Beberapa hari ini aku disibukkan dengan pesanan seragam untuk ibu-ibu arisan, yang membuatku sedikit kerepotan merawat Icha. Saat aku sedang sibuk menjahit, Mama dan Hendra datang ke toko. Mereka melihat sendiri bagaimana aku bekerja, sehingga Hendra membujukku untuk membawa Icha ke rumah untuk beberapa hari. Alasannya agar aku tidak kerepotan. Memang saat itu, Icha yang harusnya ada kegiatan di sekolah jadi harus diantar Hendra. Maka, akhirnya aku memang terpaksa menitipkan Icha kepada ayahnya.
"Jeng Gendhis, lagi sibuk? Banyak pesanan?"
Pertanyaan itu membuat aku mengangkat wajahku dari kain batik yang baru saja akan aku potong. Bu Ani dan Sinta ternyata sudah berdiri di depanku. Otomatis aku langsung meletakkan gunting dan bergegas melangkah mendekati mereka.
"Owh Bu Ani, Mbak Sinta. Iya lagi ngerjain seragam Arisan 200 buah. Gimana ada yang bisa saya bantu?"
Bu Ani tersenyum ramah kepadaku, Sinta juga tampaknya menatapku dengan senyum terulas di bibirnya. Sejak kemarin dikenalkan Abimanyu memang sikap Sinta sangat baik. Bahkan sama Ica langsung akrab.
"Endak kok. Ini ngajakin Sinta katanya mau jahitin baju gitu. Tapi Ndak buru-buru kok."
Bu Ani menoleh ke arah Sinta dan mengusap bahunya. Mereka tampak sangat akrab sekali. Aku jadi merasa rendah diri melihat hal itu, pasalnya setelah pernyataan Abimanyu yang mengatakan akan tetap berjuang denganku, aku merasa ke depannya kami akan sangat berat menjalani ini semua. Aku tahu, Ibu Ani juga ingin yang terbaik buat putranya.
"Nggak buru-buru kok Mbak. Ini cuma mau jahitin baju. Diukur dulu nggak apa-apa."
Akhirnya kuanggukan kepala mendengar ucapan Sinta. Aku segera mengambil buku dan semuanya. Menyuruh Sinta berdiri di depanku dan aku mulai mengukur tubuhnya. Sinta itu sangat cantik, bahkan dari dekat begini aku bisa melihat wajahnya yang putih dan mulus. Wangi tubuhnya juga enak. Dia juga sangat baik. Kenapa Abimanyu nggak ingin mencoba dengan perjodohan ini? Bukankah malah tidak akan menyulitkan ku? Kenapa dia bersikeras ingin dekat denganku?
"Jeng Gendhis, nanti ikut yuk."
Suara Bu Ani membuatku mengernyitkan kening. Baru saja aku selesai mencatat semuanya.
"Owh iya Mbak, ikut aja. Ajak Icha juga."
Sinta juga ikut menimpali Bu Ani. Tatapanku bingung menatap mereka berdua.
"Memangnya ke mana?"
Bu Ani langsung mendekatiku "Kita mau buat surprise party gitu buat Abimanyu. Hari ini dia ulang tahun. Cuma makan-makan aja deh. Tadinya cuma saya, Bapaknya, sama Sinta. Tapi kalau ada Jeng Gendhis dan Icha pasti rame. Abi kan juga akrab sama Icha, pasti seneng deh."
Aku mengernyitkan kening mendengar ucapannya.
"Tapi saya... Ini masih banyak kerjaan."
Hanya saja Bu Ani malah menggelengkan kepala sambil menggandeng lenganku.
"Nanti sorean kok. Istirahat sebentar aja. Biar refresh gitu. Mau ya? Nanti biar dijemput Sinta."
*****
"Serius?"
Maya hampir berteriak yang membuat aku langsung menggelengkan kepala.
"Itu calon istrinya Mas Abi? Wow. Cantik gitu Mbak."
Aku hanya menganggukkan kepala akhirnya. Bercerita kepada Maya karena dia penasaran dengan sosok wanita cantik yang tadi menemani Bu Ani.
"Lha cocok gitu sama Mas Abi. Tapi kan Mas Abinya suka sama Mbak ya?"
"Kata siapa? Ngawur kamu."
Aku melipat baju yang sudah selesai aku jahit. Tentu saja aku tidak bisa menolak ajakan Bu Ani dan akhirnya mengiyakan. Hari sudah beranjak sore dan toko sudah tutup. Aku menunggu jemputan dari Sinta. Beberapa hari ini, Abimanyu memang tidak datang ke toko. Tapi dia kadang mengirimiku pesan yang mengatakan kegiatannya. Meski aku juga membatasi berinteraksi dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repihan Hati
RomanceGendis Rahayu Putri terpaksa harus menerima kenyataan pahit ketika menemukan suaminya sudah menikah siri dengan sahabatnya sendiri. Dia memutuskan untuk berpisah dan berusaha menjadi single mom untuk buah hatinya yang baru saja berumur 5 tahun. Dal...