2 pekan kemudian
Sebagian besar tahapan seleksi sudah dijalani oleh Rama sejak beberapa pekan sebelumnya. Mulai dari tes administrasi awal, tes kesehatan, lalu seluruh tahap tes kesegaran jasmani atau kesamaptaan.
Screening oleh anggota POM sepertinya sederhana, namun ketika pertanyaannya sudah berlanjut pada keluarga Rama di generasi-generasi sebelumnya, tentunya Rama sendiri juga tidak terlalu mengenal mereka, kecuali hanya nama-namanya.
Tes mental ideologi juga bagai jebakan. Satu sisi, untuk karakter nasionalis yang dicari-cari dalam diri seorang calon abdi negara, jelas segala jawaban Rama akan diarahkan untuk mendukung kebijakan pemerintah. Namun sisi idealis-nya juga menuntut untuk ditampilkan, terutama terhadap kondisi negara yang pernah 'kurang baik-baik saja' beberapa tahun lalu.
Yang terberat tentunya adalah fase tes psikologi. Satu hari penuh duduk didalam ruangan dengan kertas soal dan jawaban terlampir dihadapannya sendiri sudah menjadi satu cobaan. Ditambah soal-soal yang sepertinya mengada-ada, namun memang diperlukan untuk menilai karakter dirinya.
Beruntung bagi Rama, sampai saat ini, namanya masih terus masuk kedalam daftar calon peserta yang lulus. Sudah ratusan orang gugur di berbagai fase tersebut, dan sepertinya akan masih ada ratusan orang lagi yang akan berguguran, sampai tiba saatnya nanti pengumuman di tingkat pusat.
Rangkaian pemantauan itu tidak pernah mudah, tetapi setiap selesai dan keluar dari tempat pemantauan, Rama hanya mengucap syukur atas kemudahan yang didapatinya.
Semoga sisa tes yang akan dijalani, yaitu tes kesehatan lanjutan, administrasi lanjutan, serta pemantauan dan penentuan akhir yang akan dijalaninya beberapa hari lagi, tetap bisa dijalaninya dengan baik.
Dan hari ini, Kamis di pekan kedua sejak hari itu, Rama sudah jauh-jauh hari menanamkan dalam kepalanya, hari ini ia akan berkunjung ke sekolah. Bukannya ia kangen suasana sekolahnya, karena saat ini sudah ada hal lain, yaitu salah satu siswi sekolah itu.
Sejak pagi hari ia bangun dan pertama kali menyingkap tirai kamarnya, ia menatap langit pagi dengan pita ungu keemasan mewarnai horizon sisi Timur langit, dihiasi dua manik-manik bersinar, itulah sosok planet Merkurius dan Venus.
Doa yang dipanjatkan di akhir sholat Subuhnya hari ini bertambah satu baris sederhana, ia ingin hari ini dipenuhi dengan senyuman semua orang.
Senyuman dirinya dan kawan-kawan seangkatannya yang telah menyelesaikan satu fase dalam kehidupan remaja mereka, senyuman para adik-adik kelasnya telah menyelesaikan satu lagi tahun ajaran dalam pendidikan mereka, senyuman para guru-gurunya berhasil mendidik mereka selama satu tahun lagi, dan senyuman semua orang atas hal-hal yang telah mereka capai.
Rama sendiri merasakan, setahun berlalu, hari-harinya tidak terus diliputi kesuksesan. Ada kalanya kesulitan menghadang langkahnya dan orang-orang lain di sekelilingnya. Bagaikan mentari di alam yang tidak selalu bersinar, kadang tertutup mendung, kadang hujan turun. Jalan raya pun tak selamanya mulus, terkadang ada saja yang berlubang atau rusak. Namun sebagaimana sudah ditanamkan dalam dirinya sejak dulu, seberat apapun hari kemarin, awalilah hari ini dengan senyum dan semangat.
Dan siang ini, ia sudah berada di gerbang sekolahnya, berdiri bersandar di Civic kesayangannya, matanya menatap kedalam gerbang sekolah, hanya untuk memastikan ia tidak melewatkan satu orang tertentu di hari ini.
Dan begitu bel tanda akhir waktu berbunyi, suasana tenang di gerbang sekolah itu seketika berubah menjadi keramaian ketika ratusan murid keluar dari kelas masing-masing, meluapkan kelegaan mereka karena berakhir pula rangkaian ujian akhir semester mereka. Mungkin mereka hanya menikmati beberapa hari kedepan, sampai akhirnya tibalah nanti tahun ajaran baru dan musim belajar yang baru pula bagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Tanah Air - Kepakan Pertama
Приключения==="Archer Flight, you are cleared for take-off, over" "roger, Tower. Archer Flight is moving for take-off. Good afternoon, Iswahjudi Tower" "Archer Flight Airborne" Sayap Tanah Air : Kepakan Pertama Fajar hari sang Elang // Dawn of the Eagle