Haechan kini tengah memakan satu bungkus permen coklat, duduk disofa bersama dengan sang Papa sembari menikmati tayangan film yang terputar di televisi. Jeno sendiri sedang membersihkan diri di kamar mandi,
"Itu temen kamu kenapa lagi sampe' kamu bawa kesini?" tanya Johnny yang terlihat fokus ke televisi dengan tangan dan mulut yang sibuk mengupas kuaci.
"Bapaknya lo Pa, galak banget. Penyiksaan ngerti nggak! Emosi gue inget kejadiannya doang, disambet tau Jeno pake sabuk," jelas Haechan. Johnny membulatkan matanya dan menatap Haechan,"Beneran?" tanya Johnny yang dibalas anggukan oleh Haechan,
"Punggung Jeno banyak banget luka bekas cambukan, gue nggak tega liatnya Pa," ujar Haechan,
"Tega banget bapaknya, siapa sih bapaknya?" tanya Johnny,
"Nggak tau juga siapa namanya, mukanya serem kek kecebong comberan," jawab Haechan,
"Pasti masih ganteng Papa ya?" tanya Johnny dengan pedenya,
"Oh ya jelas, jauh! Ibaratnya Papa tuh keset welkom di mall, dia cuma keset kain di depan rumah," jawab Haechan, perumpamaannya memang tidak elit sekali.
"Muka udah sepantaran sama Lee Minho gini disamain sama keset welcome," gerutu Johnny.
"Chan! Papa! Dery! Makan dulu!" suara Ten menggelegar memenuhi rumah, Haechan langsung melompat dari sofa dan menuju ke meja makan,"Temen kamu itu panggil dulu Dek, masa iya nggak di kasih makan. Sana!" usir Ten,
"Nyuruh manggil Jeno aja udah kek ngusir anak," gumam Haechan, dengan tak rela dia berjalan menuju ke kamarnya,
Klek!
Dilihatnya pemandangan Jeno yang tengah berganti baju, tubuhnya masih tak terbalut apapun, hanya handuk yang melingkar di tubuh bawahnya. Haechan bersiul, Jeno berusaha menutup tubuhnya dengan kaos di tangannya.
"Elah, gue udah pernah liat kali Jen, nggak perlu di tutupin juga," ujar Haechan.
"Buru pake baju lo sebelum gue pakein, makan malem udah siap," lanjut pemuda itu sebelum dia pergi dan menutup pintu. Jeno menghela nafas lega ketika Haechan sudah meninggalkan kamar, ia melanjutkan acara berpakaiannya sebelum akhirnya keluar kamar menyusul yang lain.
"Sini nak, duduk bareng, makan dulu. Seadanya ya, tante cuman bisa masak ini," ucap Ten. Jeno membalas dengan senyuman,
"Nggak papa kok Tante," balas Jeno,"Eh, panggil Mama aja. Abis ini juga bakal sering liat kamu, trus panggil Papa aja itu bapaknya Echan, biar akrab. Yuk dimakan," ajak Ten. Jeno duduk disamping Haechan yang sudah makan terlebih dahulu,
"Loh, Dery kemana?" tanya Ten,
"Barusan aja keluar Ma, katanya Bang Dejun masuk RS, panik dah tuh," jawab Haechan dengan mulut yang penuh dengan nasi,
"Ditelen dek, keselek baru ta-"
"Uhuk!" baru juga Ten hendak melanjutkan ucapannya, bocah tengil itu sudah terbatuk karena tersedak nasi yang dia makan. Johnny mengusap wajahnya dengan sabar, dengan tabah dia menerima fakta bahwa Haechan yang terbatuk membuat beberapa butir nasi menodai wajah tampannya yang berniat mengambil lauk di tengah meja.
"Tuh kan tuh kan, baru juga mau dibilang," ucap Ten.
"Ya mama sih, pake acara bilang. Kan ucapan Mama paling manjur buat doa, ish," Haechan malah balik mengomel, dia tidak ingin kalah dari ibunya.
Sedangkan Jeno yang melihat interaksi ketiganya mengulas sebuah senyum, keluarga ini terasa hidup. Tidak seperti rumahnya, setiap kali mereka makan malam yang ada hanyalah dentingan sendok dan piring. Tak ada perbincangan hangat atau bercandaan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE HOLIC (NOHYUCK) END
FanfictionCinta akan mengubah cara pandang seseorang terhadap dunia. Lee Jeno dan Seo Haechan. Adalah 'ying' dan 'yang' yang pada akhirnya bersatu untuk mencari arti kehidupan bagi mereka. Haechan yang selalu bebas dan Jeno yang dipanggil 'sempurna' itu ju...