SAKIT

136 21 8
                                    

Waktu berlalu, Yuri dan Eunkwang sama-sama saling menyamankan diri di posisi masing-masing. Eunkwang berharap lebih. Tapi Yuri tetap tak bergeming. Sikapnya sama. Kejadian terakhir di malam itu semakin membuat Yuri membatasi dirinya dari Eunkwang dan Eunkwang tak pernah berani lagi berbuat seperti itu.

Pagi itu ...

"Yuriiiii!! Lihatlah" Eunkwang berteriak keluar kamarnya sambil bertelanjang dada. Ia baru selesai mandi. Yuri yang sedang duduk sambil bermain ponsel langsung melihat apa yang membuat Eunkwang begitu berisik.

"Ahjussi, kau bisa menggerakan jari kananmu? Waaah, aku bahagia sekali" Yuri sumringah menatap Eunkwang. Begitupun Eunkwang. Hasil terapinya selama ini menuai hasil. Jari tangan Eunkwang bisa digerakan sedikit. Itu sebuah kemajuan.

"Aku semakin bersemangat untuk penyembuhan" kata Eunkwang.

"Semakin cepat sembuh, semakin aku bisa terlepas darimu" kata Yuri sambil tersenyum. Eunkwang merubah air mukanya. Ia tampak kecewa

"Aku tak jadi ingin sembuh" katanya. Ia menyerahkan pakaian pada Yuri. Yuri meraihnya dan memakaikannya pada Eunkwang. Ia mengancingkan satu-persatu kancing di baju Eunkwang. Kemudian kembali ke kursinya dan bermain ponsel. Tak banyak yang bisa ia kerjakan hari itu. Ia mengingat sesuatu.

"Kalau mencariku, aku di ruang kerjamu, ahjussi. Akan kurapikan ruangan itu agar kau merasa nyaman" katanya. Eunkwang mengangguk saja. Ia sudah siap dengan kacamata baca nya.

Yuri bergegas. Ia merapikan beberapa barang dan menatanya agar terlihat rapi. Tak sengaja ia menemukan sebuah dokumen. Ia membuka isinya. Rekening koran dari Bank. Semua uang masuk yang diberikan Eunkwang. Uang yang sama sekali tak pernah ia gunakan. Ia tersenyum. Tak sengaja ia menemukan satu rekening koran lain. Tercetak baru-baru ini. Yuri melirik pintu ruangan dan merasa aman karena Eunkwang sedang membaca buku. Ia membuka dokumen itu. Aliran uang masuk ke rekening lain atas nama Kim Sohee. Jumlahnya sangat banyak. Lebih banyak dari jumlah uang yang Eunkwang berikan kepadanya selama beberapa bulan terakhir. Tidak ada informasi lain selain uang dalam jumlah besar itu. Hati Yuri terasa sakit. Ia buru-buru menutupnya dan menyimpannya sembarang.

Setelah selesai ia kembali ke ruangan lain. Ia melewati Eunkwang yang asik membaca. Ingin rasanya bertanya. Tapi lagi-lagi ia sadar kalau itu bukan urusannya. Keputusannya untuk tidak kembali pada Eunkwang semakin bulat. Ia tak berhak marah dan cemburu. Ia hanya butuh waktu untuk bisa melepaskan diri.

***

Sohee menatap dirinya sendiri di cermin.

"Aku anak eomma dan appa yang cantik" katanya sambil menyisir rambut. Ia meletakkan sisir itu dan menatapnya "tapi kenapa hidupku tak secantik harapan kalian?"

Ia menunduk dan menangis. Terduduk di salah satu kamarnya. Melempar dokumen yang kemarin Eunkwang serahkan. Melempar bungkusan yang juga kemarin Eunkwang serahkan.

"Aku benar-benar tak tau diri dan terjebak! Tapi aku masih ingin ada disini" katanya pilu.

Dokter memvonisnya sakit. Kanker darah yang baru diketahuinya beberapa waktu lalu. Dokter bilang ia mampu bertahan dan bisa sembuh. Tapi ternyata penyakit itu jauh lebih cepat dari bayangannya. Tubuhnya semakin lemah. Saat itu ia ketakutan dan menemui Eunkwang. Ia bahkan tak tau harus bicara pada siapa. Ia menemui Eunkwang dan menangis keras sampai tertidur. Ketika bangun ia menceritakan semua masalahnya pada Eunkwang. Eunkwang hanya bisa terperangah dan berjanji akan membantunya.

"Tapi oppa juga sedang dalam kesulitan gara-gara aku" katanya di hari itu. Eunkwang menatapnya dalam.

"Tetap saja aku tak bisa membiarkanmu dalam kesulitan. Kau juga harus memulai pengobatanmu. Kau harus sembuh" katanya menggenggam tangan Sohee.

"Jika Yuri tau, dia akan semakin membenciku" Sohee menunduk "aku jahat sekali oppa" Ia menatap Eunkwang. Eunkwang diam saja.

"Aku yang akan menyelesaikannya. Yuri itu urusanku. Fokuslah pada terapimu. Aku akan membayar semua biayanya" kata Eunkwang.

"Aku tak akan menolaknya. Aku tak tau diri kan oppa?" Sohee tersenyum meneteskan air mata. Eunkwang menghapusnya dengan ibu jari.

"Semua salahku" Eunkwang memeluknya. Tangis Sohee makin keras. Ia tak tau apa yang dihadapinya di depan sana karena itu bisa saja kematian. "Tinggalah disini, bersamaku" Eunkwang mengendurkan pelukannya. Sohee menggeleng.

"Aku tak mau terlibat masalah baru" katanya tegar.

***

DEAR MY AHJUSSI 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang