13

33 7 0
                                    

"Gue tahu lo sadar kalo yang lo lakuin selama ini itu bodoh. Bahkan setelah sadar pun lo tetep lakuin hal yang sama. Jadi ya buat apa omongan gue."
-Bang Ayi

____

Setelah pamit dengan Doni, Asa melanjutkan langkahnya ke arah depan kampus. Dilihatnya ada penjual bihun gulung yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia langsung teringat seseorang.

Tanpa menunggu lama dia berjalan menuju parkiran kampus dimana motor Vario hitamnya berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tanpa menunggu lama dia berjalan menuju parkiran kampus dimana motor Vario hitamnya berada. Asa lalu menaiki motor kesayangannya untuk membelah jalanan kota.

Sebenarnya, studio Bang Ayi tak jauh dari kampus. Hanya sekitar 15 menitan.

"BANG AYI!!!" Teriak Asa saat sudah memasuki studio musik milik orang yang baru dia sebutkan namanya.

"BANG AYI!!!" Teriak Asa saat sudah memasuki studio musik milik orang yang baru dia sebutkan namanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berisik." Bang Ayi berdecak kesal. Kelakuan Asa emang tidak berubah sama sekali.

"Hehehe.. Nih Bang Ay," Ucap Asa sambil menyerahkan sekantung bihun gulung yang tadi sempat dia beli. "Loh bang, lagi ngapain? Mau Asa bantu?"

"Wow makasih Sa. Ini masih buat lirik yang kemarin, belum kelar. Hah.. Pusing."

"Bentar mana.. Asa lihat coba." Asa meraih lembar kertas yang tergeletak di atas meja depannya

Aku seperti anak kecil di sini
Di mana kamu bersembunyi?
Setiap hari,
Lebih cerah dari kesedihan

Tidak apa-apa, duniamu
Seperti kamu sekarang
Berharga dan berharga
Tetap di sini bersamaku

Setelah tertawa seperti orang dewasa
Bahkan ketika menangis seperti anak kecil
Kami sangat mirip, bersama
Sama seperti Kamu
Seperti anak dewasa

[Kidult-Seventeen]

Asa terenyuh membaca sepenggal lirik yang baru setengah jadi. Ia tersenyum kearah Bang Ayi. "Ini udah lebih dari cukup bang."

Bang Ayi memiringkan kepala. Untuk sejenak Asa berfikir, 'Seperti sekarang, kamu berharga.' Sepenggal lirik itu mengingatkannya pada seseorang. Dan kalian pasti tahu siapa orang yang dimaksud.

"Sumpah? Gue kira ini nggak bakal ngena." Asa menggeleng, sejak kapan lirik Bang Ayi tidak pernah sampai kehati pendengar?

Hening sejenak. "Bang.."

"Hmm?"

"Kalo gue pergi dia bakal nyariin ga ya?"

Bang Ayi terdiam. Ia tahu maksud Asa kesini bukan hanya sekedar iseng belaka. Sudah 3 tahun Bang Ayi mengenal gadis kecil yang berada disampingnya saat ini. Bukan hal yang mustahil jika Bang Ayi sudah menebak kata apa yang selanjutnya Asa ucapkan.

"Tapi gue sayang." Gotcha! Seperti dugaan Bang Ayi sebelumnya. Asa pasti akan mengakhiri sesi curhatnya dengan kalimat andalannya. "Gimana bang saran lo?"

"Gue nggak bakal ngomong apa-apa," Asa melirik Bang Ayi yang pandangannya masih tertuju ke lirik setengah jadinya. "Karena bakal percuma. Gue tahu lo sadar kalo yang lo lakuin selama ini itu bodoh. Bahkan setelah sadar pun lo tetep lakuin hal yang sama. Jadi ya buat apa omongan gue." Also Bang Savage Ayi. Si lidah kejam kalo kata Aldan. Si nyadarin realita kata Abil. Dan si mulut cabe kalo kata Bang Arsa. Tapi emang bener gitu adanya.

Asa tertunduk. "Bener kata lo bang."

Bang Ayi merasa sedikit bersalah. Harusnya Ia tidak sebegitu kejam dengan Asa. Asa cuma remaja yang dimabuk cinta, tapi mabuknya sampai 2 tahun.

"Mau gue telfonin suruh kesini?" Mata Asa berbinar mendengar ucapan Bang Ayi barusan. Lantas Asa mengangguk semangat. "Ngerepotin gue mulu lo."

Asa terkikik geli. "Lah kan Bang Ayi sendiri yang nawarin."

"Nyesel gue."


____



HUHUHUUU BARU UJIAN BRADERRRRಥ‿ಥ

MAAP LAMA GA UPDATE

JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK YA

٩ʕ◕౪◕ʔو

Asa | SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang