9

39 5 0
                                    

"Gagal hari ini besok coba lagi."
-Asa dan keras kepalanya.

___

Asa kembali berada diruang tamu. Terlihat di sana Mas Ahmad tengah diejek habis-habisan.

"Mad-mad, Cesa sama Hani lo rentengin? Gila lo." Ucap Bang Ayi. Asa yang tak paham hanya mengerutkan kening. Cesa? Hani? Siapa mereka?

"Siapa itu Mas?" Tanya Asa.

"Pacar Mas Ahmad dua-duanya." Ucap Doni yang duduk di samping Asa.

"Nggak gitu dek. Lha wong Mas cuma temenan sama mereka." Ucap Mas Ahmad nggak terima di cap buaya oleh teman-temannya.

"Temenan pun harusnya ngotak Mad, itu anak orang." Ucap Bang Bimo. Emang Bang Bimo kalo disuruh ngejek orang juaranya.

"Loh Aku kan cuma bantu mereka. Mereka nya aja yang kebaperan." Ucap Mas Ahmad yang logat bicaranya masih kental dengan logat Jawa alias medok.

" Ucap Mas Ahmad yang logat bicaranya masih kental dengan logat Jawa alias medok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asa tertawa melihat Mas Ahmad semakin terpojok. Ditambah lagi Abil, Kevin, dan Aldan yang tak henti-hentinya merecoki Mas Ahmad.

Sabtu ini sangat menyenangkan bagi Asa, walaupun dia sempat beberapa kali tertolak secara nyata oleh sang pujaan hati. Tapi nggak papa, ga masalah. Gagal hari ini besok coba lagi. Begitulah Asa dan keras kepalanya.

___

Minggu sore itu Bang Alan mengklakson beberapa kali mobil yang dia tumpangi didepan rumah Asa. Terlihat Asa yang tergopoh-gopoh keluar sambil membawa kamera Bang Arsa yang semalam dia pinjam.

Asa lalu membuka pintu belakang mobil. Awalnya Asa sudah menebak siapa saja yang akan ikut hari ini. Dan tebakannya tidak salah, disini terdapat Abil dan Mas Ahmad dan tentu saja Bang Alan.

"ASSALAMUALAIKUM BABEH!!!" Teriak mereka berempat saat melihat Babeh yang keluar dari rumah.

Bang Alan lalu menginjak pelan gas mobilnya. "Hari ini temanya apa?" Tanya Bang Alan.

"Gue mau ke gedung-gedung tua deh bang hari ini." Ucap Asa yang diangguki oleh Abil dan Mas Ahmad.

Sebenernya Abil disini cuma ngikut doang. Dia bahkan nggak bawa kamera. Abil hapal sekali kalau ada kata hunting foto maka akan terjadi juga hunting kuliner. Dan itu yang Abil cari.

"Oke."

30 menit berlalu, sedikit menepi dari hiruk-priuk perkotaan. Pemandangan pinggir kota membuat Asa terhipnotis. Dia lalu membuka jendela mobil. Dijepret nya beberapa kali objek yang menurutnya patut diabadikan.

 Dijepret nya beberapa kali objek yang menurutnya patut diabadikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Iya Han, Aku nggak bakal pulang telat." Terdengar Mas Ahmad yang berbicara lewat hpnya. "Iya makasih."

"Yakin sama Hani apa Cesa jadinya?" Tanya Asa yang masih fokus memotret objek diluar mobil.

"Kalo gue sih mending Cesa." Ucap tiba-tiba Abil yang diangguki oleh Bang Alan.

"Kalian kenal Cesa? Emang Cesa kaya apa?" Lagi-lagi keduanya mengangguk.

"Cesa menurut gue anaknya baik. Humoris juga, kalem, nggak neko-neko. Bedanya dia nggak seagresif Hani." Ucap Abil menjawab semua pertanyaan Asa.

"Kalo Hani?"

"Hani agak centil sama cowo, menurut gue dia juga agak gimana gitu." Tipikal Bang Alan emang, nggak sampai hati ngatain cewe.

"Yaudah Mas lo sama Cesa aja." Ucap Asa yang sebenernya bodo amat sama Mas Ahmad, tapi dia juga nggak rela kalau sampai lihat Mas Ahmad nyakitin dua cewe sekaligus.

"Lek segampang kui, wes Mas pacarin dari dulu dek." Bisa Asa lihat ada sedikit nada frustasi di nada Mas Ahmad barusan.

"Mas." Mas Ahmad menoleh kebelakang, tepat dimana Asa duduk. "Jujur sama hati Mas, jangan jadi pengecut dengan nyakitin dua cewe sekaligus." Asa tersenyum menyemangati.

Mas Ahmad diam. Abil diam. Bang Alan diam. Asa pun diam. Mereka memberi waktu bagi Mas Ahmad berpikir sejenak.

Mas Ahmad ini seperti abangnya. Bedanya tidak pernah ada keseriusan di setiap perkataan dan perilaku Bang Arsa terhadap siapapun yang dia dekati. Abangnya tidak pernah memberi harapan. Sedangkan Mas Ahmad, di setiap perbuatan dan perkataannya pasti terdapat keseriusan yang buat cewe-cewe kadang bergantung pada harapan semu itu. 

Meskipun keduanya salah, tapi Asa bersyukur setidaknya abangnya tidak pernah terpuruk memilih antara wanita mana yang dia jadikan pilihan karena terlanjur memberi harapan kepada keduanya. Coba tolong bantu Asa. Lebih bangsatan mana Bang Arsa sana Mas Ahmad?

"Nah udah sampe." Ucapan Bang Alan membuyarkan lamuan mereka.

"Udah Mas, jangan terlalu dijadikan beban." Asa menepuk pundak Mas Ahmad. "Los ke wae." Asa mengutip beberapa kata dari Mas Ahmad yang beberapa kali dia katakan ke Kevin, Abil, dan Aldan.

Mas Ahmad tersenyum. "Matur suwun dek."

___

Hay!Mas Ahmadku kembaliPilih Cesa apa Hani nihhh?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hay!
Mas Ahmadku kembali
Pilih Cesa apa Hani nihhh?

٩ʕ◕౪◕ʔو

Foto from Pinterest^^

Asa | SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang