Pagi ini sekolah kedatangan tamu yaitu orang tua siswa penerima dana bantuan Program Indonesia Pintar (PIP). Siswa yang menerima bantuan PIP sudah bisa menerima uang bantuan dan untuk menerimanya orang tua siswa tersebut harus ikut menanda tangani tanda terima. Cukup banyak siswa yang mendapatkan bantuan tersebut, rata-rata siswa yang mendapatkan memang sudah menerima PIP dari sekolah dasar sebelumnya.
Sudah menjadi pemandangan umum, jika jadwal pencairan dana, maka para undangan tidak akan telat, malahan sudah hadir sebelum waktu yang di tentukan. Dan yang herannya lagi, peruntukkan dana adalah untuk siswa tak mampu yang diusulkan sekolah serta melngkapi beberapa persyaratan, tetapi penampilan orang tua saat pengambilan dana tidak menampakkan seperri orang tak mampu. Sepeda motor yang digunakan bagus dan para orang tua mempunyai ponsel android yang nyata-nyata itu memerlukan biaya rutin berupa paket data perhari atau perbulannya.
Aku teringat kejadian beberapa hari sebelumnya saat berbelanja di pasar, tiba-tiba seorang ibu yang kebetulan sama-sama sedang berbelanja bertanya kepadaku. Keasyikanku berjongkok memilih-milih cabe merah keriting di gelaran kedai langganan terhenti dan spontan ku palingkan wajah ke arah datangnya suara.
"Ibuk guru SMP 1 kan?". Seorang ibuk muda dengan dandanan cukup mencolok berjongkok tak jauh dari posisiku langsung mengajukan pertanyaan.
"Tak ada ya buk tambahan penerima bantuan PIP untuk siswa?" Sambungnya tanpa menunggu jawaban pertanyaan yang pertama.
"Iya buk, saya guru SMP 1, dan mengenai PIP belum ada usulan yang baru",jawabku karena memang dari diknas belum mengeluarkan daftar usulan baru.
"Anak-anak yang sudah pernah dapat di SD, otomatis di SMP namanya sudah terdaftar di PIP," aku menjelaskan sambil tanganku memilih bawang yang mau ku beli.
"Kalau ada usulan baru masukkan anak saya ya buk?" Pintanya sambil menyebutkan nama anaknya yang bersekolah di tempatku mengajar.
"Mudahan ada dan anak ibuk nanti akan coba diusulkan," jawabku sekalian membayar belanjaanku ke abang jualan dan pamit berlalu dari warung tersebut.
Menerima bantuan memang kesannya enak, karena mendapatkan dana rutin setiap bulan yang jumlah terimanya cukup lumayan. Makanya tidak heran jika banyak yang menginginkan agar anaknya juga mendapatkan bantuan PIP.Kejadian berbeda dialami di sebuah sekolah yang jumlah siswanya sedikit . Di sekolah tersebut seluruh siswa baru mendapatkan bantuan siswa miskin dari pemerintah, karena persentase yang diberikan untuk sebuah sekolah sama, sehingga seluruh siswa bisa mendapatkan bantuan tersebut. Untuk mencairkan dana, ada beberapa persyaratan administrasi yang harus dilengkapi, salah satu administrasi yang diminta adalah melampirkan surat keterangan tak mampu.
Seorang wali murid tidak mau menerima bantuan dikarenakan syarat keterangan tidak mampu tersebut. Prinsipnya biarlah tidak mendapatkan bantuan PIP daripada harus mengaku tak mampu dengan surat keterangan tak mampu. Padahal semua siswa saat itu mengurus, bahkan banyak yang berasal dari keluarga diatas mampu. Tapi mereka berargumen itu hanya syarat administrasi saja, bukan berarti mendoakan tak mampu dan lagi bantuan itu diberikan bukan diminta.
Pada dasarnya manusia memiliki sifat yang merasa kurang puas dan tidak pernah cukup dengan apa yang sudah didapat karena manusia sering dikalahkan oleh hawa nafsunya sendiri. Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadist yang diriwatkan oleh Bukhari dan Muslim , yang artinya :
“Andai bani Adam memiliki dua lembah yang penuh dengan harta, maka dia akan mencari lembah yang ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut bani Adam kecuali tanah (yaitu kematian)”.
