1. Satu

9.6K 295 51
                                    

Kawal sampai pembaca banyak?

Siap buat penuhin komentar di setiap kalimat?

Buat, dari kata sedikit jadi banyak?!

Selamat membaca!


"kenapa sih, hidup Gue harus berhenti sama cowok modelan kaya Lo!" Ucap Bella meluapkan segala emosinya, bahkan saking emosinya Bella menendang tong sampah yang ada di sebelah nya hingga isinya berserakan.

Azka menatap tajam ke arah Bella. Ia menutup laptopnya lalu beranjak mendekati Bella yang statusnya baru saja menjadi istrinya.

Enteng sekali Bella menyebutnya sebagai cowok modelan. Modelan seperti apa maksudnya?

Bella menelan saliva nya dengan sangat hati-hati, pasalnya raut wajah Azka terlihat seperti sedang menahan amarah.

Azka terus mendekat ke arah Bella, hingga membuat Bella mundur kebelakang samapi punggung nya menempel pada dinding yang terasa dingin.

Bella semakin was-was ketika Azka  mengunci dirinya dengan menggunakan kedua tangannya.

"Modelan apa maksud Lo?" Azka berucap tepat di depan muka Bella.

"Modelan cowok yang berandal dan berengsek kaya pergaulan bebas Lo itu!?"
Kali ini Azka berteriak di depan muka Bella. Bella memang cewek, tetapi kelakuannya tidak jauh beda dengan cowok. Club malam, membolos, bahkan sampi ikut taruwan dengan geng motor yang ada di sekolahnya. Semua itu sudah pernah Bella lakukan. Kecuali satu, Bella tidak pernah melewati batas dalam bergaul.

Plak!

Satu tamparan mendarat tepat di pipi kanan Azka hingga wajahnya terhempas ke samping.

Bella mendorong kasar tubuh Azka hingga sang empu terhayung ke belakang. "Modelan cowok yang sok baik kayak Lo! Modelan cowok yang cuma bisanya caper sama bokap Gue!"

"Dan satu lagi, pergaulan Gue nggak bebas setelah adanya Lo!"

"Maksud Lo caper gimana?" Untuk saat ini Azka masih bisa meredam emosinya, wajar jika Bella membenci dirinya. Mungkin karena pernikahan paksa yang telah di rencanakan oleh ayah Bella.

"Lo sengaja kan mau nerima perjodohan ini karena Lo mau hidup enak! Lo-"

Azka mengangguk-anggukan kepalanya, menatap tajam ke arah seseorang yang ada di depannya. Ia mengepalkan tangannya untuk membantu mengurangi emosi.

"Jaga ucapan Lo! Kalo bukan karna om Indra, Gue nggak bakal mau nikah sama Lo!" Setelah itu, Azka memasuki kamar mandi lalu menutup pintunya dengan sangat keras hingga Bella tersentak kaget.

Bella terdiam membisu, kakiknya sangat susah sekali untuk di gerakan. Ia memandangi pungung tanganya yang baru saja digunakan untuk menampar wajah seseorang.

Ia memandang ke arah kamar mandi yang pintunya tertutup rapat, lalu memejamkan matanya sekejap. Dan tanganya mulai memunguti sampai yang berserakan akibat ulahnya sendiri.

•••||•••

Sudah dua jam lebih Azka mengurung dirinya di dalam kamar mandi. Hal itu membuat Bella merasa bersalah, apalagi tadi ia sempat menampar suami nya itu.

Baru satu hari melangsungkan pernikahan, sudah banyak konflik yang terjadi di antara mereka.

"Kenapa jadi gini sih!" Umpat Bella pada dirinya sendiri. Ia mendudukkan bokongnya di tepi ranjang, lalu mengambil ponselnya.

Ting!

Satu notifikasi masuk, namun bukan ponselnya yang berbunyi melainkan ponsel yang ada di samping bantal. Ponsel siapa lagi kalau bukan milik Azka?"

Sinta
Nanti jadi nggak ka?

Ceklek

Baru saja ingin membuka Pesan itu, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Hal itu membuat Bella mengurungkan niatnya untuk membuka pesan itu. Tapi ia sempat melihat nama pengirim pesan itu. Pintu terbuka memperlihatkan Azka yang hanya menggunakan handuknya hanya  sebatas dada saja. Hal itu membuat mata Bella membulat, apalagi melihat perut Azka yang berbentuk kotak-kotak.

Tapi Bella tetaplah Bella, ia tetap stay cool di hadapan Azka. Azka tidak menghiraukan hal itu, untuk saat ini ia memang sangat malas menatap wajah sang istri.

Melihat Azka yang mulai menggelar sajadah nya, Bella cepat-cepat pergi menuju kamar mandi. Dengan secepat kilat ia mengambil air wudhu, lalu mulai menggunakan mukenahnya.

Azka tetap terlihat biasa-biasa saja, sudah menjadi kewajibannya untuk menjadi imam untuk Bella.

Tanpa berbasa-basi sedikit pun, Azka langsung memulai acara sholat Maghrib nya. Ia mulai membacakan surat-surat pendek.

Setelah selesai Azka segera beranjak tanpa melihat ke arah Bella. Namun pergelangan tangannya di cekal oleh Bella hingga dirinya terduduk kembali.

Dengan ragu, Bella menyalimi punggung tangan suaminya itu. Ada perasaan aneh ketika bibir Bella menyentuh punggung tangannya.

"Gue minta maaf." Setelah mengatakan itu, cepat-cepat Bella beranjak keluar kamar. Bahkan dirinya masih mengenakan mukenah.

•••||•••

"Mau ke mana?" Tanya Bella melihat Azka memakai pakaian rapi.

Namu Azka tidak menjawab, pandangannya hanya lurus ke depan. Melihat tidak ada sahutan apapun dari Azka, Bella mencegat langkah Azka.

"Mau ke mana!" Ucap Bella tepat di depan Azka, dengan mengamati tubuh suaminya itu dari atas sampai bawah.

"Bukan urusan Lo." Jawab Azka dengan raut wajah dingin. Ia melewati Bella yang ada di sampingnya.

"Gue udah masak buat Lo!" Ucapan Bella sukses membuat langkah Azka terhenti.

Azka berbalik lalu menatap Bella. "Jujur Gue nggak mau lagi denger mulut orang yang ngomong kalo Gue nikah sama Lo cuma buat hidup enak. Jadi Lo nggak perlu repot-repot masak buat Gue." Ucap Azka lalu pergi meninggalkan Bella.

Ucapan Azka berusan, sukses membuat Bella tidak bisa berkata-kata lagi. Ia menundukkan kepalanya, lalu berjalan menuju meja makan. Memandangi hasil karyanya dengan wajah malas.

"Tadi kan Gue udah minta maaf." Ucapannya pada diri sendiri. Mungkin ucapan Bella sudah membuat perasaan Azka terluka.

"Percuma kan susah susah masak." Bella menelungkup kan kepalanya pada lipatan tangan yang bertumpu pada meja.

Selamat datang di cerita ke tiga:v

Jangan lupa vote sama komen:)

Bella sama Azka sedih banget kalau kalian nggak votmen:")

Next?





BellazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang