14. || Inara

12 6 0
                                    

HAPPY READING!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!!

Pagi hari aku sudah berada di cafetaria bersama Dhika untuk menunggu Bimo, entah akhir akhir ini kami semakin dekat. Bimo yang jadi sering kerumah dan lambat laun kami bertiga kian akrab dan sering bersama.

Tak lama atau sekitar 10 menit laki laki yang ditunggu itu datang dengan kamera yang dikalungkan dilehernya sama dengan Dhika

"Udah lama?"

"Barusan"

Kemudian aku membiarkan kedua orang itu mengotak atik kamera mereka masih masing sedangkan aku juga mempelajari beberapa materi yang dosen berikan, melihat banyak sekali contoh dan tugas praktek, aku ingat bahwasanya aku harus membeli beberapa potong kain dan benang karena persediaan benang dirumah juga habis.

"Eh dhik, nanti habis ini lo anterin gua ya, beli benang"

"Butuh banget? Gua masih ada urusan nanti sama organisasi"

Aku menurunkan bahuku, jika sudah begini kutebak opsi lainya maka Bimo yang ujung ujungnya disuruh menggantikan Dhika.

"Bim, lo anterin kak nara ya nanti"

Sudah jelas, siapa lagi orang kepercayaan Dhika selain Bimo? Atau memang dia ngga punya teman. Dan laki laki yang disuruh itu menganggukan kepala

"Nanti chat gua aja gua anterin"

Apa boleh buat, toh cuma cari benang saja. Aku meng iyakan dan berpamitan untuk segera masuk kelas.

Setelah menyelesaikan kelasku, seperti yang kupinta pagi tadi akhirnya kami ㅡaku dan Bimo benar benar ketoko penjual perlengkapan jahit dan kain.

Aku masuk terlebih dahulu dan langsung ke bagian kain kain berjajar, hafal betul dengan tempat tempat di toko ini Karena sudah menjadi langganan dan bahkan sudah tidak diikuti oleh emba emba pemilik toko, aku langsung melengang diikuti Bimo dibelakangku.

Deretan kain dari ujung hingga ujung beragam warna,corak dan model, kain kain yang dilipat rapi maupun kain yang dibiarkan panjang menjuntai agar lebih leluasa saat dipilih juga bau bau tekstil menyengat hidung kami.

aku memilah milah kain yang kuperlukan, sesuai yang tertera di tugas dan sesuai dengan yang kubutuhkan, aku mulai meraba satu persatu kain dan membanding bandingkan satu dengan yang lain.

Sedangkan laki laki dibelakangku tidak banyak berkutik jarena ia juga tidak mengerti apa apa tentang busana, aku tahu dia beberapa kali mengambil gambar di tempat kain kain tertentu mungkin karena warna dan corak corak yang apik yang menjadikan ia tertarik, aku membiarkan kami sibuk dengan dunia masing masing.

"Kain kek gini,. apa ngga gatel kalau dipake?"

suara berat itu terdengar jelas disisi kananku karena suasana yang cukup sunyi disini, beberapa meter disana aku melihat Bimo yang meraba lembaran kain yang menjuntai, kain tile yang biasanya dibuat untuk luaran gaun gaun yang sedang ia pegang.

5 Juni || Ten ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang