"JUNA!! kejar gue kalau bisa, wle!" Aya terus memamerkan sepatu milik Arjuna yang berhasil didapatinya.
"Balikin! Awas lo, Ya!" geram Arjuna, lalu ia mengejar Aya.
Aya terus berlari, "Sini! Lemah!" Aya yang tidak melihat depan pun tak sengaja menabrak seseorang.
Duk!
"Aduh."
"Aduh."
"Kayra? Ma-maaf gak sengaja, hehe." Aya menyengir di depan sahabatnya itu.
"Kebiasaan. Pecicilan! Pasti lo lagi jahilin si Juna, ya?" Kayra memutar mata malas. Sudah capek dengan tingkah sahabatnya itu.
"WOI! AYA! BALIKIN SEPATU GUE!"
"Aduh, Kay. Gue kesana dulu, bay!" Aya segera berlari meninggalkan Kayra.
Sedetik kemudian Kayra merasa ada angin cepat yang melewatinya. Bisa ditebak, itu adalah Arjuna yang sedang mengejar Aya.
"AWAS JODOH KALIAN!" teriak Kayra.
"Siniin!" Arjuna berusaha mengambilnya. Tetapi Aya malah menyembunyikan di belakangnya.
"Ambil, wle!"
"Demen banget sih lo, jailin gue!"
"Eh! Ini semua juga karna lo! Coba aja kalau tadi pagi lo gak narik tas gue di lapangan! Ya gue gak akan balaslah!" Aya masih emosi jika memikirkan kejadian tadi pagi.
"Bodo!" Arjuna memeletkan lidahnya. "Sini!" Ia masih terus mencoba mengambil sepatunya yang berada belakang Aya.
"Eh! Kalian berdua kok masih di sini?! Itu lagi Juna, ngapain meluk-meluk?!" tanya Pak Eko.
"Ha?" Seakan baru tersadar dengan posisinya, Arjuna langsung menjauh. "Dia Pak, ngambil sepatu saya!"
"Aya? Apa benar?"
Aya pun gelagapan. "T-tapi ini juga karena dia duluan, Pak!" balas Aya.
"Sudah! Tak ada tapi-tapi. Aya, kasih sepatunya." Dengan berat hati Aya memberikan sepatu yang ia pegang kepada pemiliknya. "Sekarang kalian ke kelas," tekan pak Eko. Mereka berdua pun berjalan ke arah kelasnya.
"Wle, emang enak?" ledek Arjuna.
"Enak!" Aya pun memilih berjalan cepat. Sesekali Arjuna menarik rambutnya, yang membuat Aya tambah geram.
Di saat ingin memasuki pintu kelas, Arjuna dan Aya tak ada yang mau mengalah. di sinilah mereka, di tengah-tengah pintu. Badan Arjuna yang besar membuat ruang menjadi sempit, sehingga Aya pun merasa sesak. "Gue duluan yang masuk! Minggir badan gede!" Aya terus memaksakan tubuhnya masuk ke dalam kelas.
"Enak aja! Badan lo yang kekecilan!" Arjuna pun terus berusaha masuk.
"Aya! Udahlah ngalah aja!" ujar Kayra yang lagi santai di bangkunya. Lihatlah, mereka menjadi tontonan kelas sekarang.
"Gak mau! Seharusnya cowok yang ngalah, masa cewek?!" sinis Aya. Karena merasa tersindir, Arjuna pun mengalah dan membiarkan Aya masuk terlebih dahulu.
"Nah gini dong!" girang Aya berjalan ke bangkunya.
"Dasar!" Kayra hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Rambut lo kok berantakan, Ya?"
Aya mendengus, "Iya, gara-gara si Juna!" tekan Aya sambil melirik Arjuna.
Arjuna yang merasa disindir pun langsung mendelik. "Sini gue kuncirin." Arjuna pun berjalan ke meja Aya.
"Nah, bagus." Aya dengan senang hati memberikan ikat rambutnya. "Yang rapi."
"Haha, jadi babu lo, Jun."
"Hm." Arjuna dengan telaten mengikat rambut Aya. Keadaan kelas seketika sunyi. Merasa heran dengan dua manusia itu. Bukannya tadi mereka sedang berantem? Aneh memang, tapi itu kenyataanya.
"Selesai!" bangga Arjuna.
"Bagus." Aya merasakan rambutnya terikat kencang. "Makasih Juna, sayang." Aya tersenyum remeh.
Arjuna pun tak kalah tersenyum jahat. "Sama-sama, sayang."
Sekelas pun tak ada yang meledekinya, mereka tahu betul itu hanyalah tingkah jahat mereka masing-masing. Arjuna pun kembali ke bangkunya.
🍂🍂🍂
"Ya, lo pulang bareng siapa?" tanya Kayra ke Aya yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Hm. Gak tau, deh." Aya pun memakai tasnya.
"Gue pulang duluan gak apa-apa, 'kan?"
"Lo pulang bareng siapa?" tanya Aya.
Kayra tersenyum malu. "Sama Leon."
"Ha?" Aya membulatkan matanya sempurna. Sejak kapan seorang kayra mau pulang bareng Leon? Disapa saja marah-marah.
"Iya. yaudah lo hati-hati, ya. Bay!" Kayra langsung keluar begitu saja. Aya hanya menggelengkan kepalanya. Apa ini yang disebut jilat ludah sendiri? Entahlah.
"Pulang bareng siapa, Ya?" tanya Arjuna.
"Gak tau," jawab Aya acuh.
"Ya udah. Gue mau pulang, bay." Arjuna keluar kelas begitu saja.
Aya menatap kesal. "Orang mah nawarin!"
🍂🍂🍂
sudah 10 menit Aya menunggu angkutan umum datang. Tapi hasilnya, tak ada yang lewat. Tanpa berpikir panjang ia pun segera berjalan kaki menuju rumahnya.
Minta jemput sama Orang tuanya? Tidak mungkin. Harus di ingat, Aya bukanlah gadis dari kalangan atas. Ia hanyalah gadis dari seorang satpam. Jadi Aya cukup tau diri untuk tidak meminta dijemput.
Setelah cukup lama berjalan, akhirnya ia pun sampai di rumahnya.
Aya terkejut, karna ia mendengar kedua Orang tuanya sedang bertengkar. Bukan hal baru memang, tapi ini lebih dari biasanya. Suara papanya yang cukup keras, membuat dirinya merinding seketika.
Bingung, ingin masuk rumah atau tidak. Secara ia sangat takut dengan papanya saat sedang marah.
Ingin mengetahui, tapi melangkah saja tidak mampu."GUE UDAH ENEK DISINI! GUE MAU PERGI!" teriak Alisya, mama Aya.
"PERGI AJA! SAYA JUGA GAK MAU PUNYA ISTRI SEPERTI ANDA! SAYA AKAN URUS PERCERAIANNYA!"
Deg.
Tuhan, tolong ini mimpi.
Di sinilah kehidupan seorang Aya akan berubah, berubah total.
Jangan lupa VOMMENT!!! Aku tunggu!👀
Diperingatkan❗selanjutnya siapin tissu❗
KAMU SEDANG MEMBACA
JERITAN BATIN [TELAH TERBIT] ✔
Teen FictionSemua orang hanya bisa mendengarkan, bukan bantu menyelesaikan. Lantas, untuk apa bercerita kepada dirimu? -Ardelia Khanaya Dengan bercerita, luapan emosi keluar sudah. Batin yang selalu disiksa olehmu hanya butuh didengarkan, dengan siapa pun dan...