3. Bertemu

31K 2.9K 92
                                    

Seluruh anggota keluarga Asya tengah berkumpul di meja makan untuk menyantap hidangan makan malam yang sudah di sajikan. Seperti biasa, Asya duduk di sebelah Asih, Bundanya.

Sedangkan Alena duduk di sebelah kanan David. Mereka tampak bahagia, yang Asya lihat tidak ada tatapan dingin dari David untuk Alena.

"Sayang, gimana sekolah kamu?" tanya David dengan nada halus.

"Kayak nya nilai Alena turun deh, Yah,"

"Gapapa, tetap semangat ya kesayangan, Ayah."

Alena adalah adik kandung Asya yang bisa di bilang umurnya tidak jauh beda dari nya, hanya berjarak satu tahun saja. Alena murid SMA Cakra Birawa, sama seperti Asya. Bedanya Alena berada di kelas XI IPS 4. Sebenarnya Alena masih duduk di bangku kelas sepuluh. Tetapi dulu gadis itu terus memaksa agar bisa satu tingkat dengan Asya.

Mereka memang dekat, hanya saja Asya selalu iri terhadap Adik nya, karena ia mendapatkan kasih sayang dari seorang Ayah dengan baik, sedangkan ia? Malah berkebalikan dengan Alena. Apakah salah jika Asya juga mau seperti Alena yang terus menerus di perhatikan David?

Asya heran mengapa dengan sifat Ayah nya yang sangat dingin ini, apakah ia pernah membuat kesalahan yang tak bisa di maafkan oleh David?

"Bagaimana sekolahmu?" tanya David dengan tatapan dingin.

Asya sedikit terkejut saat sang Ayah tiba-tiba saja menanyakan hal yang sama seperti Alena. Ia memberanikan diri untuk mendongakkan pandangannya dan menatap lekat bola mata David yang berwarna almond.

"Maaf, Yah, nilai Asya agak turun." Asya menunduk.

"Sekolah aja nggak becus! mau jadi apa kamu nanti, hah?!" Nada bicara David mulai meninggi.

"Maaf, Yah..."

"Jadi anak bisa nya maaf doang!"

"Gausah sekolah saja kamu! rugi banyak saya karena harus membayar biaya sekolahmu!"

"Mas, udah, itu memang tugas kita sebagai orang tua, kan?" Asih memilih angkat bicara, karena ia juga sangat takut jika anak pertamanya akan di hukum kembali oleh suami nya itu.

"Kamu juga sama saja, jangan terlalu memanjakan dia, nanti ngelunjak!" tegas David. Akhirnya semua orang yang berada di meja makan pun hanya bisa diam.

Seperti halnya dengan Bu Rita dan Pak Udin yang langsung mengurungkan niatannya untuk makan bersama, karena penolakan dari seorang David tentunya.

"Sedang apa kalian? siapa yang menyuruh kalian duduk di sana?!" ucap David mulai meninggi. Mereka memang sering makan bersama di meja makan, tetapi saat David tidak ada di rumah.

"M-maafkan saya, Tuan."

David nampaknya sedikit menguras emosi Asya yang sudah ia tahan sejak tadi.

"Ibu, ayo makan sama Asya di belakang." Asya mengangkat piringnya dan berjalan mendahului mereka ke arah belakang, tanpa memperdulikan panggilan dari David.

"Asya berhenti kamu!"

"Hei, anak bodoh, saya bilang berhenti!"

"Dasar anak tidak tau diri!"

Asya memang mendengar semua umpatan yang di lontarkan dari mulut Ayah nya, tapi ia hanya bisa diam, dan menahan isak tangis nya saja saat ini.

"Non, ayo kembali ke meja makan, nanti Ayah mu marah." tegur Rita. Bukannya Rita merasa takut karena ucapan David, tapi ia takut jika Asya akan di hukum kembali seperti dulu.

Rita rasanya ingin menangis jika mengingat peristiwa dulu yang ia lihat di depan mata kepalanya sendiri, karena bagaimana pun Asya sudah ia anggap seperti Anak nya sendiri.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang