi, Asahi.

Aku, yang sedang meratapi nasibku.

Lagi-lagi di borgol di sebuah ruangan gelap tanpa celah cahaya.

Darah yang terus menetes bersamaan dengan air mataku, adalah saksi bisu penderitaan yang aku alami.

Aku di borgol, dan tanganku menggelantung di rantai yang menyatu dengan dinding. Tanganku menahan berat badanku yang kelelahan.

Mataku masih tertutup, seolah mengetahui lelah yang aku rasakan.

Tiba-tiba pintu perlahan membuka dirinya, dan sedikit cahaya menerpa wajahku.

"A-asahi" panggil suara yang agak berat itu padaku.

Tidak, itu bukan papa. Aku mengenal dia.

Dia datang kehadapanku, dan entah kenapa tubuhku berusaha untuk memberontak dari rantai yang mengikatku.

"Asahi, ini aku"

"BAJINGAN!" teriakku padanya.

"K-kau masih ingat?"

Aku menyeringai.

Apa penting mengingat orang ini siapa? Yang pasti aku sangat membencinya.

Rasanya ingin merobek wajahnya itu, agar tidak tampan lagi.

"Tutup mulut lo!" ujarku mengagetkannya.

"A-asahi.."

"ROBEK AJA MULUTNYA!"

Cih, Aku gak sudi namaku di panggil oleh mulut kotornya itu.

Kenapa mulut yang sangat menjijikan itu harus memanggil namaku sekarang?

Padahal sebelumnya juga, dia tidak pernah memanggil namaku.

Iya, emang gak pernah, biasanya dia manggil aku dengan sebutan kotor.

"Maaf" ujarnya

Tapi itu sama sekali tidak membuatku luluh

"Maaf? HAHAHAHA!" Tawaku menggelegar.

Jangan lupa, bahwa selama ini aku sakit Jiwa.

"Maaf, aku nyesal"

Lah, emang kalau dia nyesal apa yang bakal berubah? Emang yang udah berlalu bisa berubah gitu cuma karena dia minta maaf terus myesal?

Mau dia bertukuk lutut di hadapanku sekarang juga gak berguna.

"Kamu ingat namaku gak?" ujarnya sedetik kemudian.

Aku diam saja, aku memang tidak ingat. Tapi, aku juga tidak peduli.

"Ini aku Jaehyuk"

Tanpa kusadari rantai yang memborgol tanganku lepas, dan aku menyerang Jaehyuk dengan kemarahan.

Tubuhnya hanya kubenturkan ketembok, dan aku menahannya.

Aku menyeringai lagi di depan wajahnya.

Dia terlihat sangat takut, sangat.

Apa yang perlu dia takutkan dari seorang Asahi? Anak lelaki yang lemah, dan selalu dia bully selama ini.

Seorang pembully, yang takut kepada orang yang selama ini di bully nya.

Sangat tidak masuk akal.

"Bagaimana seorang pembully bisa masuk kesini? Ohh, atau kau juga mau di rantai seperti ku?" Bibirku tersenyum miring menatap wajahnya yang takut.

"T-tidak" ujarnya padaku.

Aku mengambil pisau buah yang tersimpan dimeja, dan mengarahkannya kepada Jaehyuk

Dia terus berjalan mundur, berusaha menjauh dari ku.

Kenapa dia sangat takut? Aku bukan Hantu, bukan juga pembunuh. Aku hanya 'orang gila'

Tubuh Jaehyuk tidak lagi bisa mundur, karna sudah ada tembok di belakangnya yang menghalangi.

Dia menatap intens mataku.

"Asahi... Sadar!!" ujarnya bergetar

"A-asahi..."

"DIAM!" teriakku padanya

"Gue gak sudi mulut kotor lu itu, nyebut nama gue!"

"Ah, gimana kalau mulut lo itu kita potong aja?" ujarku terkekeh.

Tiba-tiba, pintu terbuka, membuatku menoleh dan kesempatan itu di ambil Jaehyuk untuk melemparkan pisau itu dari tanganku.

Namun hal itu membuat pipinya terluka karna ujung pisau mengenai wajahnya.

Yang masuk tadi adalah Papa.

Dia berlari menghampiri Jaehyuk, dan segera memeluknya.

Membiarkan diriku yang sekarang diam mematung melihat hal itu.

"Kamu gakpapa?" ujar Papa khawatir padanya, melihat pipinya yang terluka

"Gakpapa om"

Lihatlah itu.

Aku anaknya, dan orang itu, siapa dia?

Bukan siapa-siapa, tapi Papa sangat khawatir padanya.

Sedangkan aku disini penuh darah dan dia tidak menanyakan padaku apakah aku baik-baik saja atau tidak.

Tanpa kusadari, bulir bening itu kembali jatuh perlahan di pipiku.

Menandakan, kesedihan yang mendalam.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
It's Ok || Hamada Asahi[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang