MENJENGUK SOHEE

146 20 5
                                    

Pagi berikutnya setelah Terapi. Eunkwang dan Yuri masih saling diam. Yuri tak pernah bertanya soal Sohee. Akan lebih baik jika ia mengetahuinya langsung.

"Ikutlah denganku siang ini" kata Eunkwang saling mengepal-ngepalkan tangan kanannya yang membaik. Yuri tak banyak bicara. Ia mengangguk saja.

"Pilihkan aku pakaian casual yang pantas" pinta Eunkwang

"Kau bisa memakainya sendiri?" Tanya Yuri mengingat kondisi tangan Eunkwang yang membaik. Eunkwang menggeleng. Ia menjawil dagu Yuri.

"Lakukan tugasmu melayaniku" katanya menatap Yuri lembut.

Yuri memilihkan pakaian casual yang Eunkwang minta ia memakaikannya, membubuhkan gel rambur dan menyisir rambut Eunkwang dengan baik. Eunkwang meraih ponselnya. Kemudian ia bangkit.

"Aku tampan hari ini?" Tanyanya pada Yuri duduk di ujung meja rias kamar Eunkwang. Yuri mengangguk tanpa mengatakan apa-apa. Eunkwang merendahkan posisinya dengan membungkuk dan menjadikan lengannya penopang tubuh.

"Bolehkah aku menciummu?" Tanya Eunkwang "aku sangat merindukan ciuman hangat itu"

Yuri menggeleng. Tapi Eunkwang berkeras.

"Nona Shin Yuri ..." katanya pelan membisikkan nama Yuri di telinga Yuri. Yuri tak kuasa menolaknya. Ia membiarkan hidung dan bibir Eunkwang berjalan di pipi dan telinganya . Mereka bertatapan.

"Kali ini tak ada yang boleh menggangguku" Eunkwang menaruh ponselnya di laci meja rias.

Ia membelai wajah Yuri dengan penuh cinta. Menariknya cepat dan memagut bibir wanita kecintaannya itu. Kali ini Yuri tak tinggal diam. Aliran darahnya berdesir hebat. Ia merindukan saat-saat seperti ini. Saat-saat dimana Eunkwang hanya miliknya. Ia memejamkan mata dan menikmati ciuman itu. Mebiarkan bibir dan lidah Eunkwang bergumul disana. Membiarkan rasa rindunya pada laki-laki itu meledak dahsyat disana. Tak menyisakan sedikitpun ruang untuk bernafas. Percuma menolak. Ia akan tetap jatuh pada laki-laki itu. Eunkwang berhenti dan menatapnya lama. Nafas Yuri tersengal. Eunkwang menurunkan lengannya menyusup masuk ke dalam kemeja yang dikenakan Yuri sambil menciumi leher wanita itu dengan hidung dan nafasnya. Yuri diam saja, menikmatinya.

"Aku merindukanmu, Yuri" bisik Eunkwang. Yuri diam saja. Ia hanya ingin menikmatinya. Eunkwang menggiring tubuh Yuri ke tempat tidur.

"Eunkwangaaaaahhhh!!" Sebuah suara mengagetkan mereka berdua. Yuri bangkit dan masuk ke kamar mandi sesaat sebelum Minhyuk masuk ke dalam kamarnya.

"Sedang apa kau disitu?" Tanya Minhyuk melihat Eunkwang duduk menghadap tembok di tempat tidur dan membelakanginya.

'LEE MINHYUK SIALAN!'

***

Minhyuk menatap Eunkwang dan Yuri bergantian dan sesekali melayangkan senyuman gemas. Ia mendekati Yuri dan menjawil dagunya sedikit sambil memperhatikan wajah Yuri.

"Aaaa, si bodoh itu terlalu bernafsu. Dia bahkan melukai bibirmu" Yuri memalingkan wajah. Ia malu. Minhyuk tertawa gemas. Lalu kembali ke tempat duduknya "aku ikut denganmu siang ini" Katanya pada Eunkwang.

"Yuri akan ikut" kata Eunkwang. Yuri diam saja, ia tak mengerti apa-apa.

"Kalau begitu aku yang akan menjemputnya. Kau bawa Yuri kesana" Minhyuk bangkit meninggalkan Yuri dan Eunkwang. Sampai di pintu ia berbalik "Yuri mianhae" Minhyuk tersenyum gemas.

"Wae?" Kata Yuri bingung. Minhyuk makin terbahak. Pandangannya beralih pada Eunkwang.

"Kali ini lakukan dengan cepat!" Katanya menggoda Eunkwang. Lalu pergi ditelan pintu. Tak lama ia membuka kembali pintu rumah Eunkwang "kunci pintunya, bodoh!" dan sekali lagi Minhyuk menghilang ditelam pintu. Eunkwang dan Yuri bertatapan.

"Apa yang dilakukan dengan cepat?" Tanya Yuri. Eunkwang tertawa geli.

"Bersiaplah. Kita harus segera berangkat" katanya tak menjawab pertanyaan Yuri.

***

Eunkwang membawa Yuri ke rumah sakit. Yuri heran. Karena seingatnya Eunkwang tak punya jadwal terapi. Mereka menuju lantai sembilan. Yuri tak banyak bertanya. Tapi sepertinya Eunkwang sudah terbiasa. Sampai di depan sebuah kamar rawat inap mereka berhenti. Sebuah kamar VIP. Eunkwang menatap Yuri. Intiplah kedalam. Yuri yang tampak bingung sedikit ragu. Tapi ia bergerak mendekatkan diri pada kaca kecil yang ada di pintu untuk melihat ke dalam.

Di dalam ia melihat Minhyuk menggenggam tangan seorang wanita. Kim Sohee. Ia menangis kesakitan. Tubuhnya sangat kurus dan wajahnya pucat. Rambutnya lebih tipis dari terakhir kali ia melihatnya.

"Kanker darah" kata Eunkwang. Yuri tercengang menatap Eunkwang "ia habis menjalani kemoterapi" Eunkwang mendekati Yuri dan menatap ke dalam ruangan. Minhyuk menghapus air mata Sohee berulang kali.

"Ahjussi ..." Yuri merasa tak enak. Ia kembali melihat ke dalam ruangan dan melihat Sohee muntah.

"Aku tak bisa meninggalkannya, Yuri. Disaat-saat seperti ini, dia hanya punya aku dan Minhyuk. Bagaimanapun dia pernah terluka karena aku. Aku hanya ingin menebusnya. Aku tak ingin meninggalkannya saat dia seperti ini" Kata Eunkwang menatap Yuri. Mata Yuri berkaca-kaca.

"Aku tau kau membencinya, membenciku. Tapi aku akan berkeras kali ini, Yuri. Aku tak akan membohongimu tentang apapun. Semua yang keluar dari mulutku tak akan berbentuk kebohongan lagi. Aku ingin menjaganya sampai ia sembuh. Maukah kau menemaniku?. Aku tak bisa mengesampingkan rasa kemanusiaanku, Yuri. Tak bisa" Eunkwang menarik nafas panjang.

Minhyuk keluar dari ruangan.

"Ia sudah tidur" katanya pelan. Ia mengusap kepala Yuri "kau pasti bingung". Yuri diam saja. Minhyuk benar. Ia bingung. Sangat bingung.

***

DEAR MY AHJUSSI 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang