03.00 PM
"Kak bangun, anterin adenya ke dokter," ucap bunda Alesha, Gayatri, sambil menarik pelan tangan putri sulungnya.
"Ini masih pagi buta bun, Alesha masih ngantuk."
"Ayo bangun, adenya lagi sakit loh kak. Dari kemarin Fio nggak bisa tidur, kasihan. Kamu sebagai kakak harusnya bisa menjaga dia lebih baik, udah sana anterin dia ke dokter!"
Mau tak mau Alesha segera bangun dari tidurnya. Sumpah rasanya ia pengen menangis saja sekarang, apalagi matanya terasa sangat berat. Kemarin ia baru tidur pukul satu dini hari karena harus membaca buku tebal pemberian ayahnya. Iya, buku panduan untuk menjadi dokter. Buku apa lagi kalau bukan itu? Entah apa yang membuat ayah Alesha sangat terobsesi menjadikan Alesha sebagai dokter. Mungkin ayahnya hanya ingin Alesha meneruskan perjalanan karirnya.
"Kamu mandi sekarang aja, nih udah bunda siapin seragamnya. Nanti habis dari rumah sakit, langsung anterin Fio ke rumah ya. Terus kamu langsung ke sekolahan aja, sarapan di sekolah, biar nggak telat," ujar Gayatri sebelum meninggalkan kamar Alesha.
Dengan berat hati, Alesha melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Gadis itu mandi secara kilat karena bisa kalian bayangkan betapa dinginnya air pada jam ini. Setelah siap dengan seragamnya, Alesha segera keluar dari kamar sebelum Gayatri meneriaki namanya lagi. Namun, belum sampai menginjakkan kaki di luar kamar, Alesha teringat akan sesuatu.
"Oiya, nanti habis sekolah kan ada latihan cheerleaders. Gue lupa belum bawa seragamnya," kata Alesha sambil melangkah masuk ke dalam kamar lagi.
Setelah seragam cheerleaders nya sudah siap, gadis itu segera keluar kamar. Namun, lagi-lagi ada sesuatu yang tertinggal.
"Mampus, nanti habis latihan cheers kan ada jadwal les. Mana buku les gue masih ada di meja, belum dimasukin ke tas," gerutu Alesha kesal.
Tidak peduli dengan keadaan kamarnya yang sangat berantakan, Alesha segera memasukkan buku-buku lesnya yang terbilang cukup banyak. Bahkan, ia harus membawa dua tas khusus untuk menampung buku-buku tersebut.
"ALESHAA!" panggil Gayatri dari lantai bawah.
"IYA BUN, OTW!"
Sesampainya di lantai bawah, Alesha melihat Fio sudah siap dengan jaket tebalnya. Gadis kecil itu tampak sedikit menggigil, membuat Alesha merasa tidak tega jika hendak memarahinya.
"Sini tasnya gue bawain." Tangan Alesha meraih tote bag dari genggaman Fio. Bisa kalian bayangkan, betapa penuhnya tangan Alesha sekarang. Gadis itu sudah seperti orang yang mau kemping tujuh hari tujuh malam.
"Hati-hati nyetirnya, jangan ngantuk. Kasihan Fio kalau kamu nyetirnya ugal-ugalan!" tegas Gayatri yang sepertinya sudah tidak bisa didengar oleh putri-putrinya.
☁️☁️☁️
"Aruna!"
Aruna menoleh ke belakang dan menemukan Kastara sedang berlari kearahnya.
"Ngapain lo?"
"B-bentar, gue napas dul hu huh." Kedua tangan Kastara tertumpu pada lutut sambil mengatur napasnya yang ngos-ngosan akibat berlari mengejar Aruna. Kedua mata Kastara terpejam menahan detak jantungnya yang tidak beraturan.
"Haduh iya iya, buruan gue mau ke kelas."
"Nih nitip, kasih ke Alesha ya," pinta Kastara sambil memberikan sebuah kresek hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipitous ✔
Teen Fiction"𝐏𝐞𝐫𝐦𝐚𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐦𝐚𝐜𝐚𝐦 𝐚𝐩𝐚 𝐢𝐧𝐢?" Masa-masa SMA. Apa yang kalian bayangkan ketika membaca kalimat tersebut? Masa yang indah bersama teman-teman? Atau masa dimana semuanya terasa begitu menyenangkan? Bayangan kalian tidak...