Hilang

113 18 4
                                    

⚠️ angst, ooc ⚠️

.
.

major character death, memory loss, alzheimer disease, mention of homopobhia, mention of car crash,  ‼️‼️
.
.
.

  Happy reading~
.
.
.
.

~

Atsumu duduk sendiri di kursi kecil dekat jendela kamarnya. Terdapat cangkir kecil berisi kopi hangat yang sudah ia minum hampir setengahnya tergeletak di atas meja. Ia menghela napas panjang. Lagi. Hujan masih belum juga berhenti, ini hujan paling lama sejak musim dingin tiba di Jepang. Sudah hampir satu bulan ini Prefektur Saitama selalu diguyur hujan tepat saat matahari tenggelam. Orang-orang malas keluar, jalanan lebih sepi dari biasanya, toko-toko tutup lebih awal. Atsumu tidak suka ini. Ia tidak suka musim hujan. Suara kecil dari belakang menyadarkan lamunannya. Ia menoleh kecil ke arah ranjang tempat tidur. Sosok pria mungil dengan rambut dwiwarna berselimut tebal menutupi tubuhnya itu terlihat sedang mengubah posisi tidurnya. Terdengar erangan pelan, sepertinya ia kedinginan Atsumu tersenyum kecil. Shinsuke, pria yang lebih tua satu tahun darinya itu telah menjadi pendamping hidupnya sejak enam tahun yang lalu.

***

Mereka pertama kali bertemu di Murasaki Mura, saat itu Atsumu sedang menghabiskan masa libur kerjanya. Atsumu yang sebelumya sangat jarang pergi jauh kecuali untuk alasan kerja entah kenapa hari itu berkeinginan untuk pergi keluar Tokyo. Takdir benang merah? Mungkin itu yang akan dikatakan orang-orang yang gemar akan hal-hal berbau romantisme. Atsumu yang hari itu memutuskan pergi ke Okinawa. Atsumu yang kehilangan dompetnya saat berjalan menyusuri Murasaki Mura. Serta Shinsuke yang menemukan dompet miliknya kemudian berlari mengejarnya untuk mengembalikannya. Atsumu yang merasa baru pertama kali ini melihat senyuman manis yang terasa teduh membuatnya tidak dapat berpaling dan merasa rela melakukan apapun demi dapat melihat senyuman itu lagi. Mungkin semua itu memang takdir. Ia berpikir tidak buruk juga percaya pada takdir, Atsumu bahkan berterimakasih untuk itu. Asalkan itu takdir yang membuatnya bahagia.

Mereka bertukar nomor setelah pertemuan hari itu. Saling mengirim pesan dan berusaha untuk lebih mengenal satu sama lain. Sejauh yang Atsumu ketahui, Shinsuke berasal dari Prefektur Hyogo. Orang tua dan adik laki-lakinya meninggal dalam kecelakaan mobil saat ia berumur sepuluh tahun. Sejak saat itu, ia tinggal bersama neneknya. Namun saat ia menginjak kelas tiga SMA neneknya turut berpulang karena penyakit yang sudah lama diderita oleh beliau. Dua tahun setelah kelulusannya Shinsuke memutuskan untuk pergi ke Tokyo dan sekarang menetap di Jepang tiga tahun lamanya. Ia bekerja di salah satu perusahaan makanan ringan di Tokyo.


Dua bulan setelah pertemuan mereka, keduanya memutuskan untuk bertemu kembali. Kencan pertama terasa sangat canggung namun juga manis bagi Atsumu. Mereka punya hobi yang sama, game dan manga. Karena itulah mereka tidak pernah kehabisan topik obrolan. Sejak saat itu, mereka mulai rutin bertemu. Entah itu kencan di akhir pekan, makan malam bersama, atau kadangkala hanya sekedar mengobrol dan bermain game sehari penuh di salah satu apartemen mereka saat keduanya sedang libur bekerja. Hangat dan nyaman. Itulah yang dirasakan Atsumu saat bersama Shinsuke.

Mereka akhirnya saling mengungkapkan perasaan masing-masing tepat saat perayaan tahun baru. Dua tahun kemudian keduanya memutuskan untuk hidup bersama. Mereka membeli rumah sederhana di daerah Fujimi dan masih tetap melanjutkan pekerjaan masing-masing.


Kalau Atsumu tidak salah ingat, pada musim panas pertama dalam kehidupan bersama mereka ketika keduanya mendapat kenyataan bahwa hubungan mereka tidak direstui oleh kedua orang tua Atsumu. Mereka bahkan mengusir Shinsuke secara kasar, menamparnya, menuduh Shinsuke telah merayu dan memanfaatkan Atsumu serta memintanya untuk enyah dari kehidupan Atsumu. Dirinya merasa sangat bersalah dan tidak bisa berhenti meminta maaf pada Shinsuke. Apalagi mengingat fakta bahwa ia tidak dapat melakukan apa-apa saat orang tuanya memperlakukan Shinsuke seperti itu. Hanya diam, duduk tidak bergerak, jangankan melindungi Shinsuke saat hendak ditampar ibunya, mengeluarkan sepatah kata pun ia tak sanggup, apa yang ingin ia katakan entah itu penjelasan atau pembelaan semua terasa tersendat ditenggorokannya, terlalu sulit untuk diucapkan.

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang