Assalamualaikum
Annyeong👋
Konnichiwa👋
Akhirnya (Not) Perfect Up juga, setelah hampir satu bulan nggak Up😆
Oke, sebelum baca, pencet bintang dulu yuk:)
Happy Reading
.
.
.Luna berjalan keluar dari gedung sekolahnya. Tadi mereka baru saja selesai diskusi, dan ternyata sebagian besar setuju dengan ide yang Luna berikan. Luna pun senang karena idenya bisa diterima oleh teman-teman sekelasnya.
Luna berhenti melangkah sejenak. Ia membuka retsleting tasnya, kemudian mengambil sebuah hoodie berwarna abu-abu dan mulai memakainya. Hari ini ia akan melanjutkan pencarian Kakaknya. Tenang saja, kali ini Luna sudah mengecek semuanya. Power bank dan uang, jadi ia tidak akan kelaparan dan kehausan seperti kemarin.
Luna kembali berhenti di halte bus. Ia berpikir sejenak. Apa mungkin dirinya harus mencari sang kakak ke luar kota? Sepertinya memang harus. Sudah lama ia mencari di dalam kota, tapi hasilnya tetap nihil. Tidak ada tanda-tanda sama sekali. Luna berdoa dalam hati, memohon kepada sang pencipta agar memudahkan jalannya.
Tak lama bus datang. Bus dengan jurusan luar kota itu langsung melaju begitu Luna mulai masuk ke dalam. Luna duduk dibagian kursi yang letaknya cukup belakang. Beruntungnya ia duduk tepat di samping jendela, membuatnya bisa melihat jalanan yang dilalui.
Sembari menunggu bus berhenti, Luna memainkan ponselnya. Mulai dari satu aplikasi ke aplikasi lain. Luna menghela nafas panjang ketika membuka galeri. Dimana disitu ada satu album khusus yang hanya berisikan fotonya bersama sang kakak. Bukan hanya satu atau dua foto saja, tapi hampir ratusan. Sesak rasanya ketika ingatan tentang apa yang dilakukan keduanya dulu terlintas begitu saja di pikirannya.
"Lo dimana kak? Gue kangen sama lo. Mama, Papa, semuanya kangen sama lo. Gue pengin lo pulang, biar kita bisa kayak dulu lagi." Ujarnya dengan lirih. Untung saja tidak ada yang duduk di sampingnya jadi ia tidak perlu khawatir ada yang mendengarnya.
Bus berhenti membuat Luna sontak mendongak dan melihat sekeliling. Ternyata sudah sampai. Dengan cepat Luna turun dari sana, tak lupa ia membayarnya terlebih dahulu.
Ia mulai bertanya-tanya pada orang sekitar. Harapannya, disini ada orang yang tahu dimana keberadaan kakaknya.
"Permisi, pak. Numpang tanya, apa bapak pernah melihat orang ini?" Tanya Luna dengan sopan sembari memperlihatkan foto kakaknya. Seseorang yang ditanyai justru menggeleng.
Luna tidak menyerah begitu saja, ia kembali bertanya pada orang yang lewat di sampingnya. "Permisi, mas. Pernah liat orang ini?"
"Maaf mba, saya nggak pernah liat." Lelaki yang masih terlihat muda itu kemudian berlalu.
Setelah cukup lama berkeliling, Luna memutuskan untuk istirahat sejenak. Dirinya sudah mulai lelah, perutnya lapar, tenggorokannya pun haus. Ia mengedarkan pandangannya kemudian terhenti ketika melihat sebuah warteg yang letaknya tak jauh darinya. Dengan cepat Luna menghampirinya.
Luna masuk kedalam warteg, ada beberapa orang yang sedang menikmati makanan. Perut Luna semakin meronta ketika melihat makanan disana.
"Bu, pesen nasi sama es teh, ya." Ujar Luna kepada si Ibu penjual.
"Lauknya mau apa mbak?"
Luna berpikir sebentar sembari melihat lauk yang ada. "Kangkung sama tempe bacem ya, bu."
"Ditunggu ya mbak." Si ibu itu mulai menyiapkan pesanan Luna. Dengan cekatan, ibu itu mengambil nasi serta lauk pada piring kemudian menyerahkannya pada Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect
Novela JuvenilTidak akan ada akibat jika tidak ada sebab. Tidak akan ada asap jika tidak ada api. *** Luna Odelia Yasmin. Gadis yang selalu terlihat sempurna di mata semua orang. Sikapnya yang ramah, baik, membuat banyak orang menatapnya kagum sekaligus iri. Tet...