Bab 2

13 2 0
                                    

“Hai perkenalkan nama ku yogi putra tanggal lahirku 11 maret 2003, bapakku adalah seorang idola ku dia pahlawanku dan selalu mendukungku, kami memiliki hobi yang sama yaitu bermain bulutangkis, bapakku adalah seorang yang bekerja melindungi negara sementara ibuku seorang ibu rumah tangga yang selalu memasak makanan yang enak setiap harinya. ”
begitulah sekilas disaat aku perkenalan pertama kali masuk sekolah dasar.
  Hari ini aku pergi bermain Bersama teman teman ku bermain bola,  seperti biasanya aku menjadi kipper yang handal dan bisa dipercaya. Aturan kami sederhana selama tidak ada yang menangis tidak ada pelanggaraan, dan kumandang adzan ada patokan waktu permainan kami selesai. Aku bergegas mandi lewat samping karena ibuku akan marah dengan diriku yang kotor memasuki rumah HAHAHAHA. Malam hari nya seperti biasanya hanya aku dan ibuku saja yang dirumah, bapakku? Ya dia selalu jalan entah kemana semenjak sore dan biasa pulang pukul 24.00 atau lebih atau terkadang pulang dengan membawa minuman keras ditangannya.
“bapakmu pulang awal segera buka pintu itu cepat” bapakku memasukan motor nya dengan sedikit oleng karena pengaruh minuman keras bau miras itu tercium dari badan nya itu. Seperti biasanya dia selalu meminta air es dalam mesin pendingin itu, mencuci muka nya meminum dan menyemburkan nya ke lantai hampir setiap hari terjadi seperti itu.
    aku merenung betapa bahagia nya dulu diriku disaat ia belum terjerumus ke hal hal negatif canda tawa guraunya begitu menghibur. Bapakku bisa dibilang pelawak paling keren di keluarga ini, ada saja hal hal konyol yang di lakukannya, tapi disisi lain dunia malam mempengaruhi sifat nya yang humoris. Aku selalu berharap dia segera meninggalkan dunia malamnya itu. Aku selalu bawa semuannya itun dalam doa berharap kapan semua ini berakhir kapan semua ini menjadi indah, entah mengapa aku iri disaat orang lain bahagia bersama bapak nya sementara aku harus menangis di setiap malam ku hanya gara gara pertengkaran yang tidak adil ini. Ingin sekali aku membela ibu ku tapi apa daya aku yang kecil ini ibu ku selalu menguatkan diriku dan selalu tersenyum kepada ku walaupun dada nya terisak isak dan pundak nya harus menahan bebat yang berat ia selalu saja menyembunyikan kepedihannya itu sendiri ia ada lah sosok wanita yang saat sekali hebat kata kata basi namun penuh makna yang selalu ia jawab ketika aku bertanya tentang dirinya 
“ibu baik baik aja nak”
   aku tau dia berbohong soal itu. Terbesit satu harapan keluarga ini akan normal kembali dan terdapat banyak canda tawa didalamnya.

*****

NIÑITOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang