(Y/N) berjalan tergesa-gesa menapaki jalanan yang kian menggelap. Itu dikarenakan dirinya tidak langsung kembali setelah Senku meninggalkan nya dipohon besar. Bulan mulai hadir, langit kian menghitam, sedangkan seorang gadis masih berkeliaran ditengah hutan yang bisa saja ada yang menyerangnya.
Nafas (Y/N) memburu, keringat dingin mulai menurun dari pelipis menuju leher putih. Ia teramat kalut menyadari bahwa dirinya hanya berputar-putar ditempat yang sama. (Y/N) meringis pelan sembari menggigit bibirnya kuat, dibiarkan makin membengkak akibat gigitan Senku.
Lelah, (Y/N) pun memilih beristirahat pada salah satu pohon namun tidak terlalu besar. Ia menyembunyikan kepalanya diantara kedua kaki, ingin menangis, hal yang paling (Y/N) takuti bukanlah jadi santapan hewan liar, melainkan setan atau mahluk lain yang tak tampak mata.
SRAK
SRAKSemak-semak menimbulkan bunyi nyaring, membuat sang gadis terpaksa mengangkat kepalanya. Ia memperhatikan dalam diam semak-semak yang menyebabkan dirinya semakin takut. Menegakkan keberanian, (Y/N) berjalan pelan, sedikit menyingkap dedaunan, alangkah terkejutnya ia mendapati seorang lelaki dengan perpotongan rambut yang aneh, pakaian berwarna ungu dan wajah yang terlihat licik namun manis.
"Ehe!" Pekiknya pelan, sadar bahwa ia telah diketahui.
"Siapa?" (Y/N) bertanya tajam, ia memandang sinis lelaki didepan. Menyadari adanya bekas retakkan pada wajah, (Y/N) sadar jika lelaki didahapan mata adalah manusia yang dibangkitkan kembali.
"Izinkan aku memperkenalkan diri, Asagiri Gen." Kata lelaki itu, Gen dengan senyum manis yang ia buat.
"Teman Tsukasa?" Tanya (Y/N) lagi, ia tidak mengingat Senku menghidupkan lelaki ini. Jadi jikalau bukan Senku, maka Tsukasa lah yang melakukannya.
"Yes, Smart girl!"
"Berarti kau musuh."
(Y/N) mengambil langkah jauh untuk menjaga jarak dari Gen, ia memandang sinis. Mengapa Gen berkeliaran disekitar sini? Apakah mata-mata yang dikirim Tsukasa? Atau ia kah yang terlalu jauh berputar?
"Maaf, aku tidak bermaksud begitu." Masih dengan senyum yang melekat, Gen berkata halus.
"Aku hanya tidak sengaja melihatmu berputar-putar disini nona, Ahh maksudku. (Y/N) mungkin?"
(Y/N) melebarkan kedua matanya, ia semakin yakin bahwa Gen adalah mata-mata yang dikirim Tsukasa, bagaimana lelaki itu bisa mengetahui namanya? Dengan ancang cepat (Y/N) telah mengambil sebatang kayu namun tidak terlalu besar, ia mengarahkan kearah Gen.
Sadar jika dirinya membuat kepanikan, Gen tersenyum canggung. Ia malahan dibuat keringat dingin karena gadis didepan sudah siap membacoknya.
"Bu-bukan! Bukan begitu!" Pekik Gen keras, ia menggelengkan kepala pertanda tak setuju dengan asumsi (Y/N).
"Lantas siapa? Tidak mungkin orang secerdas dirimu bisa berjalan-jalan tanpa disuruh."
Gen tersenyum miring, gadis didepannya sangat cerdik rupanya. Dengan segala kehebatannya dalam mengelabui lawan, Gen akan segara melakukan aksinya.
"Pintar, cerdik, dan manis. Aku ditugaskan untuk mencari tahu apakah Senku telah mati atau tidak."
(Y/N) tidak terlalu kaget, ia telah menduga hal tersebut. Pasti Senku, keberadaan Senku benar-benar ditakuti, takut jika lelaki itu bisa membuat peradaban kembali ke era modern.
"Kau tahu siapa Senku, Gen?" Tanya (Y/N) pelan, matanya menelisik setiap ekspresi yang Gen tampilkan. Cukup tenang dan licik.
"Pria muda yang cerdas, Tsukasa telah membunuhnya. Namun dirinya masih belum yakin apakah Senku benar-benar telah tewas atau belum."
