Pandu memperbaiki mesin motornya dihalaman rumah. Ada teman temannya juga disana. Pandu yang serius dengan motornya, sedangkan teman temannya sedang latihan bela diri. Teriakan teriakan dan suara tawa teman temannya mengganggu kefokusan Pandu. Pandu menoleh kearah teman temannya yang sedang berlatih, lalu kembali fokus ke motor miliknya. Dengan cepat Pandu menyelesaikan pekerjaannya untuk bergabung bersama teman temannya.
"Tio dan Ikram. Lo berdua maju. Lawan satu per satu ya. Yang kalah harus traktir yang menang, gimana setuju nggak?" Rimba yang saat ini menjadi juri untuk teman temannya berbicara di depan.
"Sok, atuh. Setuju gue mah," ujar Ota sembari menatap Rimba di depan.
"Setuju gue. Ditambah push up 20 kali sambil gendong yang menang di atasnya, atau si bule aja gitu, dedek Elio"
Tio dan Ikram langsung maju dengan wajah songong mereka.
Setelah selesai dengan motornya, Pandu langsung berjalan mendekati teman temannya dan duduk di dekat Ota. Ota menoleh kearah Pandu, "Lo ganteng banget sih, Ndu."
Pandu langsung menoleh kearah Ota "Tau kok gue."
"Kalau gue perempuan pasti gue bakal suka--"
"Buset, lo homo ya?" Pandu langsung menjauhkan tubuhnya dari Ota. Menatap Ota dengan ngeri. Mengusap tangannya yang dipegang Ota barusan.
Ota yang mendengar itu langsung protes "Enak aja, gue masih normal yee. Jangan asal bicara lo!"
"Lagian, lo ngapain bilang suka sama gue!"
"Maksud gue, kalau gue perempuan. Walaupun gue jelek gini, nggak mungkin gue suka sesama batang. Merinding gue. Lagian di dalam Islam itu tidak boleh, itu haram namanya."
"Ya gue kirain kan. Awas ah, lo jangan dekat dekat gue. Merinding gue dekat dekat lo. Kalau dekat sama neng Ragata sih nggak papa. Tapi, lo, maaf banget njir."
"Awas aja lo dekat dekat gue."
"Nggak bakal!" Ota dan Pandu sama sama menjauh, dan saling menatap sinis. Ota berdecak kesal sembari mengusap keningnya manja.
Pandu berdecak, lalu menatap Tio dan Ikram yang sedang lawan satu sama lain.
Tio dan Ikram sama sama saling lawan, hingga Tio terjatuh dan Ikram lah yang menang. Rimba langsung menaikan tangan Ikram dan menyuruh teman temannya untuk bertepuk tangan sekeras mungkin.
"Pemenangnya Ikram!" Teriak Rimba dengan lantang.
"Woohooo, menang gue anjir, hahahaha." Teriak Ikram sambil tertawa kencang. Ikram menatap Tia sembari tersenyum bangga "Siap siap lo traktir gue nanti malam. Gue mau mi rasa ayam geprek, gue mau rokok, es krim, sepatu keluaran terbaru, hoodie yang baru lo beli kemarin, dan pizza dua lah yang jumbo sama--"
"Gila lo ya, traktir sih traktir aja. Ngapain lo minta sebanyak itu. Wah, nggak bisa nih. Curang si Ikram, nggak mau gue. Masa minta traktir kayak gitu, itu namanya ngabisin uang gue anjir. Nggak terima gue," protes Tio kesal. Ikram yang mendengar itu berhenti tertawa dan menatap Tio kesal.
"Loh, kok gitu. Jangan gitu dong. Kan gue udah menang." Ikram tidak terima mendengar ucapan Tio. Ia sudah menang dan wajahnya sudah biru biru. Tidak terima jika Tio tidak menanggapi permintaannya.
"Lo memang udah menang, tapi minta traktirnya jangan kayak gitu dong. Nggak terima gue." Ikram yang mendengar itu maju ke depan Tio dan mulai ingin memukul temannya itu, tapi untungnya Pandu dan teman teman yang lain menghalangi Ikram.
"Apa lo, apa, hah! Sini lawan gue anjir," teriak Tio dengan Kemang saking kesalnya.
"Wah, ngajak berantem lo, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Pandu!
HumorPandu Aksara, orang orang biasa memanggilnya Pandu. Seorang laki laki berumur 17 tahun yang tidak pernah tau siapa orang tua kandungnya. Ia diangkat oleh seorang wanita lembut dan penuh kasih sayang. Namanya Hana Karim. Pandu sering memanggilnya den...