Jamais vu : (n) From the French, meaning "never seen". The illusion that the familiar does not seem familiar. The opposite of the feeling of "dejà vu."
Sebagaimana rasa sakit. Meskipun sering merasakannya namun tidak ada satupun yang akan merasa fam...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hyunjin mengatakan malam itu agar Changbin tetap tinggal sebab rasa khawatirnya yang tak bisa dibendung kala Jisung membawa karibnya pulang dalam keadaan menyedihkan. Seungmin pun mengorasikan pendapat serupa tetapi Changbin membantah dengan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
Tentu semua itu hanya dalih agar ia tidak merepotkan mereka lebih jauh. Dan Changbin akhirnya pulang meski waktu sudah larut.
Kakinya membawa secara mandiri ke arah studio tempat Chan bergelut dengan lagu-lagu ciptaannya, yang mana benar saja laki-laki itu masih berkutik di layar komputernya.
"Kak."
"Hmm."
Jika dulu, hanya dengan decakan sebal yang manja, maka tubuh itu akan segera menghampiri dan memberikannya pelukan hangat. Namun saat ini semua itu seolah hanya kenangan lawas belaka, tidak berarti apa-apa. Atau barangkali, memang sedari awal ia bukanlah siapa bagi Chan.
"Can we talk?" Terselip harapan dalam pertanyaan yang mengambang di udara itu. Changbin tanpa sadar menggenggam erat kenop pintu tersebut, menunggu jawaban sang kekasih.
"Bin, kamu tau aku lagi sibuk. Don't bother me, just go to sleep and we can talk tomorrow." Dingin, seperti kehadirannya memang tidak pernah diinginkan. Seolah dia lah tamu di sini. Chan bagai orang asing.
"Oh, okay sorry. Can i hug you instead?" Permintaan tersebut terlontar takut. Bagaimana bisa dirinya takut pada seseorang yang amat ia sayangi?
Pria yang memiliki lesung pipi menawan pada wajahnya itu tidak menyahuti dan Changbin akan anggap diam tersebut sebagai persetujuan. Maka ia melangkah masuk, berdiri di belakang tubuh Chan yang duduk di hadapannya sejenak hingga dengan perasaan teriris lengan itu melingkar pada leher sang kekasih. Rasanya sangat sakit.
"Don't overwork yourself, get some sleep, and I love..."
"I know." Chan tidak menunggu Changbin menuntaskan kalimatnya. Segera Seo melepaskan diri.
Bibirnya menyunggingkan senyum tipis, yang miris dan sakit. Wajahnya menyiratkan luka teramat sangat namun tak ada ringisan lolos diantara belah kurva kering itu sebab sang empu sedang berusaha setengah mati agar tidak terisak. Dan supaya Chan tidak tahu sakitnya, tidak perlu untuk tahu.
"Kalau Felix yang minta ditemani setiap malam, atau bicara selama apapun, kamu gak akan marah. Iya, kan?" Lantas delima pucat itu meloloskan rintihan samar. "Kalau Felix yang manja, pasti kamu juga gak bakal pernah bosan, maybe you will babying him every day. Karena apa, because he is important to you. You guys really good together, glad you happy with him, without me."
Haruskah Changbin bersyukur ketika Chan akhirnya menghentikan gerak tangannya pada benda persegi panjang di hadapannya. Sekaligus bangkit dari duduknya, lalu menatapnya dengan tanda tanya besar tercetak di wajahnya yang masih rupawan.