Varlega menatap sekeliling kelas sambil berusaha meyakinkan diri bahwa tidak ada satu pun orang yang akan menyaksikan sebuah tindakan tersembunyi. Ternyata kelas tersebut telah kosong, tidak ada satu pun orang yang kini bersama Varlega termasuk Clara.
Angan-angan tentang darah dari banyak bangkai hewan mulai bersemayang dibenaknya. Yah, dia sudah kehilangan kendali atas semua angan-angan itu.
Varlega masih terlihat tenang dalam kesendirian dalam kelas sambil asyik menaruh dagu di telapak tangan. "Aku ingin bermain dengan banyak bangkai."
Varlega melirik ke arah tas ransel kemudian menaruhnya menuju atas meja, disusul dengan sebuah buku yang dikeluarkan dari balik tas.
Semuanya terlihat wajar di mana seorang anak kecil mengeluarkan buku dari tasnya dan membuat orang lain akan berpikir bahwa Varlega sedang ingin belajar.
Hal wajar mendadak berubah menjadi cukup mengerikan ketika buku tersebut dibuka, di sana sudah hadir sebuah bangkai kupu-kupu pada sela buku milik Varlega. Tentu sangat tidak terduga siapa pun.
"Aku mencium bau surga," ucap Varlega sambil mencium badan kupu-kupu yang berasal dari sebuah ulat tanpa merasa geli.
Tangan Varlega meraih bangkai tersebut kemudian tersenyum tipis saat berhasil memegangi badan kupu-kupu, dia menaruh badan kupu-kupu tersebut di atas buku.
Sraaatttt!
Varlega mulai menyayat dengan sebuah cutter yang baru saja dia beli dari kantin dan benda tersebut cukup tajam sampai mampu membuat sayap kupu-kupu langsung sobek.
Varlega memperlihatkan gigi putihnya ketika berhasil menyayat sayap kupu-kupu. Tidak ada rasa menyesal yang keluar dari lubuk hati, dia malah tertawa dengan penuh kepuasan.
"Hihihi...." Varlega mencoba tertawa kecil, tetapi tetap saja terdengar menyeramkan.
Dia mengarahkan pandangannya menuju pintu kelas sambil bergumam, "Eh, ada yang dateng?"
Tanda tanya dari benak Varlega terbukti benar karena beberapa detik kemudian, terdengar banyak hentakan kaki dari anak-anak seusianya.
Banyaknya hentakan itu disusul oleh suara tertawa dari teman-teman Varlega sehingga membuatnya terkejut, dia tertegun untuk beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk bergegas memindahkan kupu-kupu ke dalam buku.
"Nanana ... Eh, si setan masih disini?" gumam Clara sambil berjalan cepat dan kedua tangannya berada di samping pinggang bak seorang kupu-kupu yang ingin terbang.
Clara sebagai siswi paling pecicilan langsung memasuki kelas, lebih cepat dari pada yang lain, matanya tentu langsung tertuju kepada Varlega.
Clara berjalan mendekat tanpa mengeluarkan suara hentakan kaki alias berjalan dengan menggunakan jari-jemari kakinya.
Semua anak-anak menyusul Clara dalam memasuki kelas memasuki kelas dengan suara lantang serta riuh, suasana sepi akhirnya menjadi begitu ramai.
Varlega menaruh tas yang sudah rapi menuju tempat duduk, goodmood dalam hatinya ketika berubah kala kelas menjadi sangat ramai.
Tubuh Clara semakin mendekat, dia begitu mengendap-endap bagaikan seorang maling menuju bangku Varlega.
"Dooor!" teriak Clara, membuat Varlega terkejut layaknya orang yang sedang menjadi korban perampokan.
"Aish! Kaget tau?" gerutu Varlega yang sudah terlihat geram. "Mau aku hajar, ya?"
"Utututu, masa cewe imut marah-marah sih?" goda Clara.
Varlega membungkam, dia sangat malas meladeni gadis pecicilan seperti Clara dan bersikap tidak perduli akan respon yang nanti Clara berikan.
Clara terduduk di bangku sebelah Varlega sambil menempelkan telapak tangannya di dahi sang sahabat, dia terkekeh seorang diri dan membuat Varlega menjadi kebingungan.
"Kamu pura-pura sakit lagi, kan?"