Karena sifat tersebut manusia terkadang tidak peduli lagi dengan rasa malu, sehingga mau melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan. Termasuk menjalani birokrasi mengaku tidak mampu meskipun sebenarnya mereka bukan golongan itu.PIP dirancang untuk membantu anak-anak usia sekolah dari keluarga miskin/rentan miskin/prioritas tetap mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat pendidikan menengah, baik melalui jalur pendidikan formal (mulai SD/MI hingga anak Lulus SMA/SMK/MA) maupun pendidikan non formal (Paket A hingga Paket C serta kursus terstandar). PIP merupakan penyempurnaan dari program pemerintah sebelumnya yaitu Bantuan Siswa Miskin(BSM).
Melalui program ini pemerintah berupaya mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah, dan diharapkan dapat menarik siswa putus sekolah agar kembali melanjutkan pendidikannya serta dapat meringankan biaya personal pendidikan peserta didik, baik biaya langsung maupun tidak langsung. Sebaik-baik program yang di keluarkan pemerintah, tetap saja mempunyai celah untuk curang bagi sebagian orang. Kelengkapan administrasi yang diminta kadang kala dapat diakal-akali agar bisa memenuhinya.
Ada sedikit kekurangan dari program PIP ini, bagi siswa yang sudah dapat kartu PIP maka siswa tersebut berhak mendapatkan dana sampai dia tamat sekolah menengah atas. Sekolah tidak bisa mengajukan pergantian jika seandainya siswa yang menerima tersebut adalah siswa yang termasuk nakal dan sering berbuat masalah. Padahal masih banyak siswa tak mampu lainnya yang lebih berhak menerima.
Birokrasi yang terlalu kaku mengakibatkan sekolah tidak bisa melakukan apa-apa. Pernah ditanyakan ke pihak pengelola di diknas Kabupaten mengenai masalah ini. Mereka hanya memberikan solusi untuk membagi dana yang diterima siswa yang bermasalah dengan siswa lainnya yang juga berhak tapi tidak mendapatkan bantuan. Sekolah bisa saja membuat alasan dengan persentase kehadiran, tetapi siswa yang berhak menerima tentu akan keberatan, apalagi orang tua siswa mereka pasti akan protes.
Program PIP sejatinya sangat bagus dan sangat membantu untuk siswa yang tidak mampu agar terbantu dalam biaya sekolahnya. Hanya saja karena aturan-aturan yang kaku menyebabkan seolah-olah bantuan PIP adalah bantuan yang abadi bagi siswa dan tak tergantikan. Semoga Pemerintah terus melakukan evaluasi dan revisi untuk kebaikkan dimasa mendatang.
Aku jadi teringat almarhum abahku dengan kejadian ini. Saat Abah menjabat RT, ada pembagian kartu raskin untuk warga tak mampu. Ada salah satu warga tidak mau menerima kartu tersebut sehingga Abah kecewa dengan sikap warganya tersebut karena dianggap tidak menghargai. Warga tersebut di masukkan dalam daftar penerima karena dianggap termasuk kategori tidak mampu. Pekerjaan kepala rumah tangga serabutan, rumah masih ngontrak dan anaknya banyak. Abah bermaksud untuk sedikit meringankan bebannya, tetapi tidak diterima oleh warga tersebut karena mereka merasa masih sanggup dan tidak perlu bantuan.
Sikap warga ini perlu dicontoh karena dengan begitu mereka telah memberikan kesempatan kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Mereka merasa cukup dengan apa yang mereka dapatkan. Dan inilah sebenarnya kekayaan yang hakiki, sebagaimana hadis Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya :
“Bukanlah kekayaan itu adalah banyaknya harta benda, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati”.
Mensyukuri apa yang didapat akan mendatangkan ketenangan hati dan merasakan kecukupan akan rezeki yang telah diperoleh meskipun sedikit. Tetapi jika tidak bersyukur, maka akan selalu merasa kurang meskipun banyak nikmat yang diperoleh.
+++STR+++