EU;10

8.1K 495 2
                                    

Seperti biasanya, saat berada dalam masa berkabung dan tengah galau-galaunya, Araminta Ardhani yang sialnya juga adalah sahabatnya datang berkunjung di sore hari dengan bekal hati yang sedang mendung.

Tapi entah kenapa, Arka pun tidak pernah menolak. Ia dengan lapang  selalu membuka pintunya lebar-lebar setiap kali Ara butuh tampungan, padahal kadang pun Arka juga sebal. Tapi apalah dia di depan Ara.

Saat Ara sedang curhat untuk kesekian kalinya, Nana alias hama bagi Arka masuk tanpa permisi. Seperti kucing saja.

"Lo tau fungsi pintu gak sih?" Nana berhenti melangkah, Ara yang menyaksikan nampak terbengong di tempatnya.

"Maaf kak, aku pikir gak papa."

"Gak papa-gak papa, emang lo pikir ini rumah mertua lo!" dengan senyum menyebalkan dimata Arka, Nana menyampirkan anak rambutnya ke belakang telinga. Melihat itu arka mendengus.

"Kan emang calon" Arka tidak tau, entah apa yang pernah ia perbuat hingga ia harus di pertemukan dengan Nana sampai hari ini. Padahal Arka tidak pernah menampakkan diri di depan para tetangga kompleknya.

"Aku boleh duduk disini kak?" Ara dengan ramahnya mengangguk membiarkan Nana duduk di sampingnya.

"Boleh kok silahkan"

"Kakak namanya siapa?" suara Nana yang kelewat ceria sudah Arka hafal di luar kepala. Namun siapa sangka dibalik sifat kekanakan dan mudah tertawanya Nana ini justru adalah gadis yang kuat dan dewasa. Arka patut mengakui

"Araminta, panggil ara aja"

"Menapa ara? kenapa gak rara mita eh ita juga cocok" Arka menggeleng kepala melihat ekspresi Ara yang berusaha di sabar-sabar kan

"Pokoknya panggil Ara aja" sampai seharian itu, Nana dan Ara mengobrol sampai lupa waktu lupa keadaan lupa tempat dan juga lupa pada Arka. Mereka asik berdua seakan seperti teman lama yang baru berjumpa kembali sehabis merantau jauh sekali

"Kak ara orangnya baik ya, cantik lagi. Ngomong-ngomong kak Ara seriusan udah nikah?" Arka benar-benar tidak suka sekali dengan orang yang cerewet. Jika itu Ara, Arka mungkin bisa menyuruhnya diam tapi kalau Nana? Harus bagaimana Arka membuat Nana diam?

"Jawab dong kak, dari tadi diem aja. Lagi cosplay jadi patung?" Arka menghela nafas, sabar memang indah tapi jika terlalu sering diuji lama-lama Arka gedek juga.

"Emang kenapa kalo dia udah nikah? masalah buat lo? buat keluarga lo?buat pendidikan lo?" Nana justru terpingkal, suatu hal langkah dimana dia menemukan Arka yang mengeluarkan banyak kata.

"Kamu kapan kak?" Arka paham kode macam itu, tapi sungguh ia tidak tertarik menikah sekarang apalagi dengan Nana.

"Gak sekarang dan gak sama lo" lalu Arka beranjak pergi, membawa serta laptop dan ponselnya menuju lantai dua.

Nana terdiam, bahkan untuk sekedar bercanda dengannya pun arka sepertinya enggan. Nana sampai bingung, memang apa yang salah dengan dirinya? Apakah bahkan untuk berteman saja Arka tidak sudi?jadi manusia macam Arka rupanya memang punya ekspektasi tinggi soal orang-orang yang berhak berada di sekitarnya? Dan apakah Nana tidak termasuk dalam kriteria itu sedikit pun?

Arka berhenti di pertengahan tangga, menoleh mendapati Nana yang terdiam memandang lurus lukisan di depannya. Apa lagi kali ini? Apakah kalimatnya barusan menyingung Nana?

"daripada lo bengong disitu, bengong dirumah lo sendiri sana" Nana tersentak kecil, ia menoleh memaksakan senyum tipisnya.

"Iya, aku pulang dulu ya kak."

Dan itu adalah kalimat terakhir yang Arka dengar hingga tiga hari berselang, karna Nana menghilang. Entah kemana Arka tidak tau dan memaksa diri untuk tidak perlu cari tau. Lagi-lagi ia dibuat kesal dengan dirinya sendiri. Satu sisi ingin tidak peduli, namun sisi lainya sibuk bertanya kemana perginya Nana.