Clara sangat ingin tertawa kencang sampai bisa membuat semua orang menatap ke arah mereka, tetapi dia tidak berani karena telah tahu bahwa Varlega kurang suka dengan keramaian.
"Iya, tau dari mana?" tanya Varlega dengan begitu penasaran dan terlihat begitu polos.
"Pas tadi dipegang dahinya sama guru olahraga, kok tubuh kamu bisa panas?" Clara malah balik bertanya.
"Soalnya, aku habis dihukum hormat ke bendera. Tubuh aku kepanasan, jadinya anget-anget gimana gitu," jawab Varlega dengan ekspresi menggemaskan.
"Pinter bohong juga ternyata kamu ini," ledek Clara sambil langsung memeluk punggung Varlega dengan erat kemudian berbisik, "Nanti kita bolos sama kakak kelas."
Kedua tangannya langsung Varlega ditaruh menuju atas pinggang, dia menggelengkan kepala kemudian berusaha membuat Clara yakin bahwa hari ini tidak ada kata bolos lagi dalam kamus hidup Varlega.
"Aku nggak mau bolos lagi!" tolak Varlega dengan begitu tegas.
Respon yang diberikan Varlega sangat tidak terduga, Clara sendiri langsung membulatkan mata pertanda kurang percaya dengan apa yang telah dia saksikan.
"Hah? Serius?" Clara ingin memastikan Varlega akan membolos sekolah bersamanya atau tidak.
"Kamu nggak denger, ya?" Varlega menekuk wajah dan malah bertambah lucu karena wajah putih pucatnya terlihat memerah.
Yah, jawaban dari Varlega sama sekali tidak diharapkan oleh Clara. Namun, Clara tidak mau memaksa karena takut Varlega akan marah besar kepadanya.
"Aku nggak mau maksa, aku takut kamu marah." Clara tersenyum manis sambil mengacak-acak rambut Varlega.
Sebuah senyuman tipis terukir indah untuk Clara, perasaan emosi dalam benak Varlega seketika memudar karena kalimat manis dari sang sahabat.
Tubuh Varlega mulai beranjak dari bangku kemudian meninggalkan Clara yang masih terpaku di samping tubuhnya.
"Heh, si Manis dari jembatan ancol! Kamu mau ke mana?" tanya Clara dengan nada kencang.
Semua anak-anak sontak langsung menatap ke arah Varlega serta Clara secara bergantian dan hal tersebut sangatlah menjengkelkan untuk Varlega.
Varlega merasa sangat tidak nyaman ketika satu kelas fokus menatap tubuhnya, dia berdecak kesal sambil menatap Clara dengan perasaan gemas.
Clara mengangkat kedua alisnya seakan sedang merasa penasaran kepada Varlega, kemanakah dia akan pergi?
"Hey! Kamu mau ke mana?" teriak Clara.
Varlega berhenti melangkah, menarik nafas kemudian menghembuskannya dengan perlahan. Emosi membara dalam hati terus dikendalikan, dia tidak ingin semua orang tahu seperti apakah sifat asli Varlega.
Varlega menoleh ke arah wajah Clara, emosi dalam hati serasa sudah sulit untuk dikendalikan. Dengan kalimat simpel, Varlega berhasil membuat semua anak-anak di dalam kelas menjadi tertawa geli.
"Mau ngebunuh orang!" teriak balik Varlega.
Tentu tidak ada yang percaya pada ucapan manis Varlega, semua anak-anak dalam kelas tertawa geli seakan meragukan kemampuan dari seorang anak pemberani sepertinya.
Varlega menatap semua anak-anak di dalam kelas, semuanya tertawa terkecuali Clara. Dia merasa sangat terhina oleh suara tawaan teman-temannya.
"Awas kalian!" batin Varlega sambil langsung berjalan menjauh dari kelas dengan perasaan sebal kepada teman-teman yang sudah berani menertawakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Varlega, A Little Psycopath
Mystery / ThrillerWARNING! cerita ini mengandung unsur kekerasan dan lain-lain. Harap pandailah dalam membaca. Ketegangan akan hadir dan hanya adadi dalam novel Varlega, A Little Psycopath. Siapkan mental dan keberanian kalian sebelum membacanya. #2 in PSK [5/7/2020]...