"Kau ingi melakukan kesepakatan?" Tanya (Y/N) to the point. Gadis drama memang harus cerdik.
"Tentu, tapi aku ingin membicarakan dengan Senku. Jika kau ingin tahu, kau bisa ikut bergabung bersama nanti."
"Bisakah aku mempercayai mu?"
"Tentu, (Y/N)-chan."
***
Sekarang (Y/N) dan Gen tengah berjalan santai berdua, sebenarnya (Y/N) ragu saat Gen mengajaknya pergi, apalagi Gen masih termasuk orang asing yang bahkan (Y/N) tidak kenal. Atau ia yang melupakan lelaki itu?
Langkah mereka pelan, hanya suara hewan-hewan kecil yang menemani malam yang tentram, hati (Y/N) sedikit gelisah, ia memikirkan Senku. Pasti lelaki itu akan mengomel karena ia telat pulang. Salahkan dia, siapa suruh meninggalkan (Y/N) sendiri?
"Kau dan Senku itu, punya hubungan?" Pertanyaan Gen menghentikan keheningan, ia terus berjalan santai dengan tatapan mata lurus kedepan tanpa menoleh.
(Y/N) hanya mengangguk sebagai jawaban, lagipula dirinya terlalu kikuk semisal harus berbicara panjang kali lebar kali tinggi.
"Pantas saja."
Jawaban yang Gen berikan membuat (Y/N) mengerutkan dahi, apakah Tsukasa menceritakan sesuatu tentang dirinya dan Senku? Lantas (Y/N) pun menoleh dengan tampang bingung.
"Apakah Tsukasa mengatakan sesuatu tentang kami?" Tanya (Y/N) diringi lirikan.
"Tidak, Tsukasa-chan hanya bilang, untuk memastikan Senku hidup atau mati." Gen tersenyum manis, tidak! Dimata (Y/N) itu seperti senyum ejekan.
"Lalu? Bagaimana kau tahu kami punya hubungan?"
"Ah! Itu! Aku tidak sengaja melihat kalian dipohon tadi."
(Y/N) terdiam, lidahnya seolah kelu ingin menanyakan kelanjutan dari pada itu. Sudah jelas ia tahu maksud dari Gen, oh tuhan! Dimana (Y/N) harus menyembunyikan wajahnya sekarang?!
Dengan senyum cengengesan, (Y/N) hanya mampu tertawa simpul. Dapat dilihat jika gadis itu sangat gugup dengan pembahasan mereka, langkahnya pun semakin melaju. Tiba-tiba saja (Y/N) berhenti tepat didepan Gen. Membuat lelaki itu memasang ekspresi bingung dan sedikit heran.
"Ada apa (Y/N)-chan?" Tanya Gen pelan, karena heran gadis didepannya hanya diam. Gen pun berusaha melihat dibalik tubuh kecil (Y/N), matanya juga ikut terfokus pada objek yang kini membuat dua insan terdiam.
Didepan sana ada Senku yang memasang wajah, yang bisa dibilang geram dan dingin. Mata merah maronnya menyala pada kegelapan malam, mata yang setajam pisau tak henti-hentinya memandang intens kearah gadis yang kini mati kutu.
"Sen-senku?" Ucap (Y/N) terbata-bata, mengapa ia segugup ini? Karena keberadaan Gen yang bisa membuat salah paham, apalagi air muka Senku yang tidak bersahabat. Jarang sekali lelaki itu mau menunjukkan hal itu, cemburu kah?
"Ekh! Senku-chan!" Teriak Gen girang, mencoba menghilangkan atmosfer yang mulai memanas padahal suhu disana sedang dingin.
Tak mendapati balasan, membuat lelaki berwajah licik namun manis itu juga gugup.
"(Y/N)." Panggil Senku dingin, datar, dan sedikit menusuk. Walau (Y/N) berusaha mendengar dengan nada lembut, tapi tetap saja, suara Senku terdengar mengerikan ditelinganya.
"Ya?"
"PULANG!"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Science Or Love 《SenkuxReaders》
Short StorySenku tahu betul jika ia sudah terlibat cinta, maka otaknya tidak akan mampu untuk berpikir logis. Karena, semua hal tentang cinta itu tidak ada yang logis dan penuh fantasi. Karena itulah, Senku selalu menghindari kata "Cinta" dalam hidupnya. Bagin...