"Bengong mulu, lo lagi galauin siapa sih?" Nadia datang dengan sepiring penuh gado-gado

"Berapa hari lo gak makan?" jawab Arka melenceng

"Pola makan gue urusan gue, gak usah ikut campur lo."

Arka mencebik, kembali fokus pada nasi goreng di depannya. Sejak Ara menikah, mereka jadi jarang makan bertiga. Mau bagaimana lagi. suami Ara tipe yang tidak mau di bantah.

"Lo kenapa sih?" risih juga lama-lama melihat Arka seperti sekarang, Arka memang bukan pendiam bukan cerewet juga tapi beberapa hari belakangan, Arka agaknya terlalu diam.

"Gue mau nanya" Arka meletakan sendok dan garpunya di piring

"Gue mau jawab" Nadia balas sok serius

"Kira-kira kalo orang ngilang tiba-tiba itu kenapa sih?" Nadia tampak berfikir namun mulutnya tetap mengunyah.

"Siapa?"

"Jawab aja gak usah kepo!"

"Abis lo apain dulu, mungkin dia udah nyerah, atau mungkin udah merasa gak dibutuhin lagi sama lo." Arka mendengar dalam diam.

"Atau mungkin juga ada kata-kata lo atau tingkah laku lo yang bikin dia tersinggung, atau bikin dia gak nyaman" sambung Nadia lagi masih sambil makan.

"Gue gak merasa dia penting sih Nad" Nadia turut berhenti makan, sepertinya bahasan kali ini cukup berat.

"Lo gak boleh gitu dong Ka, lo anggap dia gak penting tapi dia peduliin lo banget. Emang kesannya bego, tapi kalo gak bisa ngelakuin hal yang sama setidaknya lo jangan nyakitin. Lo kan bisa suruh dia pergi baik-baik. Dia juga punya perasaan kali" itu seperti tepat sasaran, Arka memang sering sekali keterlaluan.

"Cewek?" Arka diam saja, nanad pun tidak menuntut banyak.

"Kalo dia gak penting, kenapa lo cari? Kenapa lo repot-repot nanya ke gue?" Dan skak mat. Nanad memang terlalu pintar dalam hal menebak.

"Gue bingung" jawab Arka seadanya

"Kalo lo gak suka bisa lo suruh dia pergi baik-baik. Kalo masih bingung mending lo cari tau" Arka memandang Nanad agak lama

"Cari tau gimana?"

"Biarin dia Arka, biarin dia deket lo, biarin dia lakuin apa yang dianggap bakal lo suka, terus liat lo nyaman apa enggak, lo terganggu apa gak. Lo jangan peduiin dia kalo emang lo gak suka dia. Jangan kasih cela dia buat masuk"

****

Arka tiba dirumah pukul sepuluh malam, waktu yang cukup lama karna pada dasarnya Arka bukan orang yang senang berlama-lama di luar. Bersamaan dengan itu, ibu dari Nana juga baru saja turun dari mobilnya. Dia sendirian

"Malam tante" Rissa menoleh demi membalas Arka disertai senyum hangatnya. Namun mata tentu tidak bisa berbohong. Ada gurat lelah dan lingkar hitam menandakan kurangnya waktu istirahat.

"Tante baru pulang"? Arka gatal untuk bertanya.

"Gak, ini tante cuma mau ambil baju abis itu balik lagi kerumah sakit" Arka terkejut, bola mata Arka melebar dan itu tidak luput dari pengamatan Rissa

"Siapa yang sakit?" suara Arka memelan, ia seperti baru saja selamat dari maut tapi sedang menuju ajal selanjutnya. Ada rasa takut yang sulit untuk Arka jelaskan

"loh, emang mama kamu gak kasi tau?" Arka menggeleng, kehilangan suara.

"Nana masuk rumah sakit, udah hampir empat hari" Arka merasa ia merinding mendengarnya.

"Tante masuk dulu ya?" Arka lalu mengangguk, pantas saja Nana tidak terlihat dimana pun. Rasanya terlalu berlebihan jika Arka menanggap Nana masuk rumah sakit karenanya. Tapi itu juga tidak menutup kemungkinan. Semua hal bisa saja terjadi termasuk ketakutan yang malam ini menghampiri Arka dengan tiba-tiba.

EUNOIA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang