Mereka menjadi kuat hanya karena paksaan, dipaksa untuk sampai ke tujuan dan melupakan kebahagiaan yang hanyalah sampingan. —Algieba A. Rajendra Oshe.
Algieba berlari ke ruangan itu, lagi. Ia berlutut kepada Dewa dengan terpaksa, Algieba memohon kepada Ayahnya agar Oliviamedia tidak jatuh ke tangan Evan Prakasa.
Algieba sudah menjelaskan kebejatan Evan kepada Dewa, tetapi pria paruh baya itu sudah terlanjur percaya kepada Evan Prakasa. Benar kata Evan, jika ayahnya tidak akan pernah percaya kepada Algieba meskipun ia adalah anak kandungnya.
"Saya akan melakukan apa saja, jadi tolong jangan berikan sedikitpun Oliviamedia kepada Evan." ucap Algieba yang masih berlutut.
"Apa jaminannya?" tanya Dewa ragu.
"Apa Anda pernah melihat saya tidak menepati janji?"
"Bangun, Papa kangen sama kamu Nak," ucap Dewa dengan cepat ia memeluk Algieba erat. "Kembali ke rumah, berbuat baik kepada Mama baru kamu dan lupain masa lalu." ucap Dewa lagi.
"Maksudnya?" tanya Algieba tersinggung.
"Papa tidak pernah menyuruh kamu buat ngelupain Bunda, tapi kamu harus belajar menerima. Mama baru kamu tidak seperti apa yang kamu pikirkan." balas Dewa sambil menepuk pelan bahu Algieba.
Demi Oliviamedia dan demi Bunda, batin Algieba.
~~~
"Mama—." panggil Dewa kepada Fanny.
"Papa sudah pulang?" ucap Fanny tersenyum sambil membawakan tas jinjing suaminya.
"Sudah sayang." balas Dewa mencium Fanny singkat.
Algieba memalingkan pandangan, ia masih belum terbiasa melihat wanita lain bermesraan kepada Dewa selain Bundanya.
"Loh ada Al?" tanya Fanny tersenyum. "Ayo masuk Nak, tante buatin teh ya."
Algieba tidak merespon apa-apa, ia langsung duduk di kursi meja makan.
Setelah beberapa saat, Fanny kembali sambil membawa nampan yang berisi dua gelas. "Ini Al," ucap Fanny sambil menyodorkan teh buatannya. "Mumpung masih anget, kamu minum dulu ya."
"Makasih." balas Algieba datar.
"Ini Pa, kopinya." ucap Fanny kepada Dewa lalu memberikan gelas yang berisikan kopi.
"Ma, Algieba akan tinggal di sini lagi. Mama engga keberatan kan?" tanya Dewa.
"Ya engga dong Pa, Mama malah senang." balas Fanny tersenyum.
Keberatan? Dia masih mikirin kondisi istrinya? Seharusnya gua yang ditanyain, batin Algieba tak terima.
"Baju-baju kamu masih di lemari, kamu mandi dulu," ucap Dewa yang masih menyeruput kopinya. "Kalo kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil Bi Surti."
"Ya." ucap Algieba singkat lalu ia langsung bergegas memasuki kamarnya.
Algieba menjatuhkan tubuhnya ke kasur, sudah lebih dari 2 bulan ia tidak menikmati kasurnya ini, ia memejamkan matanya singkat. Ada perasaan yang sangat menjanggal, ia sangat rindu dengan kondisi rumah ini sebelum Bundanya meninggal dan tentu sebelum permasalahan yang datang bertubi-tubi kepadanya.