:: Duapuluhsembilan

652 105 17
                                    

🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁

Seohyun memilih mencari apotek yang terdekat dari apartemen Kyuhyun. Wanita itu segera meminta lima test pack kemudian membayar tanpa mengacuhkan kembalian yang masih lumayan ia terima.

"Ambil saja kembaliannya," ucap Seohyun menyuguhkan raut bahagia. Berbanding terbalik dengan hatinya yang sudah tidak menentu. Dia belum ingin terlihat aneh di depan penjaga apotek tersebut. Mana ada ibu-ibu yang berparas sendu saat dimungkinkan akan ada sebuah kabar gembira–jika di keadaan normal?

Tangannya menggenggam kresek kuat. Membiarkan sedikit keringat membasahi bagian tersebut. Degup jantungnya berpacu cepat. Dia gugup.

Saat melewati sebuah restoran, keinginannya memakan bulgogi super pedas kembali datang. Kali ini lebih kuat karena dirinya berada di tempat yang tepat.

Seohyun memandang sekali lagi kresek yang ia genggam. Entah keinginan dari dirinya atau bayi yang ada dalam kandungan–jika benar ia hamil. Dan jika kemungkinan kedua, dia tidak bisa menyepelekan begitu saja.

Dengan langkah yakin, wanita itu menyambangi restoran di seberang jalan. Memasuki ruangan bergaya eropa, lalu memesan apa yang sudah ia idamkan sedari tadi.

Hanya membutuhkan beberapa menit untuk melihat mangkuk Seohyun kosong. Wanita itu kemudian menegak air di hadapannya dan beranjak untuk membayar. Meninggalkan apartemen terlalu lama sama berarti membuat masalah. Kyuhyun akan tahu dia keluyuran, dan pasti sesi tanya jawab dimulai. Sedangkan Seohyun malas mencari alasan-alasan lain.

Ketika hendak membayar, matanya tidak sengaja menangkap seseorang yang sangat ia kenal di sudut ruangan. Yuri. Perempuan itu sepertinya terlalu banyak minum. Pandangannya tidak setajam biasanya. Tatapan sayu terekspos dari ekspresi yang disuguhkan.

Seohyun memilih mendekat untuk memastikan. Bagaimanapun, mereka sempat dibesarkan bersama. Dan jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat menghormati gadis itu.

"Eonni?"

Yuri mengangkat kepala. Tertawa sumbang saat mengetahui siapa yang ada di hadapannya sekarang ini.

"Oh? Seo Joohyun?" Nada bicara Yuri tampak meracau. Dia telah kehilangan setengah kesadarannya.

"Kau di sini? Ah! Kyuhyun. Di mana Kyuhyun? Kau di sini bersama kekasihku?" Yuri melihat sekitar Seohyun. Kembali tersenyum namun penuh kesedihan ketika tidak menemukan pria yang diinginkan.

"Tentu saja tidak. Kau tidak akan bersama Kyuhyun, 'kan? Kau adik yang baik. Aku percaya kau tidak akan merebut Kyuhyun dariku." Yuri kembali tersenyum. Kali ini kalimat tersebut berhasil membuat Seohyun menelan ludah susah payah.

"Aku berjuang hidup hanya karena pria itu. Aku percaya aku akan sembuh karena pria itu. Alasanku untuk kembali, alasanku untuk bernapas, alasanku untuk semuanyaaa hanya karena seorang Cho Kyuhyun. Kau tidak sejahat itu untuk merebutnya dariku, 'kan?"

Behind The Love LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang